Santai Saja

Seminggu berlalu, Bastian berteman tetap apa adanya. Ia mencoba melupakan apa yang dikatakan Aleksa di hari kedua di sekolahnya. Namun Aleksa menganggapnya tidak demikian. Dia merasa semakin nyaman dengan Bastian, karena menurutnya apapun curahan hatinya Bastian mampu menjawab segala keresahannya. Baik dalam memimimpin maupun memutuskan sesuatu.

“Bas, thanks ya, kamu memang beda dari yang lain. Cuma nasihat kamu yang pas setiap aku diskusi sama kamu.’’ucap Aleksa ketika mereka selesai mendiskusikan masalah almamater untuk OSIS.

“Santai aja kali Leks, macam sama siapa aja.’’jawab Bastian santai.

“Kamu enggak pulang?’’tanya memecah kesunyian.

“Enggak, aku mau tanding nanti Leks.’Kalau aku pulang tanggung balik lagi.’’

“Udah makan?’’

Lagi-lagi Bastian mengangguk. “Tenang Leks, kalau soal makan jangan ditanya. Itu aman. Hehe’’

“Kalau gitu semoga sukses ya Bas.’’

“Amin, makasih Leksa. Kamu juga semoga penampilan kamu nanti lancar ya Leks.’’

“Thankyu Bas. Sampai ketemu nanti.’’

‘Tunggu Leks, ada yang mau kutanya.’’tahannya.

“Apaan?’’tanyanya menggebu-gebu.

“Kalau ada yang suka kamu di kelas gimana?’’tanyanya ingin tahu.

“Kalau itu kamu, aku langsung terima.’’jawabnya cepat dan sangat jujur.

Bastian terkejut setengah mati mendengar jawaban itu. Ia tertawa kecil untuk menetralkan dirinya.’’Bukan aku, Deren beneran suka sama kamu Leksa.’’jelasnya dengan sedikit tenang.

“Aku maunya kamu, bukan dia.’’terang Aleksa lagi semakin jelas.

“Aku enggak suka kamu.’’ucap Bastian tanpa basa-basi. Ia pura-pura menganggap bercanda agar Aleksa tidak sakit hati.

“Enggak peduli.’’ocehnya sambil meninggalkan Bastian. “Sukses untuk pertandingan pertama kamu ya.’’pesannya kepada Bastian.

“Okeh, makasih ibu ketua.’’teriaknya. “jangan lupa pemanasan.’’

“Siap.’’

Bastian hanya tersenyum, saat Aleksa meninggalkannya. Sementara itu, ternyata Deren dan Theo memperhatikannya dari tadi. Theo yang sangat mendukung sahabat karibnya memang kurang suka melihat Bastian hadir di kelas dan di tim mereka.

“Kamu jangan terlalu percaya sama Bastian Sob. Dia orang baru di kehidupan kita. Dia juga playboy kelas teri.’’

“Jangan langsung menjudge. Udah aku pastiin dia itu enggak suka sama Aleksa.’’

“Dari mana kamu tahu?’’

“Aku lihat Bastian punya teman dekat di luar. Aku enggak sengaja lihat dia jalan ke Mall dan bioskop. Mungkin itu pacarnya Bastian ya.’’jelasnya sambil mulai melakukan pemanasan, diikuti dengan Theo. “Hm, aku yakin banget The’’timpanya lagi.

Pertandingan pun dimulai, tim mereka bertemu dengan tim yang pernah Bastian lawan. Permainan mereka tidak sportif. Bastian menatapnya dengan sinis, kapten mereka berlaku curang,. kalau bermain dan memanfaatkan kekhilafan wasit. Bastian yang masih pemain percobaan tidak mengharap banyak dalam pertandingan ini. Dan benar dugaannya, ia dicadangkan.

Ada kekecewaan yang terbesit di benaknya, namun ia berusaha mengendalikannya. Ia sadar bahwa dia pemain baru, yang tentunya tidak dengan mudah untuk mendapatkan posisi inti.

