Bab. 2

Anindira segera melemparkan beberapa lembar undangan pernikahannya ke wajahnya pria yang akan menjadi mantan tunangannya itu.

"Ingat mulai detik ini, kita berdua tidak punya hubungan apapun lagi, ingat jangan pernah datang untuk mengusikku lagi, aku muak melihat tampang pengkhianat seperti kalian berdua dan kamu perempuan jaa laang, aku bersyukur Allah SWT telah membuka mataku untuk melihat keburukan dan kebusukan kalian!" Geramnya Anindira.

Anin segera meninggalkan ruangan penuh dengan drama itu. Anin sudah bertekad untuk mengakhiri hubungan pertunangannya yang rencananya akan menikah tersisa sepuluh hari dari hari itu.

Rasa marah, kesal, benci dan murka menjadi satu bagian di dalam benaknya itu. Dia sudah berjanji tidak akan berhubungan lagi dengan kedua manusia bejak itu.

Dia berlari ke arah mobilnya dan tidak ingin menolehkan kepalanya sedikitpun ke arah belakang. Dia bukan perempuan lemah yang harus meratapi dan mengemis kepada pria yang sangat dicintainya itu.

"Anindira Mahika Mahendra, kamu sungguh bodoh! Bisa ditipu selama tiga tahun oleh calon suamimu sendiri dan sahabat dekatmu yang sangat kamu percayai!" Kesalnya Anindira sambil memukul setir mobilnya.

Anindira kemudian melajukan mobilnya menuju rumahnya, dengan air matanya yang sesekali menetes membasahi pipinya itu. Sesekali Anin menyeka air matanya itu yang sudah membanjiri wajahnya.

"Hal seperti ini terjadi padaku, kenapa Mas Abizar dan Arshavina tidak jujur padaku dan mengatakan kepadaku jika mereka saling mencintai, aku pasti ikhlas melepas Mas Abizar, tidak mungkin aku menikah dengan Pria yang sama sekali tidak mencintaiku," gumamnya Anindira.

Anindira melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi siang itu. Dia segera kembali ke rumahnya tanpa ke bengkel langganannya sesuai dengan tujuan awalnya.

"Abizar Muhammad Adinata aku tidak akan pernah sudi untuk mencintaimu lagi, aku tidak akan pernah sudi mengenal kalian berdua dan semoga bahagia!" Umpatnya Anin.

Mobilnya berhenti di dalam garasi rumahnya dengan memarkirkan asal saja. Tetapi,dia baru hendak turun dari mobilnya,dia mendengar suara teriakan dan tangisan yang cukup memilukan dari dalam rumahnya itu.

"Suara tangisan, siapa yang menangis seperti itu?" Gumamnya Anin yang segera berjalan cepat dan tergesa-gesa ke arah dalam rumahnya itu.

Anin kembali terperangah dan kedua matanya melotot melihat kondisi dari perempuan yang tadi pagi mengijinkannya bertemu dengan pria brengsek itu.

"Mama!" Teriaknya Anin yang langsung melempar handbagnya dan kunci mobilnya ke sembarang arah.

"Anin putriku," lirihnya Bu Hania sebelum menutup matanya.

"Mama! Bangunlah, ini putrimu Anin Ma, aku mohon sadarlah," ratapnya Anin yang sudah menitikkan air matanya.

"Non,kita harus segera bawa Nyonya ke rumah sakit," imbuhnya Anna asisten rumah tangganya itu.

"Oke, bantuin aku yah Mbak kita bawa mama ke dalam mobil," pintanya Anin yang sudah mengangkat tubuhnya Bu Hania.

Kondisi raut wajahnya Bu Hania sudah pucat pasi dan disekujur tubuhnya sudah dipenuhi oleh keringat.

"Apa yang terjadi dengan Mama?" Tanyanya Anin sambil memeriksa kondisi mamanya.

Mbak Anna pun mulai menjelaskan duduk permasalahannya hingga sampai Bu Hania terjatuh dan tidak sadarkan diri lagi.

Air matanya Anin semakin menetes membasahi pipinya itu, "Astagfirullah aladzim papa ditangkap polisi, itu tidak mungkin Mbak,saya yakin papa tidak melakukan korupsi atau pun kejahatan lainnya, kenapa bisa seperti ini, siapa orang yang dengan teganya memfitnah Papa, saya yakin papa sama sekali tidak bersalah," ucapnya Anin yang tidak percaya dengan perkataan dari artnya.

"Itu lah faktanya Non, saya tadi tidak sengaja mendengar percakapan Nyonya dengan seorang polisi yang datang bertamu," jelasnya Anna.

"Siap Nona, Mang Roni kemana kok enggak bantuin kita yah," ucapnya Mbak Anna yang sudah berusaha untuk mengangkat tubuhnya Bu Hania.

Anin sama sekali tidak menggubris perkataan dari Mbak Anna,dia sudah ngos-ngosan mengangkat tubuh mamanya.

Anin segera menidurkan tubuh mamanya ke atas jok mobilnya bagian belakang, karena postur tubuhnya Bu Hania yang cukup jangkung dan tinggi sehingga kakinya menjulur ke bawah.

