Samar-samar terdengar suara wanita paruh baya memanggil namanya, "Non Adel, Non Adel," sambil terisak pilu, lantas saat mata Adel terbuka wanita itu berteriak histeris, "Dokter,,, Non Adel sudah sadar, dokteeeer!" Panggil nya terdengar melengking sampai Adela merasa telinganya berdengung sakit.
Adela memutarkan pandangannya ke setiap penjutu ruangan yang di dominasi dengan warna serba putih, lantas saat seorang dokter dan seorang perawat menghampirinya dia langsung sadar jika dia berada di rumah sakit, terakhir kali dia ingat mobilnya bertabrakan dengan sebuah truk muat, pantaslah dia berada di rumah sakit.
"Kaki ku, tangan ku, wajah ku, apa semua baik-baik saja dokter? Tidak ada yang videra parah, kan?" Tanya Adela sembari memeriksa tangan dan kakinya sendiri yang aneh nya terlihat mulus tanpa luka sedikit pun, begitu pula saat dirinya meraba wajahnya sendiri, dia cukup lega sekaligus heran karena semua tubuhnya tak ada yang cedera, bahkan luka goresan pun tidak di temuinya, padahal jelas-jelas tabrakan adu banteng mobilnya dengan truk malam itu sangat kencang dan tidak mungkin jika dirinya tidak terluka sama sekali.
"Apa yang anda rasakan sekarang?" Tanya dokter itu ramah.
"S-saya merasa--" Adela menjeda ucapannya dia berusaha mencari tubuh bagian mana yang sakit, namun tidak ada pegal atau perih selayaknya orang kotban kecelakaan.
"Sedikit pusing dan mual." Jawab Adela, dia hanya menemukan gejala itu dalam dirinya.
"Baik, nanti setelah infusnya habis semoga anda akan merasa lebih baik lagi, nyonya Adel." Ujar dokter itu dengan senyum ramahnya.
"Eh, nyonya?" Kaget Adela saat Dokter itu memanggilnya dengan sebutan 'Nyonya', padahal jelas-jelas dirinya belum pernah menikah.
'Dasar dokter sok tau, sok akrab, sok kenal,' gerutu Adela dalam hatinya, ingin sekali dia maki dokter itu, namun pusing di kepalanya dan rasa mual di perutnya membuatnya mengurungkan niat untuk menghardik dokter yang memanggilnya dengan sebutan nyonya itu.
"Non,,, Non Adel baik-baik saja, kan?" wanita paruh baya yang sejak tadi berdiri di pinggir ranjangnya sambil berlinang air mata dan tpak cemas itu menanyai Adela.
"Emh, saya baik-baik saja. Tapi maaf, kalau boleh tau anda siapa? Kenapa anda di sini dan tau nama saya? Apa anda yang menolong saya saat kecelakaan?" Tanya Adela.
"Saya mbok Yum non, masa non Adel lupa," Mbok Yum menepuk-nepuk dadanya sendiri seraya menyebut nama dirinya dan nama Adel berulang-ulang.
"Mbok Yum?" Beo Adela.
Selang berapa lama dua orang wanita datang ke ruangan itu.
"Apa kau sengaja mencari perhatian suami mu dengan cara meminum racun, agar anak ku merasa iba pada mu dan membatalkan perceraian kalian? Jangan Mimpi! Bahkan sekarang Irwan dan Linda sedang berbulan madu ke Bali." Ujar salah satu wanita yang ternyata Sari ibu Irwan yang baru datang menjenguk ke rumah sakit setelah jasad menantunya terbaring koma selama lima hari di rumah sakit akibat perbuatan konyolnya yang ingin mengakhiri hidup, namun Sari tidak tahu jika yang berada di tubuh menantunya adalah Adela bukan Adel.
"Eh hey ibu tua, kenapa datang langsung marah, marah pada ku? Lagi pula siapa juga yang meminum racun? Dan satu lagi aku belum punya suami, jika pun aku punya suami tak sudi rasanya punya mertua bawel seperti mu!" Hardik Adela yang merasa jika Sari salah memarahi orang, bagaimana tidak emosi, kepalanya sedang pusing tiba-tiba datang orang asing yang langsung memarahinya panjang lebar.
"Bu, jangan-jangan dia gila, atau amnesia? Apa minum racun bisa menyebabkan gila? Kenapa gak mati saja sih!" Timpal Riska yang tidak terima ibunya di maki kakak iparnya yang biasanya pasrah dan tidak pernah melawan itu tiba-tiba berubah menjadi ganas.
Begitu pun dengan Sari yang kini hanya bisa diam tergugu karena merasa terkejut dengan menantu penurut, polos dan be-go nya itu yang tiba-tiba berani melawannya.
"Ini lagi bocil, apaan sih, mulutnya minta di tampol, pergi kalian sana, sudah salah orang pake marah-marah lagi, gak tau orang lagi pusing apa!" Adela membelalakan matanya ke arah Riska yang ikut-ikutan ibunya memeki dirinya.
'Kenal saja nggak, marah-marah!' Gerutu Adela dalam batinnya.
"Sialan, menantu gak tau diri, harusnya kamu mati aja gak usah sadar lagi, lihat saja, sepulangnya berbulan madu, Irwan pasti akan langsung menceraikan istri gila seperti mu!" Umpat Sari yang menebak jika menantunya sudah tidak waras, dan dia memilih untuk mengajak putrinya meninggalkan ruangan itu karena tidak ingin lebih lama berdebat dengan orang dengan gangguan jiwa.
"Non, Non Adel kenapa marah-marah sama nyonya besar dan nona Riska, kalau tuan tau, dia bisa memarahi non Adel nanti." Ucap Mbok Yum mengingatkan meski dirinya pun sebenarnya merasa bingung juga dengan tingkah laku aneh nyonya nya semenjak dia siuman.
"Mbok, aku tidak kenal mereka, tidak kenal mbok juga, kenapa semua orang sok kenal banget ,sih!" Kesal Adela yang hanya di jawab dengan tatapa bingung dari mbok Yum.
"Mbok, apakah saya bisa minta tolong untuk membantu saya ke toilet?" Pinta Adela yang tiba-tiba merasa ingin buang air kecil saat itu, hanya saja, badannya masih lemas untuk berjalan sendirian, belum lagi dia harus di memegangi tiang infusnya.
Mbok Yum mengangguk dan memapah Adela sampai depan pintu kamar mandi, namun selang berapa detik terdengar suara jeritan dari dalam kamar mandi yang membuat Mbok Yum kembali terperanjat kaget, untung saja wanita paruh baya itu tidak punya riwayat penyakit jantung, kalau tidak dia pasti sudah pingsan sejak tadi.
"Non, ada apa? Non Adel, buka pintunya!" Mbok Yum mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi yang terkunci dari dalam oleh Adela.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
mungkinkah Adela sama Adel anak kembar
🤔🤔
2025-01-06
1