Setelah mereka bersalaman, mereka pun menuju lapangan. Kapten mereka Justin sempat menggoda tim chers terutama Aleksa. Ia membuat tanda love di tangannya kemudian menunjukkannya ke Aleksa. Bastian terlihat kesal. Aleksa yang turut menyaksikan menganggap Bastian cemburu kepada Justin.

Bastian mengarahkan pukulan ke arah Justin. Hal ini justru membuat Aleksa semakin bersemangat memanas-manasi Bastian. Aleksa benar-benar ingin menguji Bastian.

Pertandingan pun berlangsung sengit. Justin cukup menguasai lapangan. Deren dan kawan-kawan cukup kewalahan menghadapi tim Justin. Bastian memanas, ia ingin segera bermain. Ia coba melakukan pemanasan. Namun pelatih juga tidak memasukkannya.

Bastian mendekati pelatih.

“Pak, izin masuk. Satu gol aja, abis itu saya keluar lagi.’’pintanya.

“Kamu tenang disitu.’’pintanya.’’Saya masih mengamati pergerakan teman-teman kamu.’’

Bastian menjauh. Ia kembali duduk. Diperhatikannya pertandingan itu. Ia benar-benar meskiming pertandingan. Namun ia masih dicadangkan.

“Kak Bastian.’’sapa Viona adik kelasnya yang ia kenal waktu itu.

“Eh, Vio.’’

“Hm, sipembuat heboh lapangan kenapa enggak dimasukkan ini?’’sindirnya sambil tertawa.

“Heboh apaan?’’

“Kamu kayaknya memang harus masuk kak. Biar makin seru.’’

“Eh Vio, kalau ngomong jelas kenapa sih. Support aku dong, jangan yang aneh-aneh.’’kicaunya menasihati.

“Justru aku support kamu, makanya ke sini kak. Mungkin karena kulitmu terlalu putih kak, makanya enggak diizinin masuk.’’ledeknya.

“Body shaming kamu. Mau putih, hitam, coklat, enggak ngaruh.’’jelasnya.

“Abisnya kamu putih kali, enggak cocok mainnya bola Kak.’’candanya lagi.

“Bodo amat.’’

‘’Kalau aku bisa masukkin kamu ke lapangan. Kita ngopi ya kak.’’

“Wop siap.’’jawab Bastian cepat.

“Okeh.’’

Viona langsung mendekati pelatih, entah apa yang diomongin Viona, dalam hitungan menit,Bastian dimasukkan ke lapangan.

Viona mengernyitkan alisnya, memberikan isyarat, dan menunjukkan kesombongannya. Ia tersenyum. Bastian masih bingung, namun Ia tidak menyi-nyiakan kesempatan ini. Ia mengangkat kedua ibu jarinya ke arah Viona, dan mengucapkan terima kasih.

Viona kembali tersenyum, ia mengambil kameranya kemudian mengambil foto para pemain. Sementara itu Bastian bermain sangat epik. Bastian bertubuh atletis memang menjadi pusat perhatian. Selain itu, kulit Bastian yang benar-benar putih mulus bersih memberikan pesona yang plus.

Sorak sorai penonton ke arahnya. Membuat lonjakan semangat yang luar biasa. Hingga akhirnya permainan berlangsung seri. Mereka pun bersalaman terhadap apa yang terjadi.

‘’Cewek di sekolah kamu, gadis chers itu cantik juga ya.’’bisik Justin ketika bersalaman dengan Bastian.

“Oh asset kami yang paling mahal, enggak akan mau sama kamu,.’’ketusnya kesal.

“Kita lihat aja nanti.’’

Bastian tak menyahut lagi. Viona langsung melempar tas Bastian ke arahnya. Dengan sigap Bastian langsung menangkapnya.

“Ayok kita ngupi.’’ajaknya sambil menggandeng tangan Bastian keluar lapangan.

