Bab. 2

Adina harus menunggu beberapa orang yang kebetulan juga sudah berdiri di depan toilet umum menunggu giliran.

"Hey Mbak sudah berapa bulan kandungannya itu?' tanyanya seseorang dari arah samping kanannya Adina.

Adina pun spontan mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara.

Adina tersenyum simpul, "Alhamdulillah sudah jalan enam bulan Mbak, kalau Mbak gimana?" Imbuh Adina.

"Alhamdulillah sudah masuk tujuh bulan," jawab perempuan itu.

"Syukur Alhamdulillah kalau seperti itu, ngomong-ngomong Mbak ikut antri juga di sini?" Tanyanya balik Adina yang berbincang-bincang sambil menghilangkan rasa jenuh dengan antrian yang begitu panjang.

"Iya sudah sedari tadi nunggu tapi, orang di dalam belum keluar juga, kenalkan nama saya Avanti Citra Adithama," ujar sambil mengulurkan tangannya ke arah Adina.

Adina tidak punya alasan untuk menolak uluran jabatan tangannya Avanti.

"Adina Anulika Maheswari," balasnya Adina.

"Aku duluan yah, sudah selesai juga," tuturnya Avanti yang berpamitan kepada Adina menuju tempat Rungan praktek dokter kandungan.

"Hati-hati yah semoga kita masih bisa bertemu kembali lagi," harapnya Adina.

Beberapa menit kemudian, Aksa dan Adina sudah menyelesaikan pemeriksaan dan kondisi kehamilannya dan kesehatannya kedua calon ibu dan bayinya sehat tanpa kekurangan apapun dan semuanya normal, ukuran,jumlah air ketuban, berat badan bayinya semuanya sesuai dengan usianya kandungannya Adina.

"Alhamdulillah bayi kita sehat dan semoga lahirannya dilancarkan yah sayang," Imbuh Aksa yang kembali mengelus puncak perut buncitnya Adina yang kebetulan duduk sambil menunggu giliran untuk menebus obatnya.

Adina baru saja ingin menjawab dan membalas perkataan dari suaminya itu, tapi teriakan seseorang dari arah kiri membuat mereka bersamaan menolehkan kepalanya ke arah sumber suara.

"Mas Aksa," sapa seseorang.

Adina dan Aksa saling bertatapan satu sama lainnya. Aksa mulai nampak khawatir, panik dan ketakutan.

"Avanti,apa kamu mengenal suamiku?" Tanyanya Adina yang mengeratkan pegangan tangannya di lengannya Aksa seolah takut jika Aksa akan direbut oleh Avanti maupun wanita lainnya.

"Suami!" Beonya Avanti.

Adina menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan pertanyaan dari Avantie perempuan yang baru beberapa jam lalu dikenalnya itu.

"Iya, kenalkan ini Mas Aksa Muhammad Aditama suamiku," ucapnya Adina dengan senyuman yang merekah diwajah cantiknya itu.

Aksa mengulurkan tangannya ke arah Avanti dengan sedikit gemetaran.

"Aksa suaminya Adina," ucap Aksa sambil mengulurkan tangannya ke arah hadapan Avanti perempuan yang sudah hampir meneteskan air matanya itu hanya menunggu waktu yang tepat saja.

"Avanti Citra Adithama," ujarnya Avanti yang menggenggam erat jabat tangannya Aksa dengan tatapan matanya yang penuh dengan tanda tanya itu.

"Maaf yah Avanti, lain kali bincang-bincangnya kita sambung, kamu save nomor hp aku kan, jadi kapan-kapan aku ada waktu luang kita bisa ketemuan atau kamu datang ke rumahku juga boleh," ujar Adina yang selalu menyunggingkan senyumnya itu.

"Tidak apa-apa kok, hati-hati yah aku pasti akan menghubungi nomor kamu kok, tapi jangan bosan yah untuk angkat telpon aku karena aku butuh teman curhat," tuturnya Avanti yang tersenyum penuh arti melepas kepergian Adina dan suaminya itu.

Sejak pertemuannya dengan Avanti di rumah sakit, hubungan mereka semakin akrab saja. Mereka semakin intens saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya hingga kadang kala mereka membuat janji temu, tanpa sepengetahuan dari Aksa suaminya.

Tiga bulan kemudian…

Hari ini Adina bersama dengan adik bungsunya yaitu yang bernama Arsyana Amber ke Mall. Kebetulan masih ada beberapa kebutuhan dan keperluan calon bayinya belum sempat dibelinya itu.

"Assalamualaikum," teriaknya Arsyana yang membuka pintu rumah kakaknya kebetulan dia juga membawa kunci serep rumah kakak sulungnya itu.

Adina hanya geleng-geleng kepala mendengar teriakannya Arsyana sambil segera bangkit dari duduknya itu yang semakin kesusahan dan kesulitan untuk bergerak leluasa, karena kondisi kehamilannya yang semakin membesar saja.

"Ya elah Arsy, kapan sih kebiasaan teriak-teriaknya itu dirubah, kalau kamu seperti ini terus-menerus, bisa-bisa pasien yang sedang kamu tangani bukannya sembuh dari sakitnya malah akan jantungan lihat kelakuan kamu," candanya Adina yang sudah berdiri dari posisi duduknya sembari menenteng tas handbagnya itu.

