Kasih merasa heran karena saat ini Rangga terus diam mematung di depan pintu kamar Dita.
"Mas, Mas baik-baik saja kan?" tanya Kasih.
"Eh, iya Dita, Mas baik-baik saja," ujar Rangga yang sudah salah menyebut nama Kasih dengan sebutan Dita.
"Kenapa Mas barusan menyebut nama Dita?" tanya Kasih yang merasa heran.
"Maksud Mas, apa ini kamar Dita?"
"Oh iya Mas, itu kamar Dita, Kasih kira Mas lagi mikirin Dita," jawab Kasih dengan tersenyum.
Setelah berada di dalam kamar, Rangga langsung merebahkan tubuhnya, begitu juga dengan Kasih yang ikut tidur di samping Rangga, tapi tidak biasanya Rangga acuh kepada Kasih, bahkan Rangga langsung membelakangi Kasih.
Ada apa sebenarnya dengan Mas Rangga? tidak biasanya Mas Rangga tidur dengan membelakangiku? ucap Kasih dalam hati.
"Mas, apa Mas Rangga ada masalah?" tanya Kasih, tapi Rangga diam tidak menjawab dan lebih memilih untuk berpura-pura tidur.
"Sepertinya Mas Rangga sudah tidur, sebaiknya sekarang aku membersihkan diri dulu," ujar Kasih dengan berlalu ke dalam kamar mandi.
Maafkan aku Kasih, karena aku sudah mengacuhkanmu. Aku pikir setelah lama tidak bertemu dengan Dita, aku bisa melupakannya, tapi ternyata aku salah, karena setelah bertemu kembali dengannya, perasaan cintaku terhadap Dita malah semakin besar, batin Rangga yang saat ini berada dalam dilema.
Dua jam kemudian, Rangga memutuskan untuk membersihkan diri, sedangkan Kasih saat ini sedang membantu Bunda Cinta memasak untuk makan malam.
Setelah masakan matang, Kasih kembali ke kamar untuk memanggil Rangga makan malam.
"Mas ternyata udah bangun sama mandi juga, kenapa tidak memanggil Kasih untuk menyiapkan air untuk Mas mandi?
"Tidak apa-apa Kasih, aku bisa melakukannya sendiri, lagian kamu pasti sedang sibuk bantuin Bunda di dapur kan."
"Iya Mas, tapi sekarang sudah selesai, sebaiknya kita turun ke bawah, kita ikut Shalat berjamaah Maghrib di Mushala sebelum makan malam," ujar Kasih yang hendak menggandeng tangan Rangga, tapi Rangga berjalan lebih dulu, sehingga membuat Kasih bertanya-tanya dengan perubahan sikap Rangga.
Rangga dan Dita kembali diam mematung saat mereka berdua berpapasan ketika sama-sama ke luar dari dalam kamar.
"Dita, bagaimana keadaan kamu sekarang? apa sudah lebih baik?" tanya Kasih dengan menghampiri Dita yang masih berdiri di depan pintu.
"Alhamdulillah sekarang aku sudah lebih baik Kasih, kalau begitu sekarang kita ke bawah, semuanya pasti sudah menunggu untuk Shalat berjamaah," jawab Dita dengan menggandeng Kasih untuk turun ke bawah, dan Rangga mengikuti langkah dua perempuan yang berarti dalam kehidupannya.
Bunda Cinta merasa sedih ketika melihat Dita, Kasih dan juga Rangga turun dari tangga secara bersamaan, karena saat ini mereka harus terlibat cinta segitiga.
Saat ini perasaan Dita dan Rangga pasti sedang tidak baik-baik saja, apalagi kalau sampai Kasih mengetahui hubungan antara Dita dan Rangga, karena Kasih pasti akan merasa tidak enak sudah menjadi orang ketiga dalam hubungan saudaranya sendiri, ucap Bunda Cinta dalam hati.
"Dita sayang, bagaimana sekarang, Dita sudah merasa lebih baik kan?" tanya Bunda Cinta dengan merangkul tubuh Dita.
Mata Dita terlihat berkaca-kaca ketika menatap wajah Bunda Cinta, dan Bunda Cinta menghela nafas panjang karena beliau sangat mengerti perasaan Dita saat ini.
Semuanya melaksanakan Shalat Maghrib berjamaah dengan Ayah Ilham yang menjadi Imam nya, setelah itu mereka menuju meja makan untuk makan malam.
Rangga saat ini duduk di antara Dita dan Kasih, ketika Dita hendak mengambil nasi, Rangga hendak mengambil nasi juga, sampai akhirnya tangan mereka berdua saling berpegangan dengan memegang sendok nasi yang sama.