Bastian bingung setengah mati melihat adik kelasnya yang luar biasa ini. Ia ngerasa bahwa Viona mirip dengannya. Dalam bergaul sangat mudah akrab. Viona juga memancarkan kepercayaan diri yang luar biasa.

Sesampainya di kafe. Bastian memesan jus jeruk. Viona memilih coklat dingin. Ia tersenyum ke arah Bastian.

‘’Eh, kamu ini sebenarnya siapa sih? Kok rasanya luar biasa kali kamu bisa menghandle pelatih.’’

“Tenang aja kak, kamu akan aman kalau samaku.’’ucapnya dengan penuh keyakinan.

‘’Memangnya kamu siapa?’’

“V I o n a’’ejanya secara perlahan. Ia tertawa. “Aku anak jurnalistik, bagian pempublikasikan di sekolah kita.’’

Bastian tak menyahut. Ia masih mendengarkan.

“Aku tadi sempat bernegosiasi dengan pelatih kak. Kalau dia enggak masukin kamu, akan kuangkat berita mengenai diskriminasi pemain baru.’’

Bastian tertawa terbahak-bahak.

“Kamu benar gila Vi, pantes mukanya berubah gitu. Gokil banget kamu.’’pujinya dengan semangat.

“Hm, ini muji atau apa sih, enggak ada manis-manisnya.’’sahutnya sembari menyeruput minumannya.

“Terserah sama kamu nganggapnya apa.’’

“Udah ah kak, aku enggak mau basa-basi. Aku mau mempublikasikan kamu. Banyak yang minta untuk wawancarai kamu.

“Gila kamu.’’

“Nah itu tahu, pokonya kakak cuma jawab aja pertanyaanku. Ini postifi kok’’terangnya sambil mengeluarkan catatannya. “Aku mau buat artikel tentang kamu kak.’’

“Enggak usah aneh!’’tolak Bastian.

“Kamu enggak bisa nolak kak,’’ujar Viona lagi.

“Hm, okelah, tapi tolong jangan berlebihan.’’pintanya menurut. Bastian tidak mampu menolak, karena ia merrasa berhutang Budi dengan Viona.

Ia memberikan beberapa poin pertanyaan. Bastian menjawabnya dengan santai. Viona cukup asyik diajak ngobrol dan ia membuat wawancara tersebut seperti tidak wawancara formal. Obrolan mereka mengalir begitu aja.

Seminggu setelah pertemuan itu, ia tak lagi bertemu dengan Viona. Sementara itu Deren sengaja menemui Bastian yang sedang asyik duduk di koridor sekolah, menyaksikan segala aktivitas warga sekolah.

‘’Bas, gimana? Udah ada perkembangan belum?’’

“Eh, anu. Oh iya, aku belum gerak. Nanti aku coba bro. tapi aku ingatin lagi, aku beneran enggak janji.’’ucapnya memberi kepastian.

“Iya, tapi aku beneran pengen ngomong sama dia, minimal PDKT dulu bro.’’

Bastian tersenyum,sejenak ia berpikir. ‘’sebegitu sukanya kamu sama Aleksa?’’

“Cinta pertamaku.’’

Bastian tertawa, begitu juga Deren yang sempat malu-malu. Kedekatan itu disaksikan Aleksa. Gadis itu kesal Bastian dekat dengan Deren. Aleksa tidak menyukai Bastian dekat dengan Deren. Ia takut Bastian terpengaruh dengan Deren.

Setelah bel berbunyi mereka pun masuk kelas untuk mengikuti les pertama. Hari ini pelajaran matematika. Diampu oleh Pak Robi yang tegas dan disiplin. Bastian yang tidak menyukai matematika membuatnya jenuh untuk mengikuti.

‘’Leks, nanti jelasin ulang ke aku ya.’’bisik Bastian di tengah pelajaran.

“Hm’’ungkapnya tak ramah, tidak seperti biasanya.

