Fans Fanatik

Keesokan harinya Aleksa benar-benar sangat dingin kepadanya. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Bastian benar-benar ingin ngomong nyatanya tidak ada momen yang pas untuk dibicarakan.

Saat jam istirahat tiba, tanpa basa-basi aleksa meninggalkannya. Aleksa pergi ke kantin. Di sana sudah ada yang menunggu geng Demon Chaser. Tere memang sengaja menunggu kehadiran Aleksa di kantin. Nyatanya benar, ketika leksa melintas di hadapan mereka, Tere menghadangkan kakinya ke hadapan Aleksa menutup jalan. Ia tumpu kakinya di antara beberapa bangku.

Bastian yang sadar bahwa akan ada bahaya menimpa Aleksa segera menuju ke kantin. Tere tersenyum menatap Bastian. Tere menurunkan kakinya.

“Hai sayang?’’sapa Tere ramah.

Bastian menatap kosong Tere, dan memperhatikan gerak-gerik Aleksa. Tere menghampiri Bastian. Ia duduk di samping Bastian. Mulutnya terkatup tak banyak bicara.

“Hm, Kak, berhentilah mengintimidasi orang lain.’’ucapnya perlahan.

“Aku bukan mengintimidasi, tapi memberikan pelajaran.’’ujar Tere.

“Mau sampai kapan? Salah Aleksa apa?’’ketusnya kesal. Ia melipat tangannya di dadanya. Kepalanya bersandar di bangku dekat kantin.

“Iya, dia sengaja melabel kamu miliknya.’’

“Kalau iya kenapa? Kalaupun enggak kenapa?’’tantang Bastian lagi.

“Kamu itu asset yang harus dijaga, jadi enggak boleh orang sembarangan miliki kamu.’’cetus Tere.

“Ngelantur nih senior. Jangan lukain Aleksa, atau pamor kakak di sekolah ini hancur kubuat.’’ancam Bastian sambil mengibaskan rambutnya. ‘’Apapun ambisi kakak samaku, jangan pernah menghancurkan orang lain’’

Tere manggut-manggut menyetujui omongan Bastian. Tangannya yang ia letakkan di pipinya di ketuknya beberapa kali. “Emang enggak sia-sia aku ngfans samamu Bast.’’

“Hm,’’jawab Bastian cuek. Bastian mengikuti permainan Tere. Bukan karena Bastian takut dengan Tere tapi ia hanya ingin mengantisipasi sisi gelap kakak kelasnya ini. Tere hanya ambisius ingin mendekati Bastian, namun karena ia adalah tipe yang tidak pernah sportif makai a merasa Aleksa lebih dulu melangkahinya.

Sementara itu, Aleksa yang kesal mendapat perlakuan seperi itu terlihat marah tak terkira di sudut kantin. Ditambah lagi Bastian justru dekat Tere bukan membelanya. Semakin panas hati Aleksa melihatnya.

“Kamu enggak apa-apakan Leks?’’tanya Deren mencba mendekati. Ia membawa minuman untuk Aleksa. “Nih di minum dulu.’’

“Hm, enggak apa-apa sih Ren.’’

“Jangan terlalu dipikirin. Bastian emang playboy. Kamu memang enggak pantes dekat sama dia.’’ujar Deren memanasi. ‘’Nih,’’Bastian menunjukkan foto saat Aleksa di lapangan. Setelah selesai pertandingan ada yang mengajaknya foto bersama, diberikan minum, dibawain jus, bahkan ada yang mengelapi keringat Bastian.

Aleksa menarik nafas panjang. Ia mengamati satu per satu foto-foto yang diberikan Deren. Bastian pujaan hatinya memiliki banyak wanita di sekitarnya. Dia sang bintang lapangan, dan seluruh tubuhnya yang mendukung untuk dikagumi membuat semua wanita terpikat kepadanya. Tingginya seperti Verel Bramasta, dan skill menyerupai Messi, membuatnya banyak penggemar.

‘’Hm, ternyata aku salah ngasih rasa ke Bastian’’keluhnya dalam hati. Ia menjadi tak selera makan. Aleksa benar-benar merasa dipermainkan. “Dia malah berhenti berusaha meminta maaf samaku, dan ngedeketin Tere, Bastin memang brengsek.’’maki Aleksa dalam hati.

‘’Kak, cara pikir kamu terlalu kekanakan.’’nasihat Bastian lagi.

