Transfer Student

Transfer Student

Hari Pertama

Brakkkk

Seorang gadis menjatuhkan seluruh buku tugas di koridor sekolah. Ia terlihat kewalahan mengutip satu per satu buku tersebut. Dengan segera Bastian berlari ke arah gadis itu.

“Kamu enggak apa-apa?’’tanyanya sambil membantu mengutip buku yang berserakan.

Wanita berlesung pipi itu tersenyum, “Eh, iya enggak apa-apa kok.” Ia segera mengutip seluruh bukunya. “Hm, kamu anak baru di sekolah ini?’’

Bastian mengangguk. “Iya, baru pindah,’’ucapnya sambil mengangkat buku-buku yang berserakan. “Hm, aku bantu ya.’’ujarnya menyodorkan diri. Ia lirik jam tangan yang terletak di sebelah kanannya. Jam itu menunjukkan pukul 7.20 WIB. “Kayaknya aku telat nih?

“Kamu enggak telat kok, kita masih ada waktu 10 menit lagi untuk mulai pembelajaran.’’jelasnya sambil bangkit dari duduknya.

“Wah baguslah, kamu mau bawa ke mana buku sebanyak ini?’’tanyanya sambil meletakkan bukunya di lantai.

“Ke kantor guru.’’

‘’Kebetulan, biar aku yang bawa ya.’’ucapnya. “Kenalin Bastian,’’sapanya ramah sambil mengulurkan tangannya.

“Aleksa.’sahut Wanita berlesung pipi tersebut. Ia turut menyodorkan tangannya dan meletakkan bukunya di tembok koridor. ‘’Salam kenal Bas,’’ucapnya dengan ramah.

‘’Eh, salam kenal juga, yuk kita ke kantor guru.’’ajaknya sambil membawa seluruh buku-buku tersebut. ‘’Eh tapi tunggu. Ini combin pin kamu ya?’ujarnya sambil mengambil aksesoris rambutnya dari lantai, dan langsung memakaikannya ke rambut Aleksa.

“Eh, iya’’Leksa tertegun. Ia menatap Bastian tidak berkedip. ‘’Thanks’’

‘’Yuk, sekalian temani aku ke kantor guru.’’

Mereka pun beriringan berjalan menuju ruang guru yang jauhnya kurang lebih lima meter dari koridor. Sesampainya di sana Bastian langsung meletakkan buku di salah satu meja guru sesuai dengan arahan Aleksa. Setelah itu, ia menemui wakil kepala sekolah untuk menunjukkan kehadirannya. Wakil kepala sekolah pun menyuruhnya masuk ke kelas XI PIS 2.

‘’Silakan kenalkan diri kamu.’’

‘’Baik Bu, terima kasih. Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama saya Bastian, saya murid baru di sekolah ini. Semoga teman-teman dapat menerima saya sebagai rekan-rekan semuanya ya.’’ucapnya dengan ramah.

“Baiklah Bastian, Ibu rasa sudah cukup. Bastian, kamu boleh duduk di samping Aleksa ya.’’perintahnya sambil memberikan arahan. Bastian mengikuti. Aleksa tersenyum, ia menggeser seluruh bukunya ke arahnya agar Bastian leluasa untuk belajar di sampignya.

‘’Lah, kita sekelas?’’sapa Bastian.

Leksa mengangguk menyetujui. “Jadi bakalan sering ketemu dong.’’ucapnya senang.

Bastian mengangguk. “Hm, Leks, mohon bimbingannya hehe. Semoga kita bisa berteman baik.’’

Aleksa tersenyum.’’Yes! Semoga bisa lebih dari itu.’’ujarnya dalam hati.

Jam istirahat pun tiba, Aleksa langsung mengajak Bastian ke kantin. Bastian memesan bakso tanpa mi, dan minuman softdrink. Begitu juga dengan Aleksa. Mereka duduk di pojokan kantin.

‘’Ini sekolah cukup keren ya.’’pujinya sambil menyantap makanan miliknya.

‘’Keren apanya?’’tanyanya heran dengan pujian Bastian.

‘’Keren karena ketua kelasnya cewek. Hehe.’’candanya memuji Aleksa yang menjadi ketua kelas di kelasnya.

“Ih, kirain kenapa.’’

“Kamu tahu enggak, kalau aku lihat-lihat, enggak nyangka aja ketua kelas cewek imut kayak kamu, penasaran, gimana kamu memimpin kelas.’’