Bastian tak menghiraukannya, ia buka buku catatannya paling belakang, kemudian ia gambar berbagai jenis motor. Bastian tidak mendengarkan. Kemudian ia mengambil minum Aleksa seperti biasa tanpa permisi.

Brakkk

Dalam sekejap Aleksa langsung merampas sehingga botol minum Aleksa terjatuh.

“Tega banget sih Leksa,’’pekiknya setengah berbisik. Walaupun kegiatan mereka sudah mengundang perhatian.

“Biarin.’’

“Apa itu Bastian?’’tanya Pak Robi setengah membentak.

“Maaf Pak, botol minum saya jatuh.’’jawabnya sambil membereskan kericuhannya.

‘’Segera bereskan itu.’’perintah Pak robi sambil melanjutkan menulis di papan tulis.

“Baik Pak.’’Jawabnya membereskan. “Kamu kenapa sih Leks, galak amat hari ini?’’

‘’Aku enggak suka kamu berteman sama Deren. Kan udah kubilang kalau anak bola itu selalu nganggap remeh orang lain. Kamu malah deket sama dia.’’ungkapnya terang-terangan.

“Huft.Leksa, dia itu baik loh.’’Bastian merendahkan suaranya.

‘’Bodoh amat, aku enggak suka kamu deket dia.’’

“Haha, gelo kamu Leks’’ledeknya.

‘’Bastian,Aleksa, sanggupnya kalian ngobrol di kelas saya.!’’tegur Pak Robi.

“Maaf Pak’’sesal Bastian

“Bastian, kamu pindah ke kursi Deren.’’

“Baik Pak.’’keluh Bastian kesal. Ia pun mengemasi barang-barangnya. Deren merasa mendapat keberuntungan hari ini. Akhirnya dia bisa dekat dengan Aleksa.

Aleksa jadi merasa bersalah. Ia melihat wajah Bastian yang datar tanpa ekspresi. Aleksa tahu bahwa Bastian tidak maksud menyakiti dirinya. Namun Aleksa saja yang menanggapinya terlalu berlebihan.

‘’Hai, Leks’’bisik Deren ketika duduk di sampingnya. Ia beneran gugup.

“Hm, diem kamu. Aku lagi malas ngomong.’’sentak Aleksa kesal.

Pelajaran pun dilanjutkan kembali. Aleksa jadi tidak fokus menyimak penjelasan gurunya. Pikirannya terus ke arah Bastian. Ketika jam istirahat, Aleksa mencari sosok teman sebangkunya itu, namun ia benar-benar tidak menemukannya.

“Kamu ke mana sih Bast? Kamu beneran marah ya’’ujarnya dalam hati. Matanya terus menyusuri setiap sudut sekolah.

‘’Eh, nyari siapa kak?’’tanya Viona ketika ketemu di kantin.

“Bastian.’’

‘’Oh kak Bastian, paling di lapangan basket kak.’’

‘’Kamu lihat tadi dik?’’

‘’Enggak sih, soalnya sekarang kayakanya dia ngindarin keramaian’’jelasnya sambil tertawa kecil.

‘’Lah kenapa?’’

“Fansnya, pada sibuk nyariin kak.’’jelasnya singkat.

‘’Oh, kira-kira tahu enggak dia ke mana?’’

Viona tertawa,’’enggak loh kakak cantik.’’

“Oke deh dik, hm hasil wawancara kamu keren’’puji Aleksa. Ketika sudah membaca kisah mengenai Bastian. Mereka jadi tahu sebenarnya Bastian.

Bel pun berbunyi Bastian masuk dan duduk kembali di bangkunya. Kelas masih ricuh, karena mendengar isu bahwa guru Sosiologi tidak hadir hari ini. Aleksa yang tadi sempat dipanggil ke kantor, diberi tugas untuk mengkondisikan kelas agar tidak ribut karena tidak ada guru pengganti.