‘’Aku cuma ngasih pelajaran sama dia. Bas, nanti malam dinner yuk.’’ajaknya dengan penuh semangat.

“Ogah.’’tolaknya mentah-mentah.

“Dih! sombong amat. Aku traktir kamu, hmm sebagai gantinya dua hari berikutnya aku enggak akan ngusilin Aleksa.’’tawarnya mencoba negosiasi.

“Bodo amat. Aku engggak mau.’’

“Bas, please.’’pinta Tere memelas. Anggota geng Tere saling menatap.

“Bas, kita akan nurutin semua mau kamu.’’sambung salah satu geng mereka. Gadis cantik dan seksi bertubuh mungil ini memberikan keberanian yang luar biasa.

“Engg, iya, anggotaku akan nurutin apa semua mau kamu.’’tegas Tere lagi. Semua pengikut Tere rela melakukan apapun demi kebaikan Tere. Tere merupakan asset mereka untuk bertahan di sekolah.

“Ehm aku enggak tertarik.’’tolak Bastian lagi. Ia mengamati Aleksa yang sedang asyik ngobrol dengan Deren. “Akhirnya mereka dekat juga’’pujinya dalam hati. ‘’Tapi kenapa aku enggak lega ya Leksa bareng Deren?’’sambungnya lagi.

“Bas, malam ini ya. Nanti supir aku jemput kamu.’’pinta Tere lagi memelas mengganggu lamunannya.

“Enggak.’’tolak Bastian.

‘’Bas,’’anggota Tere berlutut di hadapannya. Dari kejauhan Aleksa mengamati, hatinya memanas.

“Please Bas.’’

Bastian berdiri dari duduknya menarik tangan Angel. “Ih, kalian ini ada aja. Udah bangun Kak.’’ajak Bastian. “Udah-udah, nanti jam 7 malam ya. Aku enggak usah dijemput. Share lock aja.’’ujar Bastian.

Mendengar kalimat itu, Aleksa memanas. Kalimat itu mampu membuatnya emosi tak terkira. Sorotannya sangat tajam ke arah Bastian. Bel berbunyi. Bastian langsung masuk. Aleksa yang duduk di bangkunya langsung buang muka. Bastian tersenyum kecut.

Ketika tak sengaja Bastian menyenggol lengan Bastian, ia langsung menarik lengannya. Bastian hanya menggelengkan kepalanya. Bastian mendekatkan dirinya membisikkan ke telinga Aleksa yang sibuk mengerjakan soal-soal.

‘’Eh ibu ketua, sebegitunya kamu benci aku?’’

“Diem Bas, aku lagi enggak mau ngomong sama kamu.’’ketus Aleksa kesal.

“Ya udah, aku minta maaf.’’ujarnya. Bastian menjauhinya kembali. Ia coretkan lagi sebuah tulisan di kertas sobekan. Ia gambar serangkaian bunga, dengan seorang pria yang berlutut sambil meminta maaf. Dalam coretan gambar itu ia menuliskan kata Maaf.

Aku minta maaf ya ibu ketua yang cantik.

Bastian langsung menyodorkan gambarnya, kemudian tanpa membacanya Aleksa langsung merobeknya dan menjadikan satu lalu ia buang di laci.

Bastian menarik nafas dalam. Ia tersenyum sinis. “Oh ya udah deh kalau udah enggak mau lagi berteman samaku.’’ucapnya. Ia kembali mengamati Aleksa. Nyatanya Aleksa tak sedikit pun menatapnya.

Tak lama Bastian dengan Aleksa dipanggil ke ruang guru. Bastian yang tak terbiasa namanya dipanggil ke kantor guru, menjadi over thinking. Aleksa berjalan cepat.

“Aleksa, Bastian. Sini!’’panggil ibu Siska yang menanti mereka dari balik meja kerjanya.

“Baik Bu.’’Aleksa semakin mempercepat jalannya. Bastian justru sebaliknya. Ia masih mengamati ruang guru yang tertata rapi itu. Dalam setiap meja terdapat sekat-sekat yang membuat guru-guru lebih fokus untuk bekerja, dan di antara meja yang berbaris hanya meja bu Siska yang tertata rapi.

“Silakan duduk.’’perintahnya setelah mereka sampai. “Kalian belajar apa?’’

“Sosiologi Bu.’’jawab Aleksa singkat.

“Bastian kamu gimana? Betah di sini?’’