“Eh, jangan sepele ya, gini-gini jiwa kepemimpinanku enggak boleh diragukan. Aku bisa memimpin kelas sesuai harapan guru-guru kita‘’

Bastian mengacungkan jempolnya ke dahi Aleksa.,’’Wop keren banget kamu,‘’

“Ih, kamu apaan sih’’elaknya. ‘’Nih anak, masih baru kukenal, tapi udah langsung nyaman aja ngobrol bareng.’’puji Leksa dalam hati.

‘’Haha, oke deh ibu ketua, aku beneran butuh kamu untuk mengenal lebih dalam sekolah. Siniin handphone kamu.”ucap Bastian sambil mengambil hanphonenya dan menujukkan barcode WA nya. ‘’Scan WA aku ya.’’

Kali ini Aleksa kembali menurut ia menscan barcode milik Bastian.

Bel pun berbunyi, mereka kembali melanjutkan pelajaran. Seusai jam pelajaran, Bastian langsung pulang dengan mengendarai motornya. Namun baru saja ia melajukan motornya perhatiannya terhenti ke lapangan. Ia lihat ekskul sepak bola sedang melancarkan aksinya. Bastian mengalihkan arah motornya ke arah lapangan. Setelah mematikan motornya ia mendekati pelatih sepak bola tersebut. Ia mengenalkan diri dan langsung mengutarakan isi hatinya.

‘’Tim sepak bola ini, tim terbaik dan saya tidak asal-asalan merekrut pemain. Apalagi pemain tidak disiplin, dan tidak menaati peraturan.’’tegas pelatih tersebut.

‘’Saya akan mengikuti aturan Bapak.’’ucapnya dengan penuh keyakinan.

‘’Boleh saya tes kemampuan kamu?’’tanya pelatih tersebut.

‘’Boleh Pak. Sekarang?’’

‘’Silakan’’

Bastian langsung mengganti seragamnya dengan jersey miliknya. Ia memakai jersey warna merah. Diambilnya sepatu bolanya dibagasi kemudian ia kembali ke lapangan.

‘’Saya siap Pak.’’

‘’Silakan pemanasan dulu.’’

‘’Siap Pak.

Bastian meregangkan seluruh tubuhnya, ia juga jogging kecil untuk mengumpan staminanya. Setelah lima belas menit, ia mendekati pelatih kembali.

“Pritttt.’’, Pelatih membunyikan peluit sehingga semua berdiri di hadapannya. Ia sempat memberikan pengarahan sebelum perekrutan anggota baru dimulai.

‘’Seperti biasa, kita tidak sembarangan dalam menerima pemain. Jadi kalian harus tunjukkan bagaimana latihan kita,dan cara main tim kita bagaimana.’’

‘’Siap Pak.’’jawab mereka serempak.

‘’Siapa tadi nama kamu?’’

‘’Perkenalkan, nama saya Bastian, saya murid baru di sekolah ini. Saya sangat ingin bergabung dalam tim ini, mohon bimbingannya teman-teman.’’ujarnya dengan rendah hati.

“Biasa kamu main sebagai apa?’’

‘’Striker’’ujarnya dengan penuh yakin.

‘’Kita tes.’’ucap pelatih. Dia membagi kedua tim. Bastian main ke tim B, dan posisinya sebagai striker seperti yang ia bilang.

Pertandingan langsung dimulai, Bastian adalah tipe pemain yang mengamati terdahulu siapa lawannya dengan menskimming kemampuan setiap pemain, serta posisinya. 20 menit pertama Bastian belum menunjukkan kemampuannya, namun dua lima menit berikutnya ia mulai menunjukkan aksinya. Setelah ia dapat menghandle bola, ia giring bola ke arah gawang. Tiga pemain sekaligus ia lewati dengan mudahnya. Dan akhirnya ia cetak gol.

Bastian tersenyum, salah satu menepuk punggung Bastian, ‘’Kamu hebat, semoga kamu di terima tim ini.’’ucap Andreas nomor punggung delapan.

‘’Siap bro. mohon kerja samanya.’’

Selama empat puluh lima menit pertandingan berlangsung, Bastian sudah mencetak 3 gol berturut. Pertandingan pun selesai. Secara pibadi ia dipanggil oleh pelatih. Ia disuruh istirahat, sementara yang lainnya lanjut latihan.

Bastian duduk di pinggir lapangan hijau itu. Ia kehausan. Diluruskan kakinya sambil menghela nafas panjang.

‘’Minum Bas.’’

‘’Leksa, wohh emang kamu bidadariku.’’pujinya sambil tersenyum semringah. Ia langsung menerima pemberian Aleksa. Bastian meneguknya tanpa tersisa sedikit pun.

‘’Kamu ikut bola?’’tanya Aleksa ingin tahu.

