Aksa salah tingkah dan kebingungan dengan pertanyaan dari mamanya, padahal dengan sangat jelas,dia mengetahui apa yang terjadi di sana sehingga menyebabkan istrinya dalam kondisi bertaruh nyawa.
Aksa diam-diam melirik sekilas ke arah Avanti dengan keringat bercucuran membasahi pipinya itu, "Sa-ya ti-dak tahu, karena saya tertidur Ma dan tiba-tiba mendengar suara teriakan seseorang dari arah dapur," kilahnya dengan menutupi kenyataan yang terjadi sebenarnya.
"Ya Allah… Aksa Muhammad Aditama kenapa bisa istrimu yang hamil besar itu berjalan sendiri di dapur ha!? Apa kamu terlalu bersantai di tempat tidur dan terlena di dalam mimpimu, hingga kamu sampai melupakan kewajiban dan tanggung jawabku sebagai seorang suami!" Bentaknya Pak Aditama Wiratno yang tidak menyangka putra tunggalnya itu bersikap seperti ini.
Bu Citra menatap intens ke arah Aksa, "Benar sekali apa apa yang Pak Aditama katakan, kenapa Nak Aksa kamu tidak menjaga Adina putriku dengan baik apa yang kamu sedang lakukan malam itu, seharusnya kamu lebih bisa menjaganya karena kamu itu sudah hampir setahun tidak bekerja berat di luar hanya membantu pekerjaan rumahnya Adina dan kalian punya tamu yang bisa membantu mengurus semuanya di rumah itu! Dasar kamu suami yang tidak becus mengurus istrimu," hardiknya Bu Citra yang emosinya tersulut melihat anak menantunya itu.
Arvin mencengkram erat kera bajunya Aksa hingga tubuhnya Aksa sedikit terangkat ke atas, "Betul sekali pakai banget, bisa-bisanya seorang wanita hamil berkeliaran di luar kamar tanpa bantuan dari seorang pria hingga menyebabkan dirinya terjatuh, Ingat jika sampai kakakku kenapa-kenapa saya atas nama keluarga besar Gunawan tidak akan melepaskanmu, kamu harus bertanggung jawab atas semuanya!" Gertaknya Arvin kakak kembarnya Adina.
Pak Gunawan dan Arsya segera melerai mereka berdua," sudah-sudah jangan seperti ini! Ingat kita ini berada di dalam area rumah sakit, Abang Arvin Stop kita akan ambil sikap jika Mbak Adina tersadar dari sakitnya, tidak perlu main-main kekerasan yang tidak ada juga gunanya malah akan semakin memperparah keadaan juga," ketusnya Arsya yang melihat ke arah Avanti dan Aksa bergantian.
"Kalian seharusnya saling mendukung dan membantu bagaimana caranya agar Adina sembuh dan mereka selamat, bukannya bertengkar dan ribut seperti anak-anak saja, dewasalah sedikit dalam bertindak, yang perlu kita lakukan adalah terus berdoa jangan sampai putus untuk kebaikan dan keselamatan mereka berdua," tampiknya Pak Gunawan Sandi yang berusaha menasehati keduanya.
Aksa dan yang lainnya duduk dengan tidak tenang di depan ruang operasi menunggu Adina selesai dioperasi.
"Ya Allah… selamatkan lah anak dan istriku, ini semua salahku yang sudah menyebabkan mereka harus mengalami hal yang tidak pernah aku bayangkan sekalipun," gumamnya Aksa yang semakin panik saja karena sudah cukup lama mereka berada di dalam ruangan operasi.
"Papa kenapa Adina putriku belum selesai dioperasi juga, padahal sudah sekitar tiga jam lebih tapi, mereka masih betah di dalam sana?" Tanyanya Bu Citra yang semakin mencemaskan keadaan putri sulungnya dan calon cucu pertamanya itu.
Pintu ruangan operasi terbuka dan keluarlah beberapa dokter dan perawat sambil membuka masker mereka bersamaan dengan adzan subuh berkumandang dari toa masjid yang ada di lokasi area rumah sakit. Aksa dan yang lainnya segera bangkit dari duduknya dan mendatangi dokter tersebut.
"Dokter bagaimana dengan istri dan calon anakku?' tanyanya Aksa yang lebih cepat berjalan.