Bastian terseyum simpul. ‘’Betah Bu. Aleksa banyak bantui saya Bu.’’jelasnya jujur. Mendengar perkataan itu, aleksa memutar bola matanya, bibirnya sedikit menyungging ke atas.

“Wah, syukurlah ternyata ketua kelas kita bisa diandalkan.’’puji ibu Siska. ‘’Coba kalian perhatikan brosur ini.’’ibu Siska menyodorkan poster perlombaan.

Aleksa menarik brosur itu. Ia letakkan di antara mereka. Aleksa masih mengamati,. ia baca kata demi kata yang tertera pada brosur itu. Bastian mendekatkan wajahnya ke brosur tersebut, dan mencoba membaca.

“Bagaimana Bas? Apakah kalian tertarik?’’tanya Siska penasaran dengan jawaban mereka.

“Saya enggak tertarik Bu.’’jawab Bastian dengan cepat. Ia menggaruk kepalanya tak gatal.

“Tapi saya tertarik dengan kolaborasi kalian.’’sambung ibu Siska cepat. ‘’Saya ingin kamu berkolaborasi dengan Aleksa bu.’’

‘’Saya tertarik Bu. Cuma apakah memang pasangan saya harus Bastian Bu?’’tanyanya yang enggan berkolaborasi dengan Bastian.

Bastian hanya tersenyum mendengar Aleksa yang keberatan. Ia memainkan kursi putarnya tanpa rasa apapun.

“Berdasarkan hasil presentasi kalian pada waktu itu, ibu merekomendasikan kalian untuk maju, mewakili sekolah kita.’’jelas ibu Siska menunjukkan ambisinya. ‘’Lagian ini untuk menambah protofolio kalian di kelas XII.’’ujarnya.

‘’Boleh enggak Bu, saya kolabnya sama yang lain aja Bu?’’tanya Aleksa lagi.

‘’Apa yang buat kamu ragu dengan Bastian?’’

“Tadi Bastian enggak tertarik katanya Bu. Jadi saya ragu.’’ujar Aleksa.

“Bas?’’panggil Siska sambil mengernyitkan alisnya setengah mengancam.

Bastian tersenyum.

“Saya enggak tertarik untuk mengikuti pertandingan selain olahraga Bu.’’terangnya.,

“Ini perintah. Kamu harus kolab sama Aleksa. Saya akan bimbing kalian.’’ujar Siska.

“Hehe iya Bu. Iya saya akan coba kolab sama ibu dan Aleksa.’’ujarnya sambil tersenyum. Ia tetap memainkan kursi putarnya. Aleksa menahan paha Bastian.

“Bisa tenang dikit Bas?’’tutur Aleksa kesal. ‘’baiklah Bu, kalau gitu kami akan memikirkan temanya dan mengabari ke Ibu lagi.’’ucap Aleksa sambil pamit permisi. Bastian mengikuti. Ia memainkan jari-jarinya di dinding yang ia jalani.

Aleksa mengehentikan langkahnya dan membalikkan badannya sehingga Bastian juga menghentikan langkahnya.

“Aku harap kamu serius untuk mengikuti lomba ini.’’ungkapnya tanpa basa basi dengan nada setengah mengancam.

Bastian tersenyum, dan mengangguk tanpa bersuara. Ia menepuk pundak Aleksa dua kali.

“Iya-iya ibu ketua, aku akan coba.’’ujarnya santai. “Kamu jaga kesehatan ya jangan terlalu berpikir keras.’’ucapnya menenangkan. Ia sempat mengelus pangkal kepala Aleksa lembut. ‘’Semangat ibu ketua.’’ujarnya sambil meninggalkan Aleksa begitu saja.

Tepat jam 7 malam Bastian mengendarai sepeda motornya ke lokasi yang diinginkan Tere. Ia mengenakan kemeja slim fit berlengan panjang yang dengan menggulung lengan sebagian, danmenggunakan celana chinos berwarna moka. Di sana Tere dengan gengnya sudah menanti Bastian sejak tadi. Namun Angel, dan Clara, duduknya pisah dengan Tere. Restauran itu bernuansa putih dengan berjendelakan kaca di setiap sisi. Tembus pandang ke luar dengan tingkat dua. Bastian pun naik ke lantai dua. Tere menggunakan gaun bernuansa coklat dengan motif bunga di bagian dadanya.

“Ehm, kamu nepati janji kamu Bas.’’puji Tere mempersilakan duduk Bastian.

