Bab. 4

"Maafkan Papa yang telah membuat kalian menderita, papa sangat bersalah karena gara-gara Papa, mama kalian harus meninggal dunia, ini semua salahku sayang, maafkan aku yang sudah memberikan penderitaan kepada kamu istriku," ratapnya Pak Hamka Mahendra.

"Papa ini semua bukan kesalahannya Papa,kami yakin papa itu tidak bersalah dan kami akan mencari bukti agar Papa segera terbebas dari kejahatan yang sama sekali papa tidak perbuat," ucapnya Attar.

"Iya Pa, saya yakin jika ada seseorang yang sudah mengatur dan merencanakan semua ini sehingga Papa lah yang menjadi tersangka dari kejahatan mereka, tapi Aidan yakin jika ada orang yang memiliki kekuatan yang membuat Papa harus mendekam dalam buih hingga detik ini, tapi saya dengan adik-adikku berjanji akan mencari tahu siapa pembuat masalah dan onar itu,kami janji akan mencari keadilan untuk Papa, jadi papa kami harap tenang saja dan jangan bertindak apapun yang tidak-tidak," terangnya Aidan anak sulungnya.

"Saya percaya kepada kalian bertiga," imbuhnya Pak Hamka.

"Maaf sudah waktunya untuk kembali ke penjara Pak Hamka Mahendra," ucap polisi yang bernama Pak Ginanjar Agustian.

"Papa, Anindira akan berusaha untuk membebaskan Papa, aku bersumpah di depan makam pusara mama aku akan melakukan segala cara untuk mendapatkan keadilan untuk papa," janji Anin yang sudah bertekad untuk membantu papanya dengan cara apapun.

Satu minggu kemudian…

Anin dengan tepaksa memutuskan untuk cuti dari perkuliahannya. Dia tidak ingin memberikan beban kepada kakaknya itu.

"Anin,apa kamu tidak berubah pikiran dek? Ingat kakak berasa bersalah sekali kepada Mama dan papa jika tidak membantu membiayai kuliahmu," ucap Attar.

"Kakak tidak apa-apa kok, saya akan lanjut lagi tahun depan kak, saya ingin mencari pekerjaan pengalaman bekerja terlebih dahulu sebelum melanjutkan kembali kuliah, kakak tidak perlu khawatir dengan saya, Insya Allah semuanya akan baik-baik saja, percaya deh sama Anin," bujuknya Anin sambil memegang tangan kakak keduanya yang hari ini harus berangkat ke Seoul Korea Selatan karena mendapat pemindahan tugas.

Sedangkan Aidan pun tidak jauh berbeda dengan nasib adik keduanya itu,dia juga mendapatkan surat pindah tugasnya ke Bali. Ia akan berangkat ke Denpasar Bali esoknya. Anin hanya berusaha untuk tersenyum melepas kepergian kedua kakaknya itu.

"Kakak pasti akan menjengukmu jika ada waktu luang, kakak juga akan setiap bulan mentransfer uang belanja bulanan untuk kamu jadi tidak perlu repot-repot untuk bekerja banting tulang, apalagi kamu masih muda," tuturnya Attar.

"Jangan mengira jika kami jauh dari Jakarta dan menganggap kami tidak punya hati untuk meninggalkan kau seorang diri di Jakarta, kami sebenarnya tidak punya pilihan lain lagi, maafkan kakak-kakakmu yang demi masa depan kami harus pergi dari sini beberapa tahun kedepannya, tapi aku akan usahakan setiap idul Fitri dan idul Adha kami akan pulang dan merayakannya bersamamu dek," ujarnya panjang lebar Aidan.

Anin gadis yang sungguh tangguh dan kuat, walaupun dia sangat sedih, kecewa tetapi,rasa itu ia berusaha untuk membuang jauh-jauh dari dalam hati dan hidupnya. Anin pulang ke rumahnya setelah mengantar kepergian kakaknya di bandara internasional Soekarno Hatta dengan perasaan haru biru.

"Selamat jalan kakak,Anin akan selalu doakan yang terbaik untuk kalian berdua kakakku," Anin menyeka air matanya itu.

Anin meraih handbagnya dan mencari keberadaan hpnya karena, berniat untuk memesan ojek online dari aplikasi sy hijau dari telpon selulernya itu. Belum menekan tombol layar hpnya,hujan tiba-tiba turun membasahi seluruh isi dunia di sore hari itu.

Anindira Mahika Mahendra segera memasukkan kembali hpnya ke dalam hpnya sambil menyebrang jalan untuk segera mencari tempat yang cukup untuk berteduh.

"Kenapa tiba-tiba turun hujan, padahal tadi cuacanya cerah banget, sekarang malah hujan lebat banget," omelnya Anin.

Sudah sekitar beberapa menit kemudian, tapi ojol yang dilakukan pesannya belum datang juga.

Anin menatap ke arah ke arah langit, "Sekarang aku hanya seorang diri di Jakarta, bagaimana caranya aku membebaskan papa," lirihnya.

Anin menyebrang jalan dengan tidak hati-hati hingga dia tidak menyadari bahwa ada sebuah mobil sedan putih melaju dengan kecepatan sedang ke arahnya.

Srekh!! Citt!! 