"Haha,ih Mbak doanya jelek amat, ucapnya itu yang baik-baik jangan seperti ini juga kali Mbak," tukasnya Arsy yang hanya tersenyum cekikan menanggapi candaan dari kakaknya itu.

"Makanya itu sifat dirubah sedikit kenapa,kamu itu sudah jadi perawat masa sikap kekanak-kanakannya belum ditinggalkan juga, sekali-kali bersikap lemah lembut dalam bersikap," dengusnya Adina sambil mengaitkan tangannya ke arah tangannya Arsyana.

"Iya.. iya deh aku akan rubah kok tapi enggak sekarang yah," kelakarnya Arsya.

"Kalau bukan sekarang kapan lagi, haa!?" Tegasnya Adina sambil menepuk pundak adik bungsunya itu.

Arsya menarik handle pintu dan pintu berdaun dua itu terbuka lebar dan keduanya sungguh terkejut melihat Aksa suaminya bersama dengan seorang perempuan muda yang menggendong seorang bayi mungil yang memakai bedong berwarna biru itu. Adina dan Arsya saling bertatapan satu sama lainnya.

Adina kemudian mengalihkan perhatiannya ke arah Aksa bergantian dengan Avanti perempuan yang sudah dia anggap temannya itu.

"Kakak ipar, kenapa pulang-pulang bawa perempuan segala dengan seorang bayi dalam gendongannya?" Tanyanya Arsya dengan penuh selidik dengan tatapan matanya yang tajam menelisik ke arah Avanti bergantian dengan Aksa suami dari kakaknya itu.

"Itu aku ketemu dengannya di depan jalan masuk ke kompleks perumahan, pas turun dari taksi dia bertanya kepada security kebetulan aku pas lewat jadi aku tolongin saja dan bantu antar kesini karena, katanya mau ke sini soalnya pengen ketemu kamu," jelas Aksa panjang lebar.

"Ooh begitu,tapi aku rencana mau keluar, memang mau nunggu aku atau gimana?" Tanyanya Adina seraya memegang salah satu tangannya Avanti yang tidak memegang bayi nya.

Avanti segera memperlihatkan tampang memelasnya itu di hadapan Adina dan Arsya," Adina aku mohon bantu aku yah, aku diusir oleh Ibu kos aku karena sudah dua bulan menunggak pembayaran kosan aku, please bantu aku yah! Aku mohon bantuannya!" Rengeknya Avanti yang meminta bantuan kepada Adina.

"Maksudnya dibantu seperti apa? Aku kurang mengerti maksudnya kamu," pungkasnya Adina.

"Kenapa ngomong seperti itu Mbak,apa niat numpang disini yah?" Terkanya Arsya dengan menatap jengah Avanti perempuan yang mengurai rambut panjangnya.

"Apa saya boleh numpang beberapa hari di rumahmu ini, kebetulan saya tidak punya keluarga di Jakarta sedangkan suamiku kerja sebagai TKI di Malaysia,tapi aku sudah berusaha untuk menghubungi nomor hpnya tapi selalu tidak nyambung,hiks… hiks bantu aku yah!" Mohonnya Avanti yang hendak berlutut tapi, segera dicegah oleh Adina.

Adina segera menepuk tangannya adiknya itu," Arsy jangan seperti itu dek, enggak baik kalau ada orang yang meminta bantuan jangan menutup telinga dan mata berpura-pura tidak mengetahui beban mereka, apalagi Avanti ini adalah temannya Mbak, aku kasihan melihatnya, coba pikirkan dan bayangkan jika Mbak yang berada di posisinya pasti akan mengalami hal yang sama," sanggahnya Adina.

"Terserah Mbak sajalah, semoga kehadirannya di dalam sini tidak membawa malapetaka yang akan menghancurkan kehidupanmu Mbak," dengusnya Arsya sambil berjalan ke arah luar pintu dengan berjalan sembari menyenggol lengannya Aksa yang kebetulan berdiri di depan pintu masuk.

Aksa hanya terdiam menyaksikan percakapan kedua wanita itu. Arsya sedikitpun tidak mengalihkannya tatapannya dari kedua orang yang berdiri di depannya.

"Kenapa aku merasa ada yang aneh dengan perempuan itu, feeling aku Avanti saling kenal dengan Mas Aksa,ya Allah… semoga hanya feeling aku yang salah dan keliru, aku berharap pernikahan kakakku tidak terjadi masalah besar dengan kedatangan perempuan itu," bathin Arsyana.

"Jangan seperti ini, aku ikhlas dan tulus membantumu, ini sudah menjadi kewajiban aku sebagai temanmu, jadi jangan sekali-kali pernah bersikap untuk berlutut ataupun membungkuk di hadapanku, aku tidak pantas untuk diperlakukan seperti itu juga," kilahnya Adina.

Terpopuler

Comments

Nala Ratih Soemarna

Nala Ratih Soemarna

Keknya istrinya si Aksa juga 🙄

2023-04-17

1

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus ceria

2023-04-02

1

Kasih Bonda

Kasih Bonda

next thor 💪

2023-04-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!