Pernikahan kedua

Melihat istrinya berdiri di ambang pintu dan memanggil namanya, Irwan langsung berdiri, "Adel, bagaimana bisa kamu ke sini?" Cicitnya dengan wajah menegang.

"Mas, ada apa ini sebenarnya?" Tanya Adel, bahkan terlihat ada pigura berisi uang yang di hias seperti mahar di meja di hadapan mereka.

"Irwan, biar ibu yang mengurus istri mu." Tiba-tiba Sari ibu mertuanya atau ibu dari Irwan menarik tangan Irwan yang hendak menghampiri Adel dan menyuruhnya untuk duduk kembali di samping wanita itu, sebagai gantinya Sari lah yang menghampirinya, di susul oleh Riska adik perempuan Irwan atau adik ipar Adel.

Sari menarik lengan Adel ke samping rumah, ibu mertua yang selama ini dia kenal baik dan selalu menyayanginya itu tiba-tiba menyeretnya dengan kasar.

"Bu, sakit." Ringis Adel karena Sari mencekal tangannya sangat kuat.

"Makanya, ngapain ke sini? Malu-maluin aja." Bentak Riska yang memang sedari awal pernikahan tidak pernah mau bersikap baik padanya, kecuali jika di depan kakaknya, dia akan pura-pura baik pada Adel.

"Bu, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mas Irwan seperti sedang---?" Berat rasanya bibir Alya untuk melanjutkan kata-katanya, itu terlalu menyakiti hatinya.

"Iya, Irwan sedang melaksanakan pernikahan ke duanya, wanita itu namanya Linda, dia kekasih masa SMU Irwan, kamu tidak bisa melarangnya, pernikahan siri mereka sudah selesai di laksanakan, kamu harus terima semua itu." Kata Sari berbicara seolah dia bukan seorang perempuan, seolah dia tidak punya anak perempuan yang suatu saat bisa saja bernasib sama seperti apa yang di alaminya sekarang ini.

"M-menikah siri? Tapi mengapa?" Hati Adel remuk rasanya, mendengar ucapan ibu mertuanya itu, jelas dia mempertanyakan mengapa Irwan dan keluarganya melakukan hal itu padanya, selama setahun pernikahan mereka bahkan tidak pernah ada masalah sedikit pun baik dengan Irwan maupun dengan Ibunya, hanya dengan Riska saja, dan itu pun masih bisa di atasi olehnya.

"Pake tanya kenapa, apa kamu gak punya kaca? Bercermin seperti apa penampilan mu? Aku saja heran bagai mana bisa kakak ku memilih mu sebagai istrinya, lihatlah penampilan mu seperti pembantu! Aku curiga jika kamu sudah mendukunkan kakak ku, jelas-jelas mba Linda lebih cantik, lebih kaya, lebih menarik, malah milih anak panti asuhan tak jelas yang kumal seperti ini, syukurlah kakak ku segera menyadari kekeliruannya." Sinis Riska, kata-katanya terdengar sangat menyakitkan saat sampai ke telinga Adel, rasanya seperti tembus menusuk jantung.

Namun tak selang berapa lama Irwan akhirnya menyusul mereka ke samping rumahnya.

"Tolong jaga Linda di dalam, aku akan berbicara dengan Adel empat mata." Kata Irwan mengisyaratkan agar ibunya dan juga adik perempuannya untuk pergi meninggalkan mereka berdua.

"Apa salah ku mas?" Tanya Adel saat ibu mertua dan adik iparnya pergi meninggalkan dirinya hanya berdua saja dengan suaminya.

"Tidak ada yang salah pada diri mu, aku yang salah yang tidak pernah bisa mencintai mu dan tidak pernah bisa melupakan Linda dari hidup ku."

Duarrr!

Jawaban yang terdengar pelan, halus, namun mematikan bagi Adel.

"Tidak pernah mencintai ku? Lantas untuk apa kamu menikahi ku mas?" Tanya Adel dengan air mata yang semakin deras meluncur di pipinya.