‘’Teman-teman tolong kondisikan ya. Silakan cari aktivitas masing-masing tapi jangan ribut.’’ucapnya ketika sampai di depan kelas.

‘’Emang kamu siapa?’’cetus salah satu gerombolan cewek.

‘’Ini perintah bukan aku yang buat. Tapi kalau kamu merasa ini enggak penting enggak usah digubris.’’keluhnya kesal.

“Aduh Leks,jangan mentang-mentang ketua kelas, kamu bisa ngatur kita.’’celutuk salah satu teman mereka.

“Eh, Shiren’’sentak Bastian kesal. “Udah jelas tadi kan kalau Aleksa tadi bukan ngatur. Kalau kelas kita ribut, terus mengundang perhatian guru dan kelas lain, toh juga kelas kita yang kenak. Ujung-ujungnya kita dikenal Bengal. Dan Shiren, aku enggak mau gara-gara kamu citra kelas ini rusak.’’ketusnya lagi. Shiren langsung diam karena ia juga menyukai Bastian. Shiren tidak berani komentar lagi.

Mendengar pembelaan Bastian, Aleksa semakin besar kepala. Dengan senyum yang ia tahan ia duduk mendekati Bastian. Namun Bastian langsung menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangannya langsung bertopang.

‘’Thanks Bas.’’bisik Aleksa.

“Hm, ‘’jawabnya singkat.

‘’Aku minta maaf soal tadi ya, aku enggak berhak melarang kamu main sama siapa aja.’’

‘’Iya-iya. Nanti malam kamu ada jam kosong enggak Leks?’’tanyanya sambil menoleh ke arah Aleksa namun dengan tetap wajah bersandar dengan meja.’’

“Kenapa?’’

‘’Nonton yuk.’’ajak Bastian. “Ada film baru, kamu suka nonton filmkan?’’

‘’Nah gitu dong.’’

“Nanti malam jam 7.00 kita ketemu di sana ya Leks.’’

Aleksa tersenyum.’’Oke. jangan telat.’’

“Sip ibu ketua.’’ucapnya sambil memejamkan matanya.’’ Leksa, tuh, udah aku beliin air minum untuk pengganti minuman yang tumpah tadi.’’ujarnya sambill menunjuk ke ujung meja Aleksa.

‘’Hm, makasih Babas sayang, kamu memang the best.’’

‘’Bodo amat’’ucapnya sambil Kembali memalingkan wajahnya. Shiren tepat duduk di sampingnya. Ia tak berkutik.

Tepat jam 7 malam, Aleksa sudah menunggu di depan bioskop. Tak lama Bastian datang dengan Deren dan salah satu teman ceweknya. Muka Aleksa berubah serratus delapan puluh derajat, sementara itu Deren justru sebaliknya ia sangat Bahagia menunggu momen ini.

‘’Udah lama Leks?’’tanya Bastian basa-basi.

‘’Udah. Kan udah kubilang tadi jangan telat.’’ucapnya manja. Namun wajahnya masih menunjukkan kekesalan.

‘’Sorry, lagian kan masih telat dua menit aja. ‘’

‘’Ya tetap aja telat.’’

‘’Hehe, iya-iya maaf ibu ketua. Oh iya kenalin ini Ola, teman aku.’’

‘’Aleksa.’’ucapnya ramah ia menjulurkan tangannya.disambut ramah dengan Ola.

‘’Ola. Salam kenal Leksa.’’

“Masih ada waktu untuk makan nih, kita makan dulu yuk.’’ajak Bastian mengarah ke kafe yang ada di dekat bisokop.

Mereka menurut, dengan cepat Aleksa menarik lengan Bastian mengiringi langkahnya. ‘’Bast, aku pikir tadi kita berdua.’’

Bastian tertawa.’’Maaf Leksa, tadi aku lupa bilang sama kamu.’’

