Hari ini Adela sudah di perbolehkan pulang, selama genap sepuluh hari dirinya di rawat di rumah sakit tak sekali pun suaminya menengok, hanya ada mertua dan adik iparnya yang pernah datang sekali saat Adela baru saja siuman.
Kini Adela sudah semakin mengerti dengan apa yang terjadi pada pemilik tubuh yang kini dia tempatpi, Adela bersumpah akan membalas semua perlakuan suami sekaligus mertua dan adik iparnya yang telah membuat Adela merasa iba pada apa yang terjadi pada Adel, sehingga membuatnya ingin membantu Adel agar tidak lagi di perlakukan semena-mena dan tidak adil oleh Irwan dan keluarganya.
Jujur saja Adela merasa penasaran dengan sosok Irwan, suami Adel si pemilik tubuh, dia hanya pernah melihat Irwan lewat sekilas bayangan yang hadir di ingatannya secara tiba-tiba, dan itu tidak cukup jelas baginya, dia akan lebih puas jika bertemu secara langsung dengan sosok Irwan si penghianat cinta itu.
Adela turun dari taksi di sebuah pelataran rumah yang sederhana, tidak termasuk kategori jelek, namun juga belum masuk kategori mewah, rumah bergaya minimalis dengan ukuran sekitar tipe 54 itu lumayan besar jika hanya ditempati dirinya, sang suami dan mbok Yum, selain itu Irwan jarang di rumah, sehingga hanya dirinya dan Mbok Yum saja yang sering berada di sana.
Jika di bandingkan dengan rumah orang tuanya yang di tempati Adela, tentu saja sangat jauh sekali, rumah Adela sebelumnya berpuluh-puluh kali lipat lebih mewah dari ini, namun Adela sudah bertekad untuk menerima dan menjalani semuanya, jadi semua itu tak akan menjadi halangan baginya.
Hal pertama yang Adela lakukan di rumah itu adalah menuju kamar tidurnya, atau lebih tepatnya kamar tidur pemilik tubuh ini bersama Irwan yang berada di lantai dua rumah itu.
"Ah demi apa, baju-baju model apa ini?" Gumam Adela sat dia membuka lemari pakaian milik Adel yang benar-benar jauh dari seleranya, karena menurutnya itu sangat kuno dan kampungan.
Lantas Adela beralih ke meja rias, lagi-lagi Adela harus berdecak miris dan menepuk jidatnya karena di atas meja rias itu hampir tidak ada skin care sama sekali, bahkan sekedar tabir surya saja tidak dia temukan di sana, hanya ada bedak tabur merek murahan dan sebuah lipstik yang sepertinya sudah bertahun-tahun di pakai karena isinya sudah tinggal sedikit sekali.
"Pantas saja kulit wajah ini kusam dan kasar sekali, rambut kering seperti sapu ijuk, oh, Adelia Yunita, bagaimana kamu bisa merebut perhatian suaminya jika dia tidak memperhatikan penampilannya selama ini.
"Baiklah, hai pemilik tubuh ini di mana pun kamu berada, izinkan aku merubah penampilan mu, aku tidak bermaksud jahat pada mu, aku hanya berniat membantu mu membalaskan dendam pada orang-orang yang sudah menyakiti mu." Ujar Adela dengan mata menatap ke arah foto pernikahan Adel dan Irwan yang menggantung di dinding kamarnya.
Adela mulai mencari-cari dimana Adel menyimpan uangnya, dia membutuhkan uang lumayan banyak untuk membeli pakaian-pakaian 'layak' dan modis, juga membeli beberapa kosmetik dan perawatan wajah juga tubuhnya.
Karena tidak merasa uang yang dia butuhkan tidak cukup, lantas dia membuka kotak perhiasan Adel, bbirnya tersenyum merekah saat melihat bbeberapa perhiasan yang sepertinya tidak pernah di pakai oleh pemiliknya.
"Maaf aku jual dulu perhiasan mu, suatu saat aku akan menggantinya, ini demi kebaikan mu." Adela membawa kotak perhiasan itu keluar kamar.
"Mbok, mana ponsel ku, aku mau pesan taksi online." Tanya Adela yang sejak tadi tidak bisa menemukan ponselnya.
"Itu, non. Kebetulan si mbok tadi mengisi dayanya, barangkali tuan menghubungi non Adel." Mbok Yum menunjuk sebuah benda kotak berbentuk balok seperti remot tv yang teronggok di atas meja makan dan terhubung dengan sebuah kabel pengisi daya.
Adela ternganga, "Mbok, ini ponsel ku?"
Mbok Yum mengangguk, sementara tangan Adela meraih benda kotak aneh seperti remot tv itu, "Tuhan, apa benda ini bisa berfungsi? Aku tak percaya harus menggunakan ponsel yang bahkan layarnya hanya secuil seperti ini, tidak ada kameranya, tidak bisa internetan, tidak bisa nonton drama, apakah ponsel android belum ada di tahun ini?" Cicit Adela yang membuat Mbok Yum bingung nyonyanya terus mengeluh hanya karena sebuah ponsel.
