Bab. 3

Adina dan Aksa mengantar masuk ke dalam Avanti ke dalam kamar tamu yang kebetulan kosong.

"Maaf yah Avanti, kamarnya sedikit sempit, semoga kamu suka dan betah disini walaupun rumah kami berdua sempit dan sederhana," ucapnya Adina sambil menggandeng dengan mesra tangannya Aksa suaminya itu.

"Aku pasti betah disini, aku cukup nyaman dengan suasana rumah disini," ucap Avanti seraya ngelirik sekilas ke arah Aksa yang menelan ludahnya dengan susah payah.

"Kalau gitu aku pamit dulu mau ke Mall masih banyak keperluan untuk bayi kami yang belum sempat aku beli, kamu enggak apa-apa kan aku tinggal dengan Mas Aksa kebetulan Mas Aksa juga sudah balik," tuturnya Adina.

"Gak apa-apa kok, selow saja, saya pasti bisa baik-baik di sini, kalian pergilah dengan tenang tak perlu merisaukan keadaan saya dengan bayiku," tampiknya Avanti yang berusaha tersenyum lebar.

Keduanya pun berpamitan dan meninggalkan Avanti berdua saja dengan anaknya yang berjenis kelamin laki-laki itu baru jalan dua bulan.

Avanti mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar itu,"Rumahnya kecil tapi,nyaman dan fasilitasnya lumayan lengkap, aku pasti akan tenang tinggal di sini," gumamnya Avanti yang tertawa terbahak-bahak melihat kondisi sekitarnya.

Adina, Aksa dan Arsyana sudah berada di Mall. Mereka sudah membeli beberapa perlengkapan bayi mereka.

Aksa berjalan ke arah istrinya yang sudah duduk duluan di dalam salah satu restoran seafood dengan senyuman menawannya.

Aksa kemudian mengelus perutnya Adina dengan penuh kasih sayang," sayang hey lihat dia nendang," ucapnya Aksa dengan hebohnya.

"Iya dede bayi nendang ayahnya, mungkin dia menyampaikan kepada ayahnya untuk mengucapkan makasih banyak atas perhatiannya dan selalu saja ada untuk temani bunda periksa ke dokter," ucapnya Adina dengan menirukan gaya bicara anak kecil.

Aksa tersenyum tipis dengan tangannya masih setia dibalik gamis berwarna navi yang dipakai oleh Adina, "itu sudah sewajarnya sayang, Mas melakukannya karena kalian sangat penting dalam kehidupannya Mas," imbuhnya Aksa.

"Aku mungkin perempuan yang paling bahagia mendapatkan suami yang sangat setia,baik hati, perhatian dan penuh kelembutan menjaga kami berdua, Mas suami siaga yang selalu ada disaat saya butuhkan Mas," ujarnya Adina yang tersipu merona merah saking bahagianya diperlakukan seperti itu oleh suaminya di depan khalayak umum.

Arsyana entah kenapa sejak kedatangan Avanti untuk tinggal beberapa hari di rumah saudarinya itu,ia merasakan keanehan dan selalu berfikiran negatif kepada kakak iparnya.

"Mbak maaf saya harus balik kek kampus, katanya teman harus setor tugas aku hari ini juga," jelas Arsyana yang sudah berdiri di depan kedua kakaknya itu.

Adina meraih tangannya Arsyana dengan penuh ketulusan," makasih banyak yah dek sudah bantuin untuk antarin ke sini, maaf sudah merepotkan," tampiknya Adina.

"Sama-sama kakak,jaga baik-baik calon ponakanku dengan ayahnya juga jangan sampai main serong di belakangnya Mbak," ujar Arsy sebelum meninggalkan kedua pasangan suami istri itu dengan tatapan matanya yang sungguh tajam terus terarah pada Aksa yang hanya bersikap tenang tanpa terprovokasi dengan perkataan judes dari adik iparnya itu.

"Kamu ada-ada saja deh, kamu hati-hati yah ini ada sedikit uang untuk bayar ojol kamu," tuturnya Adina sambil menyodorkan beberapa lembar uang biru ke dalam genggaman tangan adik bungsunya itu.

"Makasih banyak akak cantik, assalamualaikum," balasnya Arsyana sambil mengecup sekilas pipinya Adina yang semakin tembem seperti bakpao saja.

"Waalaikum salam," balasnya dengan senyuman yang lebar dia tunjukkan kepada adiknya itu.

Satu bulan kemudian…

Adina dan Aksa rebahan di atas ranjangnya malam itu. Aksa tak bosan-bosannya mengelus perut buncitnya Adina.