‘’Ehm lagi coba sih, mudah-udahan keterima.’’jawabnya dengan penuh keyakinan.

“Hm, mudah-mudahan enggak diterima.’’ujar Aleksa sembari menunjukkan ketidaksetujuannya Bastian masuk tim itu.

‘’Doa kamu jelek banget sih. Ini impianku.’’cetus Bastian dengan nada sedikit menekan kepada Aleksa.

‘’Aku enggak suka anak bola.’’terangnya singkat.

‘’Nanti lama-lama suka kok. Hehe’’ujar Bastian penuh yakin. Menjadi tim ini adalah impiannya sejak dulu.’’Sa, sorry aku haus banget, beneran kuhabisin. Hehe.’’

‘’Iya enggak apa-apa. Nanti kamu bayar ya.’’

“Berapa.’’

‘’Bayar makan di kantin.’’

‘’Haha, iya nanti aku bayarin pakai uang kamu’’ledeknya

‘’Iss…’’’

Bastian tertawa, ia masih meregangkan ototya.’’Kamu ngapai kok belum pulang?’’

‘’Mau Latihan cherss.’’

‘’Hm, heran lihat aktivitas kamu. Banyak amat, kamu penghuni sekolah ini?’’

‘’Iya,tahu aja.’’

‘’Bastian!’’panggil pelatih sekolah mereka. Bastian langsung sigap.

“Aku tinggal dulu ya Leks, thanks minumnya, kamu memang yang terbaik.’’ Pujinya sambil meninggalkan Aleksa. Ia berlari menghampiri pelatih di tengah lapangan.

“Hm iya ganteng, aku ikhlas lahir batin bawain minuman tiap hari kalau ke kamu. Sejak pagi tadi kamu udah ngambil sepenuhnya hatiku.’’ucap Aleksa dalam hati. ‘’Kamu berhasil mencuri hatiku di pertemuan pertama hari ini.’’sambungnya lagi sambil meninggalkan lapangan.

“Saya terima kamu di sini sebagai pemain dalam tim ini,. Tapi untuk menjadi tim inti di kesebelasan ini, kamu harus lebih kerja keras.’’

‘’Baik Pak, saya akan berusaha.’ucapnya dengan bahagia.

‘’Untuk yang lain, kalian harus dapat bekerja sama.’’

“Baik Pak.’’jawab mereka serempak.’’

Seusai Latihan, Bastian duduk di pinggiran lapangan, masih menyaksikan segala aktivitas. Kapten mereka mendekatinya. Tingginya 170 cm, dengan penampilan rapi dengan kulit sawo matang.

‘’Selamat bergabung di tim ini ya Bro.’’ucapnya dengan ramah.

“Eh, thanks Man, mohon bantuannya.’’jawab Bastian santun.

‘’Kita juga sekelas, aku Deren.’’

Bastian mengangguk, ia berdiri dari duduknya,’’Wah, aku gak tahu. Bakalan seru nih.’’

Deren mengangguk.’’Tapi Bas, aku cuma ingetin sama kamu, kalau tadi cewek yang duduk sama kamu, itu gebetan aku.’’

‘’Siapa? Ketua kelas kita?’’

“Iya ketua kelas kita.’’sambung teman Deren dari belakang. “Aku Theo.’’ucapnya memperkenalkan diri. ‘’Jangan macam-macam kamu Bro.’’ucapnya setengah mengancam.

Bastian tersenyum, ia menepuk Pundak Deren. “Ok Men.’’ucapnya sambil meninggalkan mereka. “

ya.’’

Keesokan harinya saat jam istirahat, Bastian duduk di pinggir lapangan basket. Ia mengamati gerak-gerik anak basket. Hingga terlemparlah bola tersebut ke arahnya. Bastian mengambilnya dan kemudian ia langsung menembak bola itu ke ring. Tanpa sengaja, bola itu langsung masuk ke dalam ring.

‘’Bam’’ bola itu masuk dalam jarak lima meter. Ia mendapat tepukan tangan dari para pemain itu, dan soraksorai dari yang melihatnya. Dalam sekejap, Bastian menjadi pusat perhatian warga sekolah.

Bastian tersenyum, kemudian seolah tidak terjadi apa-apa, Bastian meninggalkan lapangan. Ia meninggalkan kehebohan yang mengalir begitu saja. Tepat di koridor sekolah seorang gadis menghentikan langkahnya.

Gadis itu melemparkan bola ke arahnya. Bastian menangkapnya, kemudian berjalan mendekati gadis manis itu.

‘’Nih, ‘’ucapnya dengan ramah.

“Tanggung jawab kak,’’ucapnya juga ramah. Gadis bertubuh tinggi yang jauh di bawahnya. Rambutnya lurus sebahu. Ia menggunakan kaca mata.

