"Buka pintunya!" titah Alex pada Lidya. Pria itu lalu berlari menuju kamar mandi dan menyambar handuk kimono miliknya.
Lidya merapikan pakaian yang ia kenakan dengan perasaan lega. Ia lalu melangkah ke pintu dan membukanya.
"Tuan Alex ada, Bu?" tanya seorang pria dengan pakaian formal di tubuhnya. Pria itu menganggukkan kepalanya dengan sopan saat melihat Lidya.
"Ada di dalam, silahkan masuk, Pak," balasnya sembari menyeringai.
Pria itu sedikit mengangkat kepalanya lalu tersenyum tipis. "Maaf, Nyonya," ralatnya. "Kalau boleh minta tolong, sampaikan pada Tuan, saya menunggunya di sini," ucapnya sungkan.
"Baiklah, biar aku--."
"Masuklah, Kim, kita bicara di sini saja," titah Alex yang berteriak dari dalam. Sontak Lidya membuka lebar pintu kamarnya lalu bergegas pergi, memberikan kesempatan pada kedua pria itu untuk bicara.
Setelah Lidya menghilang, Alex menatap pria yang ia panggil Kim itu dengan penuh tanya. "Bagaimana?"
Kim melirik ke arah luar lalu mengunci pintu dan kembali duduk di hadapan Alex. "Wanita itu ternyata hamil dengan pria lain, Tuan," ujarnya melaporkan.
Raut wajah Alex terlihat cerah seketika. "Jadi bukan karena aku?"
Kim menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Bukan, Tuan. Kami sudah mendapatkan bukti yang akurat tentang hal ini," jawabnya.
Alex tertawa lepas. "Kau memang yang paling bisa ku andalkan, Kim! Tidak sia-sia aku memberimu gaji yang tinggi sebagai asistenku," pujinya.
"Terima kasih."
"Mana, tunjukkan padaku buktinya."
Kim merogoh saku dalam, di balik jasnya, lalu mengeluarkan amplop dan menyerahkannya pada Alex. "Silahkan, Tuan."
Alex tersenyum lebar. "Jadi aku terbebas dari segala tuduhan dan tanggung jawab apapun, termasuk biaya hidupnya?"
Kim mengangguk tegas. "Tentu saja, Tuan. Kami sudah konsultasi dengan pengacara Anda secara langsung dan beliau mengatakan bahwa semua bukti ini adalah kunci kemenangan Anda."
Alex mengangguk-anggukkan kepalanya. "Haruskah aku menemuinya?"
"Untuk apa, Tuan?"
"Menuntut balik atas semua tuduhan palsunya," jawab Alex.
"Saya rasa tidak perlu, Tuan. Pengacara Anda sudah melakukannya," jawab Kim sembari tersenyum miring.
"Kalian memang orang-orang terbaik!" puji Alex.
Kim hanya mengangguk sopan dan menyambut pujian itu dengan senyuman.
"Hera, kau akan mendekam di penjara bersama bayimu, miris sekali nasib anakmu itu," desis Alex sembari menyebut nama salah satu teman wanitanya, yang menuduh Alex telah menghamilinya.
"Ada lagi yang harus saya kerjakan, Tuan?" tanya Kim.
"Tidak ada. Semuanya sudah selesai."
"Kalau begitu saya pergi dulu, Tuan Alex," pamit Kim.
"Tunggu dulu, apa kau ada jadwal hari ini?"
Kim melihat buku catatannya lalu menggelengkan kepala. "Hari ini saya hanya bertugas seperti biasa, Tuan. Ada yang harus saya kerjakan?"
"Temani aku malam ini," ujar Alex sembari tersenyum miring. "Seperti biasanya."
Kim tersenyum penuh arti lalu mengangguk. "Baik, Tuan."
"Terima kasih."
Kim beranjak pergi setelah Alex menganggukkan kepalanya tanda telah selesai urusan mereka berdua. Sesekali ia menggelengkan kepalanya heran, mengetahui kelakuan atasannya itu yang gemar bermain wanita. Padahal salah satu korbannya nyaris saja menuntut dan menjebloskannya ke penjara karena ulahnya.
***
"Anda bisa kembali ke kamar, Nyonya. Maaf, saya sudah mengganggu waktu Anda berdua," ucap Kim, memberitahu Lidya, saat mereka bertemu di lobi hotel.
"Sudah selesai urusannya?" tanya Lidya basa basi. Ia begitu lelah dan penat, ingin segera beristirahat saat ini juga.
"Sudah," jawab Kim singkat. "Saya pergi dulu," pamitnya sembari mengangguk hormat.