‘’Hm, kamu memang enggak pernah peka.’’bisik Aleksa lagi. Hari ini ia sungguh berpenampilan menarik. Ia mengunakan rok kembang berwarna hitam bunga dengan kaos lengan pendek. Rambutnya ia gerai.

Setelah memesan menu makanan. Bastian duduk di samping Ola. Deren duduk di samping Aleksa. Mereka berhadapan. Aleksa menatap Bastian kesal. Namun Bastian pura-pura tidak tahu.

‘’Bas, jam berapa filmnya main?’’tanya Ola memecah kesunyian.

‘’’Dua puluh menit lagi. ‘’jawabnya singkat.

‘’Kita duduknya misah atau gimana?’’

‘’Kebetulan dapat satu deretan sih.’’

‘’Hm. Ola sekolah mana?’’tanya Aleksa mengalihkan pandangannya terhadap Bastian.

‘’Tunas Bangsa. Hm, Bastian teman dekat aku sejak SMP.’’jelas Ola. ‘’Oh iya Deren kamu satu tim kan sam Bastian.’’

‘’Iya La. Hehe’’jawabnya kikuk. Jantungnya tak nyaman duduk bersama Aleksa sedekat itu.

‘’Kalian semua sekelas?’’tanya Ola lagi.

‘’Iya,. Kami sekelas. ‘’

‘’Tapi kenapa suasananya jadi canggung gini kalau kalian sekelas, apa Bastian di sana susah bergaul?’’tanya ola penasaran.

‘’Hm, justru sebaliknya, nih anak cepat buat nyaman. Baru sebulan di sekolah, warganya udah pada heboh.’’jelas Aleksa menggebu-gebu.

‘’Haha, Leks, ini kelebihan dia. Kamu kalau lihat penampilan Bastian, kamu pasti nganggapnya nih anak stay cool, enggak banyak omong. Taunya malah kebalikannya.’’sambung Ola sambil menyantap makanannya.

‘Hm, Ola, please calm!’’

‘’Hehe, Oke Bast.’’ujar ola menuruti. Ia beralih kepada Deren.’’Kamu Deren, aku dengar kamu jago main bola. dan kamu juga kapten tim ya.’’puji Ola.

‘’Iya aku kapten tim. tapi untuk menjadi tim inti aku enggak punya kekuasaan untuk menentukan’’jelas Deren seolah-olah memberikan ultimatum ke Bastian untuk tidak mengharap kepadanya.

‘’Bastian bisa masuk tim inti, tanpa bantuan siapapun’’jelas Ola dengan semangat.

‘’Kita bahas yang lain aja ya.’’ucapnya. ‘’Kalau untuk itu, aku juga tidak mengharapkan lebih. Walaupun menjadi tim inti impian siapapun. Tenang y Bro, jangan dijadikan beban. Aku juga akan berusaha semampuku tanpa mengharapkan siapapun.’’ucap Bastian yang memahami maksud dari Deren.

Deren tersenyum, ia melirik Aleksa yang di sampingnya. Aleksa terlihat cuek terhadap Deren. Bagi Deren ini semua tidak mudah. Hampir satu tahun dia mencoba mendekat dengan Aleksa namun perlakuan yang sama tetap ia dapatkan. Namun kali ini ia merasa selangkah lebih maju. Bersama Bastian, ia memperoleh kemajuan dari sebelumnya.

Akan tetapi sebaliknya, Aleksa sedikit terganggu, dengan kehadiran Deren. Apalagi mereka duduk bersebelahan membuat Aleksa tak nyaman. Ia menatap Bastian yang asyik menyantap makanannya. Tak lama mereka pun memasuki bioskop. Ola, Bastian, Aleksa, Deren duduk berderetan.

Deren memberikan minumannya yang dibelinya tadi ke Aleksa, untuk mencairkan kecanggungan. Bastian pura-pura tidak tahu.

‘’La, kita tukar kursi ya.’’bisik Bastian. Ia ingin Bastian duduk di sebelah Aleksa.