Bastian menghentikan langkahnya.”Lah kamu kuapain.’’

“Satu sekolah heboh karena kamu.’’

“Aku ngelakuin apa?’’

“Udah deh kak,. Enggak usah pura-pura enggak tahu. Kakak, kak Bastian kan? Anak kelas XI PIS 2? Baru pindah kemarin.’’jelasnya sambil mengikuti langkah Bastian.

“Kamu kok bisa tahu?’’

“Kan udah aku bilang kalau kaka buat heboh satu sekolah.’’

“Haha, siapa nama kamu?’’

“Vania. Kelas X PIS 2’’

“Oh, Vania. Kapan-kapan kita ngopi ya,’’ucapnya seraya meninggalkan mereka begitu saja.

Sesampainya di kelas, Bastian langsung duduk di bangkunya. Tak lama Aleksa juga datang diiringi dengan Deren dan Theo. Aleksa terlihat ketus ketika berjalan dengan keduanya.

“Hai, Bas’’sapanya ketika sampai di bangkunya. Ia letakkan seluruh barangnya di meja mereka.

Bastian hanya menaikkan kedua alisnya sebanyak dua kali menjawab sapaan Aleksa. ‘’Kenapa wajahmu masam gitu ibu ketua?’’tanya Bastian ingin tahu. Ia membantu Aleksa merapikan barang bawaanya.

“Bete.’’jawabnya singkat sambil mengambil buku pelajaran selanjutnya.

“Iya aku tahu. Why?’’tanyanya lagi ingin tahu.

“Aku bete sama Deren.’’

Bastian terkejut mendengar jawaban singkat Aleksa. Ia mengulangi pertanyaannya untuk kesekian kali. “Kenapa?’’

“Aku enggak suka anak bola, mereka itu pada sok semua. Mentang-mentang mereka tim terbaik di sekolah mereka suka nganggap remeh.’’jelas Aleksa sambil setengah berbisik ke Bastian.

“Hah, nganggap remeh gimana.’’

“Udah ah Bas, bahas yang lain.’’pintanya masih kesal.

“Hm, aku juga sekarang anak bola loh.’’ucapnya sambil tersenyum.

Aleksa menoleh ke arah Bastian. ‘’Kamu keterima di tim itu?’’tanya Aleksa setengah terkejut.

Bastian mengangguk.’’Iya, hehe.’’

‘’Hm’’Aleksa mendeham. ‘’Doaku enggak dikabulkan ternyata.’’keluhnya dengan menunjukkan wajah kekecewaan.

‘’Idih, wajah kamu udah kayak baju kusut tahu enggak.’’

‘’Biarin.’’

Bastian tersenyum,’’Leksa yang cantik, kamu itu luar biasa ya.’’

‘’Apa lagi?’’tanyanya ingin tahu, namun sesungguhnya ia tersipu dengan pujian Bastian.

“Luar biasa nyebelinnya.’’ledek Bastian sambil tertawa.

Aleksa tersenyum,’’Ih, kamu tuh yang nyebelin. Kan udah kubilang aku enggak suka sama anak bola. Kamu malah masuk ke tim mereka. Kamu tahu enggak, kaptennya mereka si Deren itu nganggapnya semudah itu dapetin seluruh cewek di sekolah. Dia anggap aku mungkin mau sama dia.’’

Bastian tertawa,’’Jangan mudah nyimpulin sesuatu, kalau kamu belum lihat seluruhnya.’’nasihatnya sambil memainkan pena miliknya.

“Hm, kamu masih baru di sini. Enggak tahu apa-apa’’

“Dia suka kamu kan?’’tebak Bastian sambil menunjukkan pena ke wajah Aleksa.

“Lah kamu kok tahu’’

“Jangan pikir aku enggak tahu apa-apa. Buat pengecualian lah Leks.’’

“Iya aku buat pengecualian.’’

“Nah gitu dong.’’pujinya sambil tersenyum. ‘’Itu baru ibu ketua.’’

“Aku memang enggak suka sama anak bola, kecuali kamu.’’jelas Aleksa.

Bastian terkejut. Ia tak menjelaskan lagi karena kebetulan guru mereka langsung datang. Pelajaran pun dimulai, sesekali Bastian memperhatikan gerak-gerik Deren yang terus melihat wajah Aleksa. Dan Aleksa juga mengetahui, malah dia sengaja memberikan perhatian kepada Bastian. Ia berusaha fokus terhadap mapel sejarah yang sedang berjalan.

“Kamu kenapa Bas?’’bisik Aleksa kepadanya.