Andai Mbok Yum tahu jika di masa yang akan datang, ponsel akan sangat berarti, karena segala hal bisa di lakukan lewat ponsel.
Adela berbelanja ke sebuah mall, setelah dia berhasil menjual perhiasannya, meskipun pakaian dan kosmetik yang di jual di mall saat itu banyak yang tidak cocok dengan apa yang di inginkannya, namun setidaknya kini Adela sudah membeli pakaian yang modis untuk zaman itu.
Bahagia rasanya bisa membeli barang-barang yang nantinya akan merubah penampilan kumalnya, dia tidak sabar untuk menunjukkan pada suami dan juga keluarga suaminya kalau Adel yang sekarang bukan Adel yang bisa mereka bodohi dan sepelekan lagi.
Tiga hari dari kepulangan Adel dari rumah sakit, akhirnya Irwan datang ke rumah. Mungkin dia baru pulang honeymoon bersama istri barunya itu.
"Adel mana Mbok?" Tanya Irwan, karena baru kali ini saat dirinya pulang yang membukakan pintu Mbok Yum, biasanya ketika mendengar suara deru mesin mobil dirinya masuk halaman rumah Adel sudah berlari menyambut dirinya di ambang pintu dengan senyumannya, namun kali ini Mbok Yum yang membukakan pintunya, padahal saat kemarin dia menelpon ke rumah ini untuk menanyakan kabar Adel karena dia tidak menjawab panggilan teleponya dan membalas pesannya, Mbok Yum mengatakan kalau istrinya itu sehat dan baik-baik saja.
"Non Adel di kamar, tuan." Mbok Yum menunjuk ke lantai atas.
Tanpa mengetuk pintu, Irwan langsung memutar kenop pintu kamarnya bersama Adel yang sudah lama tak di kunjunginya lagi, karena kini dia lebih nyaman bersama Linda, mantan kekasih yang kini sudah berstatus sebagai istri sirinya, dan mungkin sebentar lagi akan naik statusnya menjadi istri sah secara hukum setelah dia menceraikan Adel.
Tentu saja dia akan lebih memilih Linda, selain memang dia masih sangat mencintai mantan kekasihnya itu, penampilan Linda juga sangat jauh lebih baik dari pada Adel yang setiap hari selalu berpenampilan kumal dan lusuh, sehingga sekuat apapun dia berusaha untuk mencintai Adel namun sangat susah, hanya kebaikan dan ketulusan Adel yang membuatnya bertahan selama setahun dalam perkawinannya ini, selebihnya Adel tidak ada nilainya sama sekali di mata Irwan.
Mata Irwan langsung tertuju pada sosok wanita yang duduk di kursi balkon kamarnya, "Adel?" Sapanya ragu.
"Eh, hai mas, sudah pulang?" Adel mengalihkan pandangan matanya yang sedang membaca sebuah artikel dalam majah mode edisi terbaru yang baru di belinya tadi pagi.
Majalah yang berada di tangan nya sepertinya lebih menarik di banding kehadiran Irwan, terbukti dengan pandangan Adel yang kembali menuju ke artikel itu setelah menyapa sekilas suaminya.
"Adel?" Sapa Irwan sekali lagi memastikan jika wanita yang sedang berada di hadapannya itu adalah Adelia Yunita istrinya yang biasanya selalu menyambut kedatangannya dengan sumringah, dan antusias sebesar apapun kesalahan yang di lakukan Irwan, Adel tidak pernah marah atau merajuk pada Irwan, "Apa Adel sedang merajuk pada dirinya arena pernikahan keduanya, dan karena dirinya tidak datang menengok dia di rumah sakit?" Batinnya, tapi bukankah itu tidak mungkin, karena Adel tidak pernah bisa marah padanya karena istrinya itu sangat mencintainya.
Belum lagi dia juga melihat banyak perubahan pada diri Adel, mulai dari cara berpakaiannya, gaya rambutnya, polesan make up tipis di wajahnya, dia seperti melihat wanita asing di hadapannya kini.
"Apa kamu benar-benar Adelia?" Irwan mengangkat dagu istrinya yang masih saja serius dengan bacaannya.
"Ada apa sih mas, elah,,, ganggu aja, orang lagi baca juga!" Kesal Adela yang memang tidak pernah suka jika ada seseorang mengganggu keasikannya.
Irwan tersentak, karena selama satu tahun pernikahannya, ini pertama kalinya Adel membentaknya seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
raganya Adelia di mana 🤔🤔
2025-01-06
1
Azizah az
iya mas ini aku Adel istrimu tp hny raga ny jiwa ku Adelia hahaha 🤭
2023-04-04
2