"Tidak salah? Aku memperkosa dirimu?" protes Lidya kesal. "Justru kau yang sudah memaksa dan menodaiku, Tuan Alex Pradana yang terhormat," cibirnya.
Alex menatap tubuhnya tidak percaya. Ia lantas menyambar pakaiannya dari dalam lemari lalu memakainya begitu saja di depan Lidya tanpa merasa malu sedikitpun. Justru Lidya yang tertunduk jengah karenanya.
"Kau sudah melihatku, kenapa malu?" olok Alex sembari menatap Lidya sinis. "Bagaimana, aku sempurna bukan?"
Lidya hanya mendengus. "Cepatlah, Kim sudah menunggumu."
Seperti di ingatkan, Alex segera merapikan pakaiannya lalu membasuh wajahnya di wastafel dan menyugar rambutnya dengan santai ke arah belakang. "Apa aku sudah terlihat tampan?" Alex bertanya dengan pedenya.
"Cukup tampan," jawab Lidya.
"Wah, kau sudah mulai memujiku, berapa uang yang kau minta?" Hidung Alex kembang kempis mendengar jawaban dari Lidya.
"Cukup tampan untuk wanita dengan gangguan penglihatan," ralat Lidya cepat. Ia lalu menyambar ponselnya dan mulai berselancar internet, mencari informasi terbaru tentang barang-barang branded yang mungkin bisa ia jual di toko online miliknya.
Sontak Alex menadah air dalam telapak tangannya lalu melempar air itu ke arah Lidya, yang tentu saja tidak sampai mengenai wanita itu, karena jarak dari wastafel dan tempat tidur cukup jauh, di kamar VIP yang lumayan luas itu.
"Kau belum melihat bagaimana pesonaku yang sesungguhnya, Nyonya Alex Pradana abal-abal!" gerutu Alex.
Lidya hanya mencebikkan bibirnya tak peduli dengan ucapan yang Alex lontarkan.
Merasa di acuhkan, Alex serta merta menyambar jasnya lalu melangkah keluar dengan langkah kaki yang dibuat sedikit menghentak, untuk memancing perhatian dari Lidya. Namun ternyata istrinya itu tetap fokus pada ponselnya, hingga membuat Alex jengkel sendiri. "Awas kau nanti!" desisnya gemas.
"Periksa dulu resleting celanamu, Tuan Muda Alex!" teriak Lidya iseng.
Alex yang sedang memegang handle pintu itu sontak merunduk dengan cepat untuk memeriksa resleting celananya, jika lokasi itu terbuka, maka aset terbesarnya akan terlihat, dan itu akan sangat melukai harga dirinya sebagai seorang konglomerat muda, kaya raya dan digandrungi oleh banyak wanita itu.
Alex menggelengkan kepalanya kesal. "Ini tertutup dengan benar, kau benar-benar ngaco, keterlaluan!" umpatnya, saat melihat resleting itu tertutup dengan rapi dan benar.
Lidya mengedikkan bahunya acuh. "Aku tidak bilang itu terbuka. Aku hanya mengingatkan dirimu untuk memeriksanya, sebab kau baru saja bangun tidur," jawabnya. "Seharusnya kau berterima kasih padaku."
Alex tertawa terbahak-bahak. "Untuk apa? Berterima kasih untuk hal yang sudah kulakukan dengan benar? Jangan bermimpi!" desisnya yang lalu membuka pintu dan keluar dengan cepat lalu membanting pintu itu dengan keras.
"Hm, dia selalu berkelebihan tenaga," gumam Lidya yang mulai terbiasa dengan tingkah kasar suaminya itu. Ia terkekeh sendiri. Ini perdebatan pertama mereka setelah resmi menjadi pasangan suami istri dan setelah menjalani malam pertama. Tunggu dulu, malam pertama? Mereka melakukannya di sore hari, apakah itu masih disebut malam pertama? Entahlah. Lidya menggelengkan kepalanya acuh.
_
"Sudah siap, Tuan?" tanya Kim yang dengan setia menunggu di luar.
"Sudah. Jam berapa ini, Kim?"
"Saat ini sudah pukul sembilan belas lewat tiga puluh lima menit, Tuan Alex," jawab Kim sembari melihat arloji di tangan kirinya. Kim terbiasa teliti dan cermat dalam setiap laporannya.
"Aku sudah sangat terlambat! Kenapa kau tidak mengingatkanku satu jam sebelum waktu yang dijanjikan?" protes Alex yang lalu mengajak Kim untuk segera pergi dari tempat itu dengan cepat.
"Saya sudah menghubungi Anda, sekitar satu setengah jam yang lalu, ini buktinya Tuan," jawab Kim sembari menunjukkan riwayat panggilan pada ponselnya.
Alex melihatnya sekilas lalu mengangguk. "Sial, aku tidak mendengarnya!"