Lidya menatap punggung kekar milik Kim, asisten Alex yang mulai menjauh darinya. Ia lalu melangkah ragu menuju kamar. Jantungnya kembali berdegup kencang ketika mengingat pergulatannya yang singkat bersama Alex. Seketika ia merasa gerah. Kini ia bingung memutuskan, apakah ia masuk saja ke dalam kamar atau kembali turun dan berjalan-jalan untuk menghabiskan waktu. Yang ada dalam benaknya saat ini hanya rasa malu dan jengah.
"Kenapa berdiri di sini? Masuklah!" suara bariton Alex membuyarkan lamunan Lidya. Ia tidak menyangka bahwa ternyata suaminya itu berdiri di balik pintu yang sedikit terbuka, seolah sengaja menunggunya. Sontak gadis itu pun berlari masuk lalu membaringkan tubuhnya ke atas ranjang king size yang cukup nyaman itu, lalu menutup tubuhnya dengan selimut sampai sebatas leher.
Alex menyeringai melihat tingkah Lidya. Sebagai lelaki yang cukup berpengalaman dalam urusan wanita, pria itu tahu, Lidya sedang malu dan salah tingkah.
Tiba-tiba muncul niat isengnya. Alex melepas singlet lalu menyusul Lidya, berbaring di sebelahnya sembari sesekali berdeham kecil. Lidya semakin tak karuan ketika satu tangan Alex mulai melingkar di pinggangnya.
"Lidya," panggil Alex pelan.
"Hm?"
"Boleh ya?"
"Boleh apa?" tanya Lidya gugup.
"Itu ...."
Lidya berdecak pelan. Ia lalu diam tanpa berniat untuk menjawab Alex.
"Lid?" panggil Alex sekali lagi.
"Ada apa?"
"Inimu, anu ...."
"Ck! Apa sih?" tak urung Lidya yang tadinya tidur miring memunggungi Alex, kini berbalik dan menatap Alex kesal.
"Kakimu, kenapa kau tumpangkan seperti itu di atas kakiku?" jawab Alex dengan wajah seriusnya.
"Hah? Ka-kaki?" Sontak Lidya melihat kakinya yang menindih kaki Alex. Seketika wajahnya merona saat Alex menertawakannya.
"Kau kira apa? Aku tidak semesum itu jika bersamamu, ingat itu!"
"Eh, tapi kau sendiri yang datang mendekatiku," protes Lidya.
"Itu hanya perasaanmu saja, Nyonya Alex Pradana gadungan," cibir Alex yang lalu beranjak dari tempat tidur.
Lidya hanya mampu menatap nanar punggung Alex yang kini tertutup singlet hitam. Lelaki yang adalah suaminya itu kini melangkah keluar sembari membanting pintu kamar dengan keras.
"Hm, sedang kelebihan tenaga rupanya," gumam Lidya kesal. "Gadungan? Apa maksud ucapanmu itu, bukankah kita sudah menikah secara resmi?" gusarnya. Ia lalu menyambar ponselnya di atas nakas, bermaksud untuk melihat sosial media miliknya. Sudah satu minggu belakangan ini toko online miliknya juga tidak pernah ia jenguk dan kelola. Ia berharap ada pemesanan yang masuk, entah satu atau dua, setidaknya cukup untuk menghibur dirinya.
Sudut bibir Lidya terangkat ketika ia melihat deretan pesan yang masuk dari para sahabatnya, mengucapkan selamat atas pernikahan.
Lidya tersenyum tipis, melihat satu pesan masuk dari ayahnya.
|Terima kasih, Nak, berkatmu bisnis papa berjalan lagi. Semoga kelak kau hidup bahagia bersama pria pilihan ayah.|
Lidya menghela napas panjang. Pesan dari Pramana membuatnya semakin yakin, pernikahan ini adalah semata demi untuk kebahagiaan ayahnya. Bukan dirinya ataupun juga ibunya.
Saking asiknya Lidya bermain ponsel, tanpa terasa hari sudah semakin sore, sementara Alex tak kunjung datang ke kamar itu.
Lidya melangkah ke pintu dan membukanya, melihat jika suaminya sedang berada di luar, namun di sepanjang koridor hotel itu terlihat kosong dan sunyi.
Lidya menutup pintu lalu kembali berbaring santai di atas ranjang. Iseng ia mencari sosial media menggunakan nama Alex, dan menemukan beberapa postingan terbaru hari ini, yang menampilkan foto Alex sedang minum bersama teman-temannya di sebuah kafe.
"Pantas sampai jam segini belum datang," gumam Lidya. Ia menggulir foto, iseng melihat beberapa komentar yang ada di bawahnya. Dahinya berkerut ketika membaca panggilan sayang dari seorang wanita. "Apa wanita ini kekasihnya?"