Ola menyetujui. Namun Aleksa yang menyadari pergerakan Bastian pun langsung menarik lengannya Bastian.

‘’Sini aja Bas,’’larangnya sambil menarik lengan Bastian kuat.

‘’Leks, enggak mungkin aku di tengah gini.’’

“Hm, udah enggak apa-apa. Kita di sini enggak ngapa-ngapain.’’

“Huft.’’Bastian menghela nafas panjang. ‘’Ibu ketua memang enggak bisa dilawan.’’celotehnya sambil menatap layar lebar yang terpampang luas di hadapan mereka.

Film pun mulai, ternyata film yang mereka saksikan berupa film horror. Ola menarik lengan Bastian karena ketakutan. Begitu juga dengan Aleksa melakukan hal yang sama.

“Gila kamu Bast, aku kirain ini film romance.’’keluh Ola.

“Aku juga enggak tahu kalau ini film horor’’ucapnya yang bingung. Sejujurnya ia memesan ngasal di siang tadi tanpa memperhatikan trailer filmnya terlebih dahulu.

“Ih… serem Bas. Beneran gila kamu.’’

“Kalian itu yang serem, udah hampir gila aku di kursi ini.’’keluhnya kesal. “Ren, kita change duduknya.’’pinta Bastian yang langsung mendekati Deren.

Deren menurut, ia jadi duduk di antara mereka. Aleksa mengikuti gerak Bastian, tubuhnya menngahalu ke arah Bastian.

“Hm, dasar Bastian, diakan cuma pengen lebih dekat samaku.’’ucap Aleksa dalam hati. “Kamu sengajakan? Biar lebih dekat samaku.’’ucapnya lagi dalam hati.

“Awas kalau kamu cengkram lagi tanganku ya Leks.’’ancam bastian sambil mengacungkan kepalan tangannya.

Aleksa tertawa, “Maaf Bas, hehe. Abis kamu salah film.’’

“Iya, pula tadi ngasal ngambil tiketnya.’’ucapnya setengah berbisik.

Mereka pun menonton Kembali. Deren selalu curi pandang kepada Aleksa. Wajahnya menunjukkan ketakutan yang luar biasa, beda dari biasanya. Terlihat imut dan menggemesin, sehingga Deren hanya fokus ke wajahnya Aleksa.

Ola justru anarkis di bangku penonton, jeritannya luar biasa. Terkadang ia menggenggam tangan Deren sekuatnya. Namun Deren tidak merasakannya. Pikirannya hanya ke Aleksa.

Satu jam kemudian film selesai. Mereka pun keluar. Bastian dan Ola berjalan beriringan. Deren mengikuti langkah Aleksa.

“Ehm Bas, kamu pulang bareng Ola kan?’’

Bastian mengangguk menyetujui.

“Ehm Leksa, kamu pulang bareng aku aja ya.’’aju Deren kepada Aleksa.

“Enggak usah, aku naik ojol aja.’’tolak Aleksa kesal.

“Leksa, mending kamu diantar Deren aja. Udah malam kayak gini. Lebih aman kalau sama Deren. Lebih jelas lagi.’’ucap Bastian menyarankan.

“Hm, enggak usah. Mending pakai ojol.’’tolak Aleksa lagi

“Iya Leksa, benar kata Bastian. Kalau ojol kita masih enggak tau gimana karakternya.’’sambung Ola lagi mendukung Bastian.

“Yuk Aleksa.’’ajak Deren tenang.

‘’Hm, okelah. Tapia was kalau kamu macem-macem’’ancam Aleksa.

‘’Iya, aman Leksa.’’

Terpopuler

Comments

Sasa Ran

Sasa Ran

aku salting bas🫣

2023-10-01

0

Viin

Viin

lah salah pesen🤣

2023-04-25

0

lil'sky

lil'sky

ya karna aleksa ketua kelas makanya dia ngatur

2023-04-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!