"Mungkin karena Anda terlalu letih hingga tertidur dengan pulas. Maklum saja Tuan, masih pengantin baru," ucap Kim.
"Apa maksudmu? Aku tidak menyentuhnya sama sekali!" gertak Alex.
Kim mengerutkan keningnya. "Maksud saya, Anda kelelahan karena baru saja menikah dan menerima banyak tamu, Tuan," jawab Kim meralat ucapannya. "Maksud Tuan dengan menyentuh apa?" tanya Kim polos.
Alex tertegun sendiri. Untuk apa ia membahas masalah sentuh menyentuh dengan Kim yang sampai saat ini masih menjomblo, tidak pernah dekat dengan satu wanita pun selama bekerja padanya. Asistennya itu tidak akan mengerti masalah 18+ ini.
"Oh, ku kira kau berpikir kalau aku sudah melakukan malam pertama dengan istriku," jawab Alex.
"Malam pertama?"
Alex menepuk dahinya pelan. "Bukan, maksudku--, ah sudahlah, sebaiknya kita cepat pergi saja dari sini. Aku yakin dia sudah sangat marah padaku saat ini," kilah Alex.
"Tenanglah, Tuan. Saya sudah menghubungi beliau dan mengatakan bahwa Anda akan terlambat. Sekarang saya mengirim kabar, bahwa Anda sedang bersiap untuk datang menemuinya," jawab Kim cepat.
Alex tersenyum lebar mendengarnya. "Tak salah aku menerimamu jadi asistenku, Kim. Kau selalu bisa diandalkan," pujinya.
Seperti biasa, Kim hanya mengangguk dan tersenyum untuk menjawab Alex.
***
"Iya Ma, Lidya baik-baik saja, ini sedang tiduran," ucap Lidya saat menjawab telepon dari ibunya.
"Kamu yakin baik-baik saja, Nak?" tanya Maria sembari menahan senyumnya. Beberapa jam yang lalu ia berniat untuk melihat putrinya di kamar khusus pengantin. Nyaris ia masuk ketika pintu sedikit terbuka, namun ia urungkan ketika melihat Alex dan Lidya sedang bergulat di atas ranjang. Rupanya Alex tidak menutup pintu dengan benar, hingga masih sedikit terbuka. Maria tersenyum simpul, lalu menutup rapat pintu itu dan berlalu pergi menuju kamarnya, di lantai bawah.
"Iya Mama sayang, harus berapa kali Lidya bilang? Lidya baik-baik saja, jangan khawatir," tegas Lidya.
"Ya sudah kalau begitu, Nak. Mama hanya khawatir saja, karena setiap wanita yang baru saja menikah, pasti akan kesusahan berjalan di awalnya," ucap Maria lega. Itu berarti putrinya cukup kuat menghadapi Alex. Setidaknya itulah yang ada dalam benaknya saat ini.
"Kesusahan berjalan?" Wajah Lidya seketika merona. Untung saja saat ini mamanya itu tidak ada di depannya, kalau ada mungkin sudah menertawakan raut wajahnya yang kini berubah kacau, saat mengingat ulah Alex padanya dua jam yang lalu.
"Iya, kamu pasti paham lah Nak, udah dewasa toh? Mama yakin kamu sudah mengalaminya sendiri," jawab Maria.
"Apa sih, Ma. Mama bicara apa?" tanya Lidya sok lugu.
Maria tertawa di ujung panggilan. "Kamu pura-pura nggak tahu atau memang lugu, Lidya? Kalau mama jelaskan melalui telepon pasti kamu tidak akan paham karena bakalan panjang," jawab Maria geli. "Mama ke kamarmu aja ya, kita bicara banyak," lanjutnya.
"Jangan sekarang, Ma, Lidya lagi sibuk nih, ntar aja kalau udah di rumah," jawab Lidya cepat. Lidya seketika panik sendiri. Bagaimana mungkin ia membiarkan ibunya datang ke kamarnya, sedangkan kondisinya masih kacau begini, apalagi jika ibunya itu melihat tanda kepemilikan yang sudah Alex tinggalkan di leher dan beberapa bagian tubuhnya yang lain. Oh tidak, ibunya itu pasti akan cerewet dan usil menggodanya. Lidya tidak sanggup membayangkan jika itu terjadi.
"Mama cuma sebentar aja, Lid. Janji nggak lama," ucap Maria tetap berkeras.
"Stop, Ma, jangan! Aku nggak enak sama Alex," cegah Lidya semakin panik.
"Kenapa dengan Alex?"
"Alex, anu Ma, eum ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Istrinya Ji hoon Oppa
haha mama ya iseng bgt
2023-06-08
1
Istrinya Ji hoon Oppa
wkwkw iseng bgt lidya
2023-06-08
0
Sery
kau tidak tahu saja, mungkin saja Kim sudah ada pasangan alex
2023-04-08
0