Belum lagi Lidya selesai melihat semua foto-foto yang ada, ia dikejutkan dengan suara pintu yang terbuka dengan kasar. Kedua matanya membulat saat melihat Alex melangkah masuk dengan sempoyongan.
"Lily, aku datang," ucap Alex yang lalu menendang pintu kamar dengan satu kakinya, lalu melangkah mendekati Lidya sembari melepaskan pakaiannya satu persatu.
"Alex, kau mabuk?"
Alex tertawa menyeringai. "Ada apa, kau merindukanku, Lily? Maaf, aku terpaksa menikah tanpa memberitahumu," sesalnya sembari menjatuhkan tubuhnya dan memeluk Lidya dengan erat.
"Lepaskan! Aku bukan Lily, buka matamu, Alex!"
Alex tidak memedulikan teriakan Lidya. Ia terus saja menciumi leher dan bahu gadis itu sembari membisikkan nama Lily.
Lidya berkali-kali menampik ucapan Alex dan berusaha melepaskan diri dari pria itu, tetapi tenaga Alex terlalu besar. Lidya tak mampu melawannya, hingga akhirnya tubuhnya terkunci tubuh polos Alex yang menindihnya dengan kuat. Alex terus menceracau dan menciumi seluruh tubuh Lidya. Semakin Lidya berontak, ia justru semakin bersemangat untuk terus melampiaskan hasratnya pada sang istri.
Lidya yang belum siap terpaksa menggigit lengan Alex dan juga bagian-bagian tubuhnya yang lain, yang bisa ia jangkau, tetapi tetap saja masih kalah. Alex seolah tidak merasakan sakit sama sekali.
Pergulatan itu terus terjadi, hingga akhirnya Lidya memekik tertahan, menahan sakit pada bagian intinya, saat Alex berhasil menghujam, menyatukan tubuh mereka dengan sempurna.
Air mata Lidya menetes dari sudut matanya saat Alex telah menuntaskan hasratnya dan kini berbaring telentang di samping tubuh Lidya yang lemas tak bertenaga. Dalam sekejap, pria itu tertidur dengan pulas, kelelahan, seolah baru saja selesai bekerja keras.
Lidya mengusap air matanya lalu menyambar selimut dan menutup tubuh polos Alex sepenuhnya. Ia lalu mencoba untuk berdiri dengan susah payah, bagian bawah tubuhnya terasa begitu sakit. Lidya memaksakan diri untuk melangkah dengan tertatih menuju kamar mandi. "Kenapa harus seperti ini?" desisnya kecewa. Meskipun Alex adalah suaminya, ia merasa begitu kecewa karena Alex melakukannya dengan cara paksa. Banyak yang bilang malam pertama itu indah, tapi bagi Lidya, malam pertamanya bagaikan bencana, yang membuatnya terluka, terlebih Alex selalu menyebut nama wanita lain saat melakukannya.
Setelah selesai membersihkan diri, Lidya keluar dari kamar mandi dengan wajah sembab. Langkahnya masih tertatih menahan sakit. Ia tersenyum pahit saat melihat Alex masih mendengkur dengan nyaman di atas ranjang. Ia tidak tahu bagaimana nanti harus menjawab, ketika Alex bangun dan tersadar dengan kondisi tubuhnya yang polos itu.
Baru saja Lidya duduk di bangku rias, suara ketukan di pintu membuatnya berdiri dan melangkah perlahan untuk membukanya.
"Maaf, Tuan Alex di dalam, Nyonya?"
"Kim? Suamiku sedang tidur, tunggulah sebentar akan 'ku bangunkan," ucap Lidya.
Kim melirik ke dalam sekilas, ia melihat Alex tidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya.
"Alex, Kim mencarimu." Lidya menyentuh lengan Alex perlahan lalu menggoyangkannya. Alex menggeliat lalu membuka matanya perlahan.
"Lily?" gumam Alex sembari menatap Lidya.
"Lily siapa, Alex? Bangunlah, Kim menunggumu di luar," titah Lidya dengan jengkel.
"Kim? Oh tidak, jam berapa ini?" Alex terhenyak. Ia langsung saja bangun dan beranjak dari tempat tidur tanpa menyadari kondisi tubuhnya yang polos.
"Pakai dulu bajumu!" ucap Lidya sedikit berteriak kecil. Ia takut Kim mendengarnya dari luar.
"Baju? Kenapa--, apa yang terjadi? Kau memperkosaku?" tuding Alex yang sontak membuat Lidya mendelik padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Sery
hei you yang memperkosa Lidya, Alex..dasar pemabuk
2023-04-08
0
Sery
otak Lidya sudah traveling 🤣
2023-04-08
0
Antie
Lily siapa nih? pacar Alex ya?
2023-04-07
0