"Maafkan kami sudah berusaha sekuat tenaga dan semampu kami semua, tetapi Allah SWT berkehendak lain, bayinya tidak bisa diselamatkan dan pasien mengalami pendarahan sehingga dalam masa kritis, tapi semuanya sudah berlalu, Alhamdulillah pasien sudah melewati masa-masa kritisnya,tapi kita masih perlu mengamatinya kemajuannya, jika dalam dua puluh empat jam dia sadar berarti itu pertanda bagus, saya meminta waktu kepada kalian semua agar terus berdoa untuk kesembuhan pasien," jelasnya Dokter panjang lebar.
"Ini tidak mungkin!! Aku pasti hanya salah dengar iya kan?" Pekiknya Aksa yang histeris mendengar penjelasan dari dokter.
"Ya Allah… anakku Adina kamu harus kuat Nak dan sabar, mama yakin kau adalah perempuan yang kuat pasti bisa melewati semuanya dengan baik," lirihnya Bu Citra.
"Ini semua salahku ya Allah… aku yang telah menyebabkan penderitaannya Mbak Adina, kalau Mbak Adina sadar pasti akan membalas apa yang sudah kami lakukan padanya," bathinnya Avanti.
Arsya menatap intens ke arah Avanti," kenapa aku merasa semua kecelakaan ini berhubungan dengan Mbak Avanti."
"Bagaimana dengan bayi kami dokter?" Tanyanya Aksa yang sudah memegang kedua tangannya dokter perempuan yang menangani kesehatannya Adina.
"Dengan berat hati, maafkan kami tidak berdaya menyelematkan bayi Anda, bayi Anda itu meninggal dunia sebelum sampai di rumah sakit," ungkap Dokter yang bernama Asmita Hafsah Normandy.
"Itu tidak mungkin! Pasti dokter salah!?" Teriaknya Aksa yang tidak menerima kenyataan itu.
Aksa tersungkur ke atas lantai keramik rumah sakit setelah mendengar perkataan dari dokter.
"Tidak!! Ini semua salahku yang tidak becus menjaga istriku dan anakku!" Jeritnya Aksa yang memukuli dirinya dan menjambak rambutnya sendiri.
"Mas Aksa bangunlah, jangan seperti ini," bujuk Avanti yang berusaha untuk membantu Aksa berdiri dari duduknya itu.
Avanti spontan berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Aksa untuk menenangkan suaminya itu. Apa yang dilakukan oleh Avanti membuat tatapan penuh selidik, tanda tanya dan beberapa orang di sana menautkan kedua alisnya melihat reaksinya Avanti yang diluar dugaan mereka semua.
"Ya Allah… semoga saja feelingku salah,saya merasa perempuan ini dekat dengan putraku bukan sebagai sahabatnya Adina," batinnya Pak Adhitama Santoso yang sesekali memperhatikan interaksi keduanya.
"Hiks… hikss… cucuku maafkan nenek nak yang tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolongmu, ini kesalahan nenek yang sudah tidak menjaga kalian berdua dengan baik," ratapnya Bu Citra ibunya Adina yang sangat menyayangi Adina sebagai anak menantunya itu.
Pak Gunawan Sandi Maheswari mengelus punggung istrinya itu yang bergetar hebat dalam tangisnya, "Kita harus sabar Ma, semua ini sudah menjadi kehendak Allah SWT, Allah SWT lebih menyayangi cucu kita dari pada kita semua Ma," imbuhnya Pak Gunawan.
"Ya Allah… semoga saja Adina bisa sabar menghadapi ujian dan cobaan yang begitu besar melanda dirinya, padahal dia sangat bahagia dan tidak sabar ingin melihat putri cantiknya yang sudah pergi untuk selamanya," imbuh Bu Dewi Puspitasari.
Adina yang masih dalam kondisi yang mengkhawatirkan keadaannya, sudah dipindahkan ke dalam ICU untuk mengamati perkembangan kesehatannya. Semua orang mengikuti langkah beberapa perawat yang kebetulan mendorong bangkar yang di atasnya sudah ada Adina Anulika Maheswari yang masih tidak sadarkan diri dan sangat lemah tak berdaya setelah mengalami kehilangan banyak darah dan bayinya yang sangat dicintainya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Yasni Nellu
adina somoga cepat sadar ya....aksa kelakuanmu itu tdk bs di ma'afkan.
2023-06-12
0
Benazier Jasmine
mungkin karma u aksa karna u berselingku.
2023-05-28
1
niktut ugis
Thor,typo nya d kurangin ya biar tambh semangat baca nya
2023-05-24
1