“Bukan janji tapi pemaksaan.’’celutuk Bastian sambil menyibakkan rambutnya yang sempat berserakan karena angin malam.

“Hm iya. Jangan jutek-jutek,’’ucap Tere menenangkan. “Aku juga akan nepati janji, untuk enggak ganggu Aleksa untuk sementara waktu.’’

“Aku pegang janji kamu Kak.’’sahutnya sambil melihat menu makanan. “Kak Angel dan kak Clara kenapa distu?’’teriaknya. “Kita enggak lagi kencan. Sini!’’panggilnya tidak peduli.

“Hm, enggak Bas, kami di sini aja.’’teriak Angel sambil menikmati makanannya.

‘’Kamu pesan apa Bas?’’tanya Tere sembari tersenyum.

Bastian memesan satu jenis makanan ringan dengan minuman yang ia pesan sesuai dengan makanananya. Sambil menunggu menu yang dipesannya datang ia menikmati music klasik yang terputar dengan merdunya. Tere mengamati setiap gerak-gerik Bastian. Jantungnya malam ini tak beraturan.

“Hm, Kak, sebenarnya kenapa kamu berantem sama Aleksa pada waktu itu?’’tanya Bastian memecah kecanggungan.

“SW-nya kelewatan. ‘’jawab Tere sembari memainkan jemarinya di atas meja. ‘’Kamu tahu enggak, aku ketua fanspage yang ada di sekolah kita.

“What? Jadi kamu juga ngefans samaku?’’tanyanya tak percaya. Ia mengernyitkan alisnya heran.

Tere mengangguk. Ia mengetuk-ngetuk jemarinya. ‘’Jadi di sekolah ada klub kayak gitu, dan itu sejak kamu masuk di hari pertama.’’jelasnya, ia sedikit menggantung pembicaraanya. ‘’Sebelum kamu masuk ke sekolah, kamu lama kan di parkiran? Kamu yang bantuin aku markirin mobil. Jadi aku mulai dari situ. Ditambah lagi kamu jago main bola dan mahir di bidang seni Bas.’’

Bastian menghela nafas panjang. Ia tidak tahu bagaimana menjelaskan tentang perasaannya ketika mendengar hal itu. “Dari mana kamu bisa tahu aku bisa di bbidang seni?’’tanya Bastian ingin tahu.

“Bu Siska cerita ke mana-mana, setiap ada kelas.’’

Bastian menggaruk alisnya yang tak gatal.

“Ehm, jadi ? Kakak pikir aku suka dengan cara kakak kayak gitu ke Aleksa?’’tanyanya lagi.

Tere menggeleng, ia tersenyum.

“Aku juga enggak mau gitu, dan nyesal. Tapi dengan kayak gitu, jadinya aku beneran bisa dekat sama kamu.’’terangnya dengan wajah sedikit merona.

“Hm, aku engggak suka cara kakak, ke depannya pun kalau seandainya kejadian yang sama terjadi lagi. Jangan gituin lagi Kak.’’pintanya dengan sederhana dan langsung menyambar minuman yang baru disajikan. “Aku baru kali ini enggak bisa tenang di sekolah Kak.’’ucapanya dengan nda merendah.

“Maaf Bas, ini semua gara-gara aku. Tapi mereka beneran ngefans sama kamu. Itu enggak dibuat-buat.’’

‘’Hm, ‘’Bastian tak menyahut. Dia mulai menyuapkan makanannya ke mulutnya. Tak lama notifikasi di handphone Batsian muncul.

Jangan lupa pikirin poster yang mau didesain. Aku ingin ngumpulin sertifikat untuk portofolioku kelak. Kalau kamu mau balas kebaikanku. Kita harus menang.

Bastian tak menjawab pesan itu. Tanpa ia sadari sebenarnya, kegiatan malam ini sudah tereskpos ke fanspagenya Bastian. Aleksa menyaksikan itu, bagaimana pertama Bastian datang hingga ia melahap makanannya.

“Bast, kamu sudah masuk ke halaman fanspageku.’’ujar Tere.

Bastian menghentikan makanannya.

‘’Hm, aku mau pulang.’’sentaknya kesal. “Maumu apa sih Kak?’’

“Sorry Bast, ini permintaan fans, aku hanya sebagai sarana aja yang pengen dekat sama kamu.’’