“Enggak apa-apa Ibu Ketua.’’jawabnya singkat. Bastian terlihat gelisah.

Aleksa mengambil catatannya. Dan menuliskan sebuah pesan singkat.

Bas, perkataanku tadi bukan tentang bola, tapi tentang kamu.

Bastian semakin gugup. Semakin ia mencermati kalimat itu semakin tak karuan pikirannya. Kalau dimaknai, isi kalimat itu, jelas Aleksa suka kepadanya. Bastian tak tahan lagi, ia langsung izin ke toilet untuk menghindari kejelasan makna yang dibuat Aleksa.

Tanpa disadari Deren mengikuti Bastian, ia juga izin ke toilet. Bastian kagetnya luar biasa.

‘’Bas, aku mau minta tolong sama kamu.’’pintanya menghentikan langkah Bastian yang hendak keluar.

“Bantu apa Bro,’’tanya Bastian pura-pura tidak tahu. Namun sebenarnya ia tahu jelas arahnya ke mana.

“Bas, aku beneran cinta sama Aleksa, bantu aku untuk dekat sama dia.’’

‘’Eng, kayakynya aku enggak bisa Bos.’’

“Please Bas, cuma kamu yang bisa cepat akrab sama dia. Aku enggak peduli, mau cepat ataupun lambat, aku akan tetap nunggu.’’

“Hm, tapi aku enggak janji Bos’’ucap Bastian ragu-ragu. ‘’Aku belum kenal benar gimana Aleksa,’’jelasnya.

‘’Aku akan tetap nunggu.’’tegasnya lagi.

Mereka pun kembali ke kelas, Aleksa kembali tersenyum melihat Bastian.

‘’Bas, kita disuruh nyatat apa yang dijelaskan Pak Sas,’’bisiknya sambil menunjuk ke arah buku sejarah halaman 177. ‘’Yang dijelasin Bapak itu sebagian dari sini. Kamu boleh kok lihat catatanku.’’jelasnya lagi.

“Ehm, aku lagi malas nyatat, ntaran aja sih Leks,’’tolak Bastian.

“Mau aku catatin?’’

“Eh, enggak usah ibu ketua, udah terlalu banyak tugas kamu. Aku enggak mau ngerepotin.’’tolak Bastian.

“Kamu enggak ngerepotin kok Bas.’’ ucap Aleksa sambil mengetuk dua kali tangan kiri Bastian yang terletak di atas meja.

Bastian tak menyahut, Ia kikuk, ditariknya tangannya kemudian diambilnya catatannya, dan mulai menggoreskan bukunya dengan penjelasan Pak Sas. Bastian berubah pikiran. Ia berusaha seoalah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Sesekali ia memainkan pulpennya. Bingung mau lanjutkan apa. Dan Sesekali pula ia lirik ke arah Deren yang benar-benar tidak bisa melepaskan pandangannya dari Aleksa. Hal yang wajar memang karena Aleksa itu gadis manis, kulitnya sawo matang, jika senyum ginsul di giginya terlihat, sehingga siapapun yang memandangnya tentunya akan sepaham dengan dirinya. Selain itu, Aleksa gadis yang baik hati, tegas, dan jiwa kepemimpinannya juga membuat siapapun laki-laki akan menuruti perintahnya. Ia juga ketua OSIS di sekolahnya, gadis yang berperan penting dalam segala urusan sekolah.

Rambutnya yang terurai, gaya jalannya yang feminim, serta tutur kata yang santun, menjadikannya layak untuk diidolakan. Kegiatan Aleksa juga banyak, berjiwa sosial tinggi, namun untuk dijadikan teman dekat, Aleksa cukup selektif. Hal iitu juga sempat diceritakan Aleksa diawal, dan ia sempat jujur bahwa Bastian teman yang tepat untuk dijadikannya dekat. Secara terang-terangan Aleksa mengungkapkan bahwa dirinya beneran nyaman dengan Bastian.

Bastian menganggap hal itu hanyalah hal yang wajar. Sebagai orang baru ia harus mampu berbaur dan menempatkan diri sesuai porsinya. Aleksa orang pertama yang ia kenal di sekolah itu cukup membuatnya dengan mudah beradaptasi.

Terpopuler

Comments

Sasa Ran

Sasa Ran

bastian /Brokenheart/

2023-10-01

0

Sasa Ran

Sasa Ran

bawain utk ku juga ya leksa

2023-10-01

0

lil'sky

lil'sky

haloo! nitip tinggalin jejak disini~
kalo bisa mampir juga ya ke karya aku, masih lumayan baru.
Semangat terus author!!💪🏻

2023-04-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!