Anin sudah duduk di balik kemudi mobilnya," Mbak tidak perlu ikut saya, aku minta Mbak hubungi Abang Attar dan Aidan saja dan katakan padanya jika Mama masuk rumah sakit, tunggu kabar dariku dan jaga rumah baik-baik," pinta Anindira.

"Baik Non, hati-hati dijalan," imbuhnya Bi Anna.

Anin baru kali ini mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Dia biasa melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, jika dalam kondisi yang mengharuskan dia membalap mobilnya itu. Berselang beberapa menit kemudian, Anindira sudah sampai di depan lobi rumah sakit.

"Suster! tolong bantu," teriaknya Anindira yang membuka pintu mobilnya agar segera dibantu karena tidak mungkin mengangkat tubuhnya mamanya sendiri tanpa bantuan dari orang lain.

Beberapa perawat sudah mendorong bangkar rumah sakit ke arahnya Anindira.

"Cepat naikkan tubuh ibu ini, sepertinya kondisinya semakin parah," ujarnya seseorang pria yang memakai pakaian seragam perawat tersebut.

"Aku mohon selamatlah mamaku Suster," ucape Anin sembari mengikuti langkah laju bangkar yang didorong dengan kuat.

Suara gesekan roda bangkar dengan lantai keramik rumah sakit menimbulkan suara yang cukup bising dan nyaring di siang hari itu.

"Ya Allah… kenapa mamaku harus menderita seperti ini,apa yang terjadi sebenarnya dengan keluargaku," gumamnya Anin yang air matanya yang tak hentinya menetes membasahi wajahnya.

Anindira berjalan ke arah dalam tapi, langkahnya segera terhenti karena dicegah oleh seorang perawat.

"Maaf Mbak, Anda tidak boleh masuk cukup menunggu di luar saja agar tidak menggangu aktifitas kami," larangnya perawat tersebut.

Satu jam kemudian, Bu Hania sudah berada di dalam ruangan perawatan dengan masih terbaring lemah. Anin yang melihat kedatangan rombongan beberapa dokter dan perawat segera berjalan ke arah kedatangan mereka.

"Dokter apa yang terjadi pada mamaku pasien yang pingsan tadi aku antar ke sini?" Tanyanya Anindira yang sudah tidak sabar ingin mengetahui apa yang terjadi sebenarnya pada mamanya.

Dokter menatap ke arah salah satu perawat perempuan untuk meminta penjelasan.

"Pasien yang mengalami serangan jantung Dok," ungkap suster itu.

"Maaf kami sudah berusaha untuk menolong pasien dengan semampu kami, Alhamdulillah untuk sampai detik ini kondisinya pasien cukup memprihatinkan dan mengkhawatirkan, kami harap doa dan dukungan dari anggota keluarganya untuk terus berdoa untuk keselamatannya," ungkapnya Dokter Amsir Arnold Poernomo dokter ahli jantung tersebut.

Tubuhnya Anin terhuyung mendengar penjelasan dan penuturan dari mulut dokter yang menangani kesehatannya Bu Hania.

"Ya Allah… Mama maafkan Anin yang tidak becus menjaga Mama," ratap Anin yang semakin menangis saja hingga hidungnya dan matanya semakin memerah.

Seorang suster mendekati Anindira sedangkan yang lainnya sudah meninggalkan Anindira yang tersedu-sedu dalam tangisnya.

Perawat itu mengelus lengan tangannya Anin," Mbak Yuni sabar yah, insha Allah mamanya akan segera sembuh dari penyakitnya," bujuknya perawat itu.

Anin berusaha untuk tersenyum,"amin ya rabbal alamin, makasih banyak Sus," lirih Anindira.

Anindira segera berjalan kembali ke dalam kamar inap perawatan mamanya. Dia berjalan tertatih menuju bangkar ranjang mamanya. Anin membelai puncak hijab mamanya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang sambil orrlahno mengecup puncak kening mamanya itu.

"Mama, saya berjanji akan menyembuhkan mama bagaimanapun caranya," gumam Anindira.

Attar Abrizam dan kakak sulungnya Anin yang bernama Aidan Axelle Mahendra sudah berada di dalam perjalanannya masing-masing. Attar dari kantor tempatnya bekerja dan Aidan baru membeli tiket pesawat untuk balik dari Denpasar Bali ke Jakarta.

Anindira terduduk di samping kirinya Bu Hania yang tidak berdaya itu. Dengan membaca beberapa surah ayat suci Al-Quran untuk menenangkan dirinya sendiri yang semakin kacau. Tiga hal yang terjadi di dalam hidupnya hanya membutuhkan waktu sehari saja yang membuatnya sangat terpukul dan hancur sehancur-hancurnya.

Terpopuler

Comments

Windarti08

Windarti08

mbak Yuni siapa?🤔

2023-07-31

0

Windarti08

Windarti08

Abizar... gak cocok loe punya nama sebagus itu sama kelakuan bejad loe!😡

2023-07-31

0

ayu nuraini maulina

ayu nuraini maulina

q LBH ska cwe yg dingin ,tegas ,ketimbang percaya mulut manis cwo

2023-07-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!