"Sayang hpl kamu minggu ini kan?" Tanyanya Aksa.

"Insya Allah… kalau sesuai dengan prediksi dokter katanya tanggal 10 bulan April ini," jawabnya Adina yang juga ikut bersandar di headboard ranjangnya itu.

Aksa yang melihat istrinya kesusahan segera membantu Adina agar posisinya lebih enak dan nyaman.

"Makasih banyak sayang,"

"Apa sudah rileks kalau seperti ini?" Tanyanya Aksa yang masih membungkuk sedikit tubuhnya agar lebih leluasa dan mudah menggerakkan tubuhnya Adina.

"Alhamdulillah, sudah enakan dan nyaman Mas,"

Aksa berselonjor kakinya di atas ranjangnya disamping kanannya Adina, "Sayang, kenapa aku susah banget cari kerjaan yah padahal Mas sudah berusaha hampir setiap hari keluar tapi, sudah hampir enam bulan masih nganggur juga, sedangkan kamu pasti butuh banyak biaya lahiran, biaya aqiqahan anak kita nantinya, tapi kalau seperti ini seolah Mas abaikan tanggung jawabnya Mas," sesalnya Aksa dengan raut wajahnya yang penuh dengan penyesalan.

Adina meraih tangannya Aksa suaminya itu," insha Allah… masalah biayanya saya masih sanggup dan punya tabungan untuk membiayai itu semua, jadi Mas tidak perlu khawatir dan memikirkan masalah itu," pungkasnya Adina.

"Sayang, Avanti sampai kapan akan tinggal bersama kita, apa suaminya sampai sekarang belum mengirimkan uang untuk biaya hidupnya? Saya rasa sudah cukup lama dia tinggal di rumah kita ini istriku," ungkapnya Aksa yang gencar mengusir Avanti dari dalam rumahnya bersama putranya itu.

"Katanya kemarin sama saya, katanya suaminya belum kirim apapun walau hanya sepeserpun, suaminya seolah-olah sengaja melalaikan tanggungjawabnya kasihan juga kalau meski kita mengusirnya dari sini," imbuhnya Adina yang memang orangnya mudah iba dan kasihan pada siapapun yang sedang mengalami kesusahan.

"Kalau gitu berarti akan selamanya tinggal bersama kita di rumah ini dong, tapi kalau menurut aku berikan saja pinjaman uang untuk dia mencari rumah kontrakan yang cocok, gimana dengan usulannya Mas, apa kamu setuju?" Tanyanya Aksa.

Adina seperti seseorang yang banyak pikiran yang terdiam memikirkan perkataan dan usulan dari suaminya itu.

"Saya akan pertimbangkan dan bicarakan kepada Avanti, semoga saja setuju dengan permintaan kita berdua," imbuh Adina.

Aksa hendak berbaring di sampingnya Adina tapi, melihat istrinya itu seperti seseorang yang sedang menahan rasa sakitnya dari dalam perutnya.

"Aaauuuhh, sakit!" Keluhnya Adina seraya memegangi perutnya yang tiba-tiba mules.

"Apa jangan-jangan kamu sudah akan melahirkan sayang?" Tanyanya Aksa yang mulai panik dan raut wajahnya yang sudah pucat pasi.

"Sakitnya sudah reda sedikit Mas, ini sudah biasa terjadi sejak kemarin pagi, jadi aku cukup santai menghadapinya kok Mas,katanya dokter itu hal yang wajar dan akan lebih sering seperti ini kedepannya," jelasnya Adina yang sudah bisa tersenyum bahagia.

"Ohh gitu, kalau begitu kamu istirahat sayang sudah pukul sepuluh malam soalnya, untuk jenguk dedenya ditunda dulu sepertinya," ucapnya Aksa dengan tertawa cekikikan menanggapi perkataannya sendiri.

Aksa membelai rambut panjangnya Adina sehingga lambat laun Adina hanya butuh waktu sekitar beberapa menit saja sudah tertidur.

"Sepertinya belum ada air mineral putih, biasanya Adina kehausan tengah malam dan saya nggak mau istirahatnya istriku terganggu lagi gara-gara gak ada air," Gumamnya Aksa segera memakai sendal rumahannya.

Terpopuler

Comments

Nala Ratih Soemarna

Nala Ratih Soemarna

Diam2 menghanyutkan suami Adina ini 🙄

2023-04-18

1

Uneh Wee

Uneh Wee

hmmm blm apa " dah mulai sesak ka baca nya ....lnjut ka ...

2023-04-02

2

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus semangat

2023-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!