Netra mereka berdua saling bertemu, bahkan keduanya tidak berkedip karena baik Dita mau pun Rangga masih memiliki perasaan cinta yang sama dalam hati keduanya.
"Ekhem, ingat Kak Rangga, Kak Rangga sudah punya Kak Kasih," celetuk Iqbal, sehingga Rangga melepaskan tangan Dita.
"Maaf," ucap Rangga dengan lirih.
Kenapa aku melihat tatapan Mas Rangga kepada Dita terlihat berbeda? mereka seperti sudah saling mengenal lama, dan mata keduanya terlihat menyiratkan kerinduan yang mendalam. Mikir apa aku? Mas Rangga dengan Dita kan baru bertemu sekarang, mungkin itu hanya pikiranku saja, ucap Kasih dalam hati.
Setelah Dita mengambil nasi, Kasih mengambilkan Rangga nasi dan lauk, kemudian semuanya mulai makan malam setelah Ayah Ilham memimpin do'a.
Iqbal terus saja mengajak semuanya mengobrol, karena dari kecil Iqbal selalu saja cerewet.
"Nak, kalau lagi makan jangan bicara terus," ujar Ayah Ilham, dan akhirnya Iqbal berhenti bercerita.
"Jangan sedih Boy, nanti kita lanjutin ceritanya setelah makam malam. Malam ini kita begadang, sekarang kan malam minggu, jadi Om Dika bakalan tidur di kamar kamu," ujar Dika dengan merangkul tubuh Iqbal.
"Om Dika emang selalu mengerti Iqbal. Nanti kita tanding main game ya Om," ujar Iqbal dengan antusias.
Ilham terkadang merasa cemburu dengan kedekatan Dika dengan Anak-anaknya, tapi Cinta selalu menghibur Ilham, dan Ilham selalu merasa beruntung karena mempunyai istri yang begitu pengertian seperti Cinta, apalagi Ilham juga sudah tidak mempunyai keluarga setelah Ibu kandungnya meninggal Dunia lima tahun yang lalu.
"Semuanya, maaf ya Dita duluan,"
"Sayang, kenapa Dita buru-buru sekali?" tanya Dika.
"Dita belum membereskan baju Om," ucap Dita mencoba mencari alasan.
"Apa Dita perlu bantuan?" tanya Dika.
"Tidak perlu Om, Dita kan udah besar," jawab Dita, kemudian melangkahkan kaki menuju kamarnya.
Sejak Mbok Nah meninggal dunia, keluarga Pratama tidak memakai jasa Pembantu lagi, dan Cinta selalu mengajarkan Anak-anaknya untuk hidup mandiri dari semenjak mereka masih kecil.
"Tidak terasa ya, sekarang Anak-anak sudah besar, mungkin sebentar lagi kita bakalan dipanggil Kakek dan Nenek oleh Anak Kasih," ujar Dika, dan Kasih terlihat sedih ketika mendengar perkataan Dika, karena Dika masih belum mengetahui tentang penyakit Kasih.
"Kalau begitu Kasih ke kamar juga ya semuanya," ujar Kasih.
"Lho, kenapa jadi pada ke kamar sih? kalian pasti mau lembur bikinin Cucu kan buat kami," goda Dika, dan Kasih hanya tersenyum menanggapi perkataan Dika.
Setelah Kasih dan Rangga pergi, Iqbal pun pamit kepada kedua orangtuanya untuk ke kamar lebih dulu, dan Cinta memutuskan untuk mengatakan tentang penyakit Kasih kepada Dika.
"Kak, sebenarnya ada yang ingin kami bicarakan tentang Kasih," ujar Cinta.
"Memangnya ada apa dengan Kasih?" tanya Dika.
"Sebenarnya Kasih tidak akan bisa memiliki keturunan karena Kasih dinyatakan mandul, apalagi terdapat kista pada rahim Kasih yang sudah berubah menjadi penyakit miom, jadi mau tidak mau Kasih harus melakukan pengangkatan rahim sebelum sel tumor nya menyebar," jelas Cinta.
Dika begitu terkejut mendengar perkataan Cinta, dan Dika merasa bersalah karena sudah menyinggung masalah Anak pada Kasih.
"Kasihan sekali Kasih, Kakak jadi merasa bersalah karena barusan sudah menyinggung Kasih tentang masalah Anak. Apa Rangga sudah tau tentang penyakit yang saat ini Kasih derita?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Caca
semangka.... semangat kk
2025-01-20
1
@Kristin
Vote buat mu Thor semangat up nya 💪
2023-04-10
1
Lina Zascia Amandia
Duhhhh Ranggga kamu ini, emang hrs keceplosan sih...
2023-04-09
1