"Aahh! Tidak! Aah sakit sekali," Jeritnya Anindira yang tubuhnya sudah terduduk di atas aspal yang sudah dipenuhi dengan aliran air hujan.

Sedangkan di dalam mobil seseorang segera menutup laptopnya karena kegiatannya terganggu oleh supirnya yang merem mendadak.

"Azril bagaimana caramu menyetir mobil!? Kamu sangat ceroboh!" Ketusnya seorang pria yang seumuran dengan supir pribadinya.

"Maaf Tuan Muda Alzam, kita menabrak orang," jawabnya Azril.

"Menabrak orang!" Beonya Alzam.

Asril segera mengambil payung untuk atasannya itu dan memayungi Alzam Tuan Mudanya itu dengan sangat hati-hati. Alzam tersenyum menyeringai melihat seorang perempuan yang masih setia duduk di atas aspal dengan berhujan-hujan.

"Demi mendapatkan perhatian dari orang-orang sepertiku, kamu dengan beraninya ingin mengorbankan nyawamu!" Sarkasnya Alzam yang memasukkan ke dua kepalan tangannya ke dalam saku celananya itu.

"Hemph! Siapa juga yang mau cari perhatian kamu, dasar pria yang tinggi halusinasinya!" Cibirnya Anindira yang tidak mau dituduh yang tidak-tidak dan segera bangkit dari duduknya itu.

"Hey, kamu tidak terluka bukan!? tubuhmu basah kuyup kalau seperti itu terus-menerus kamu bisa sakit dan masuk angin," tuturnya Alzam.

Anin berjalan ke arah Alzam dengan tatapan membunuhnya dan tidak bersahabatnya itu.

"Minggir lah, kau tidak perlu sok baik dan perhatian padaku!" Ketusnya Anindira.

"Asril minggir berikan dia jalan, saya ingin melihat sejauh dan semampu mana dirinya untuk bermain hujan," ucap Alzam.

Anin berjalan mundur beberapa langkah tapi lagi-lagi tanpa sengaja kakinya tersandung hingga dia kembali terjatuh di atas aspal tepatnya genangan air.

"Ish sial! Kenapa disini ada batu sih!" Ketusnya Anin yang menyalahkan batu yang sama sekali tidak bersalah padanya.

"Gadis pemarah rupanya," ujarnya Alzam.

Anin menatap jengah ke arah pria yang baru dikenalnya itu," kamu cukup melihat lelucon bukan!? Tolong biarkan aku pergi dengan tenang dari sini,"

"Hemn, bisa-bisanya dia emosi mendengar perkataanku, padahal aku hanya berbicara apa adanya, gadis keras kepala,"bathinnya Alzam.

Anin menangis tersedu-sedu meratapi nasibnya yang begitu malang.

Alzam mengulurkan tangan kanannya ke arah depan wajahnya Anin," Hey! Berdirilah, cukup buat onarnya, ayo pulang bersamaku!" Pintanya Alzam dengan penuh kelembutan.

Keduanya pun masuk kembali ke mobilnya, Anindira dengan pikirannya yang kacau tanpa berfikir panjang langsung saja masuk ke dalam mobil pria asing yang belum dikenalinya itu.

"Azril kita ke apartemen lamaku," perintahnya Alzam.

"Baik Tuan Muda," balasnya Azril Prakoso.

Berselang beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di dalam apartemen yang sungguh mewah.

"Astaghfirullah aladzim,Anindira Mahika apa yang kau pikirkan, sampai-sampai linglung dan ikut dia pulang ke apartemennya padahal orang itu kamu sama sekali tidak mengenalinya," Anin membatin seraya mengetuk-ngetuk kepalanya dengan pelan.

Seorang pria berjalan menghampirinya yang masih berdiri dengan seluruh pakaiannya dan kondisi tubuhnya basah kuyup.

"Apa kamu yakin ingin berdiri seperti patung terus?" Ucapnya Alzam.

"Saya baik-baik saja kok Tuan,saya tidak masalah berdiri seperti ini," balasnya Anin.

"Kamar mandi ada di sebelah kirimu," Alzam berdiri di depannya Anindira yang kebingungan.

"Apa?!" Tanyanya Anin.

"Saya tidak ingin melihat pakaian kamu dalaman kau yang jelek itu," sindirnya Alzam.

"Pakaian dalam yang jelek, aahh waduh!" Jeritnya Anin yang sudah menutupi daerah bagian dadanya yang pakaiannya tembus pandang akibat guyuran hujan yang membuatnya basah kuyup sehingga nampak jelaslah hingga Alzam melihatnya.

Alzam hanya tersenyum smirk melihat reaksi dan tanggapannya Anin. Sedang Anin segera ngacir ke dalam kamar mandi tanpa menoleh sedikitpun ke arah belakang. Wajahnya sudah memerah seperti buah tomat saja.

"Ya elah… laki-laki itu sudah melihat semuanya waktu kami dii dalam mobil sepanjang perjalanan ke sini, tapi sama sekali tidak berbicara padaku," umpatnya Amin sembari menutup pintu kamar mandi dengan kuat.

Bruk!!

Prang!!

Brak!!

"Gadis aneh,"

Terpopuler

Comments

Bungatiem

Bungatiem

nama nya susah banget dan hampir sama

2023-05-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!