“Hmm. Urusan kita sudah selesai. Untuk sementara jangan ganggu Aleksa! Dan kalian!’’tunjuk Bastian ke arah ke dua gadis yang memposting wajahnya itu. “Mulai besok kalian harus nuruti aku. Kalian sudah jual wajahku. Maka kalian harus bayar itu.’ucapnya.

“Ada syaratnya,’’ancam Tere lagi.

‘’Kamu boleh nyuruh apapun. Tapi untuk Aleksa kami enggak jamin.’’

Bastian terdiam. ‘’Tere!’’sentaknya kepada kakak kelasnya. Ia mulai habis kesabaran. ‘’Jangan ganggu orang terdekatku.’’

“Sabar sayang, aku hanya cuma mau di dekatkamu aja Bas.’’

Bastian tak menyahut. Ia pergi berlalu meninggalkan Tere.

Sementara itu Aleksa uring-uringan, karena melihat Bastian yang pergi bersama Tere. Ditambah lagi chatnya tidak dibalas.

“Cowok brengsek!’’keluhnya semakin menjadi. Adik Aleksa yang tiba -tiba masuk mengoceh tidak karuan.

“Aman kamu Al? Disakitin siapa kamu sampai segitunya?’’tanya adiknya yang hanya beda satu tahun dengannya. “Kamu aman?’’

‘Diem kamu Rey, enggak ada sopannya kamu main masuk kamarku aja.’’

“Makanya kamu kalau dipanggilin nyahut. Ada yang nyariin kamu tuh di bawah.’’ucapnya dengan kesal. “Hm tapi kayaknya enggak kayak cowok brengsek yang kamu bilang barusan sih.’’ledeknya Reyfan kepadanya.

“Siapa malam-malam gini nyamperin, enggak tahu apa ini jam 9 malam?’’ucapnya kebingungan. Ia bergerak dari rebahannya, dan menyelimuti lengannya dengan cardigan pink yang tergantung di balik pintu kamarnya. Aleksa mengikuti langkah Reyfan menuju lantai satu. Sembari berjalan ia merapikan rambutnya, dan mengucir rambutnya menjadi satu.

‘’Bang, nih kakakku.’’sapanya sambil duduk di hadapan Bastian.

“Wih, Fan, sesuai aplikasi ya.’’ledek Bastian sambil membuka jaketnya jeansya.

Reyfan dengan Papa dan Bundanya tertawa mendengar candaan Bastian.

“Shittt. Bastian di rumahku? Sejak kapan? Tumbenan papa welcome gitu?’’keluhnya dalam hati. Wajahnya Aleksa terlihat datar. Ia terheran dengan papanya yang tidak memasang wajah ketat saat ada teman laki-laki Aleksa datang. Biasanya Farhan, papanya langsung menaikan kumis hitamnya tanpa henti dan menatap tajam teman-temannya.

“Al, kamu udah tidur?’’tanya Papanya menyaksikan penampilan anaknya yang sudah mengenakan piyama.

“Hampir Pap. ‘’jawab Aleksa singkat duduk di samping Reyfan. Dia menatap tajam Bastian. “Kamu ngapai ke sini?’’tanya Aleksa kesal.

“Lah Om, kayakya Bastian diusir ini Om?’’Adunya ke orang tua Leksa. Kembali lagi mereka tertawa mendengar candaan Bastian.

“Bang, kalau aku jadi kamu, punya teman kayak gini mending aku tinggal.’’celutuk Reyfan sambil memakan martabak manis yang dibawa oleh Bastian.

“Lah inilah rencanaya Fan, ntar temenin abang ninggalin Leksa ya.’’timpanya lagi.

“Ehm kamu bisa diem enggak sih Rey. Ikut campur aja urusan orang. Ma, Pa, Reyfan kok dibiarin sih kolaborasi sama nih anak?’’

Farhan tertawa menyaksikan omelan putrinya. ‘’Ehm, ya sudahlah, Papa sama Mama mau nonton TV dulu. Bast, kami tinggal ya. Makasih buah tangannya.’’

“Iya Om, sama-sama.’’ujarnya sambil melirik Aleksa yang masih manyun.

‘’Bang, aku tinggal dulu ya, aku mau lanjut mabar. Kapan-kapan kita gelut ya.’’tantangnya sembari meinggalkan teman kakakanya.

“Oke, ntar skinnya aku kirimin, biar kita bisa menang. ‘’

“Wih mantap, makasih Bang.’’ujarnya sambil berlalu pergi.

Aleksa memainkan rambutnya. Bastian hanya tersenyum.