"Aku pikir setelah aku di tinggalkan Linda, aku bisa melupakannya dengan menikah dengan mu, kamu sangat baik, lembut, polos, demi Tuhan aku sudah berusaha untuk mencintai mu, tapi aku tidak bisa, lantas saat Linda kembali lagi, aku sadar jika cinta ku hanya untuk Linda, rasa itu tidak pernah mati untuknya, maaf." Urainya penuh sesal.

"Sejak kapan mas berhubungan kembali dengan mantan mu itu?" Tanya Adel lagi.

"Enam bulan yang lalu. Enam bulan yang lalu kami mulai dekat kembali."

"Ya Tuhan, setengah taun setelah pernikahan kita dan kamu menjalin hubungan dengan dia juga? Apa dia tau kamu sudah menikah?" Irwan mengangguk menjawab pertanyaan yang di ajukan Adel padanya.

"Maaf, aku tidak tega untuk mengatakan semuanya pada mu," ujar Irwan yang memang merasa sangat bersalah karena telah menjadikan Adel sebagai pelariannya saat dirinya sakit hati karena di tinggal Linda saat itu.

"Kamu tidak tega mengatakannya, tapi kamu tega melakukannya, mas." Kata Adel dengan suara terisak.

"Aku akan segera mengurus perceraian kita, aku juga tidak mau kamu terus tersakiti, kamu wanita baik, dan berhak mendapatkan pria baik pula, kamu juga boleh menempati rumah kita, karena aku akan memberikannya pada mu setelah perceraian kita." Kata Irwan yang sangat tau jika Adel tidak punya sanak saudara selain dirinya, dan juga tidak punya tempat tinggal selain rumah mereka, karena panti asuhan tempatnya di besarkan jauh berada di luar pulau, lagi pula Adel tidak akan berani kembali ke panti karena takut membuat sedih ibu panti yang sangat di sayanginya.

Kata-kata Irwan semakin membuat kepalanya berat, pandangannya berkunang-kunang, saat Irwan mengatakan akan menceraikannya, hingga akhirnya dia tidak sadarkan diri.

Dan saat Adel siuman dari pingsannya dia sudah berada di rumahnya, tidak ada pesta perkawinan kedua suaminya, tidak ada tamu dan kemeriahan, hanya ada sepi, dirinya yang di temani mbok Yum, asisten rumah tangga yang biasa membantu dirinya melakukan pekerjaan rumah, meski sejatinya lebih banyak Adel yang mengerjakan pekerjaan di rumah itu, karena Adel sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah saat di panti dulu, dan mbok Yum seringnya hanya menjadi teman mengobrol karena dirinya sering di tinggal Irwan ke luar kota selama beberapa hari , yang sekarang baru Adel sadari jika kepergian suaminya ke luar kota yang kerap kali itu sepertinya hanya alasan untuk menghabiskan waktu bersama kekasih lamanya.

Adel melirik kembali cangkir di tangan kanannya, cairan yang berada di dalam gelas itu baunya sungguh menyengat hidungnya, lantas dia membuka genggaman tangan kirinya yang menggenggam erat puluhan pil berwarna putih, tanpa pikir panjang lagi, karena merasa tidak mampu mengahadapi ujian hidupnya, Adel memasukan puluhan pil yang berada di telapak tangan kirinya ke dalam mulutnya, lalu mendorongnya dengan cairan berbau menyengat di cangkir tangan kanan nya dengan sekali tegukan.

Tenggorokannya terasa panas seperti terbakar, kepalanya pusing dan berputar-putar tidak karuan di tambah lagi dengan perut yang mual dan jantungnya yang berdetak sangat cepat jauh dari kata normal, beberapa detik kemudian pandangannya menggelap dan tidak ingat apapun lagi seiring pusaran hitam yang menarik paksa roh dalam tubuhnya hingga dia merasa kesakitan yang luar biasa.

"Selamat tinggal Mas, terimakasih untuk semua luka dan kepedihan ini." ucapnya dalam batin beberapa detik sebelum dia pergi meninggalkan raganya.

Terpopuler

Comments

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

nyimak kisah Adel

2025-01-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!