“Kamu ngapain ke sini?tanyanya ketus.

‘’Lah katanya kamu mau ngumpulin untuk portofolio kamu? Aku cuma mau bantu aja.’’ujarnya sambil meminum air yang telah disediakan ibu Hana kepadanya.

“Hm, ‘’jawab Aleksa singkat. Sebenarnya yang ia rasakan saat ini campur aduk. Dengan alasan konyol Batsian menghampirinya malam-malam kayak gini. Harumnya parfum Bastian juga membuat jantungnya tak karuan. “Mana yang udah kamu rancang?’’

“Nih.’’Bastian menunjukkan rancangan desainnya di kertas yang ia pinjam dari Reyfan tadi.

“Cepat juga nih anak.’’ucapnya dalam hati. ia mengamati detail rancangan kayak gitu. “masih kasar, aku kurang ngerti.’’ucapnya.

Bastian berpindah duduk ke samping Aleksa. Terciumlah aroma tubuh Bastian yang khas. Wangi yang ia rindukan selama beberapa hari ini. Sebenarnya Aleksa tak tahan berlaku jutek dengan Bastian secara terus menerus.

“Ini.’’tunjuk Bastian ke gambar beberapa gambar narkotika. ‘’Jadi backgroundnya, yang jadi dasar keinginan anak-anak seusia kita. ‘’Ini’’tunjuknya lagi ke gambar berikutnya. “gambar anak-anak yang udah make.’’

‘’Hm.’’gumamnya mendengarkan.

‘’Hm, hm, kamu lagi puasa ngomong atau gimana sih Leks?’’tanya Bastian.

“Diemlah Bas,’’ketusnya kesal.

Sepertinya Bastian tersinggung dengan ucapan Aleksa terakhir. ‘’Kalau kamu kurang suka, kasih saran yang baru ya.’’ucapnya menjauhi Aleksa dan kembali duduk di tempatnya semula. “Aku udah mikir.’’ucapnya dengan nada setengah menekan.

“Hm’’gumam Aleksa lagi.

“Ya udah, aku pulang ya Leks. Om sama Tante mana? Aku mau pamit’’ucapnya sembari tersenyum tipis. “Maafu dah ganggu waktu kamu. ‘’ucapnya hangat.

“Hm, bentar aku panggilin.’’ucapnya yang tak melarang Bastian. Padahal hatinya ingin Bastian lebih lama lagi di rumahnya.

Setelah pamit, Aleksa mengantarkannya ke depan pintu gerbang. Bastian menunggunya sampai mengunci pintu.

“Udah gih sana masuk.’’perintah Bastian.

“Hm’’gumamnya lagi.

Aleksa sudah di depan pintu, Bastian pun melajukan motornya. Malam ini ia sengaja tak mengenakan helm, menikmati udara malam. Aleksa memasuki rumahnya. Ia lihat tergelatak jaket jeans Bastian di sana beserta asesoris Bastian yang lain.

Ia kutip jaket itu kemudian membawanya masuk ke dalam. Ia periksain isi saku dari jaket Bastian. Ada sebatang coklat dengan gambar Aleksa lagi menutup wajahnya dengan rambut agar tak melihat Bastian. Di coklat itu ia tuliskan lagi.

Ini versi ibu ketua kalau lagi ngambek.

Aleksa tersenyum melihat gambar Bastian. ‘’Oh jadi kamu sengaja ninggalin jaket ini? Padahal malam lagi dingin kayak gini.’’ujar Aleksa. ‘’Mau kamu apa sih Bas?’’tanyanya heran. “Aku harus kuat, enggak mau terbuai lagi.’’

Layar di hp Aleksa nyala. Notifikasi dari Bastian.

Eh ibu ketua yang cantik, aku udah sampai ya. Coklatnya dimakan, eh tapi jangan malam ini ntar berat badanmu naik, kasian nanti pas yang ngangkat kamu waktu gerakan Cupi. Tim kamu bengek.

Ledek Bastian. Aleksa menjawab hanya dengan gumaman lagi. Namun ledekan Bastian itu cukup kembali menaikkan moodnya yang sempat berantakan.

Terpopuler

Comments

lil'sky

lil'sky

Tobat bas! kasian aleksa digantung perasaannya 😭

2023-05-01

0

Zaya Oya

Zaya Oya

ciee dikasih kejutan😆

2023-04-20

0

Zaya Oya

Zaya Oya

jangan ngelak bas

2023-04-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!