Luhan membaringkan tubuh Jessica di atas tempat tidurnya dengan perlahan dan hati-hati lalu menyelimuti tubuh gadis itu menggunakan selimut miliknya sampai sebatas dada. Luhan memperhatikan wajah Jessica dengan seksama dan memandangnya sendu
"Maafkan aku, Sica. Sebenarnya aku tidak ingin bersikap keras padamu dan aku juga tidak pernah membencimu. Aku tau kau berbeda dengan wanita itu, tapi rasa sakit di hatiku yang di sebabkan oleh mahluk yang di sebut wanitalah yang membuat diriku sangat sulit untuk menerima kehadiranmu meskipun aku tau kalian tidaklah sama." ujar Luhan tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Jessica.
Luhan meraih kotak kecil yang ada di atas meja samping tempat tidur Jessica kemudian mengeluarkan plaster luka yang kemudian ia letakkan di atas leher gadis itu yang terluka.
L menepuk bahu Dio, saat ini kedua pemuda itu berdiri di depan kamar Jessica. "Dia hanya membutuhkan sedikit waktu untuk membiasakan diri. Kau tau sendiri bukan, selama 15 tahun Luhan hidup dengan menyimpan luka yang sangat dalam karna penghianatan Ibunya sendiri." ujar L "Kita pergi, jangan sampai Luhan melihat kita di sini." sambungnya yang segera di balas anggukan oleh Dio.
Setibanya di depan pintu kamar Jessica. Luhan melihat L dan Dio yang tengah asik menonton televisi. Di meja depan mereka duduk ada beberapa botol soju dan dua kotak rokok beraroma mint. Luhan melangkahkan kakinya dan menghampiri mereka berdua
"Hyung, aku harap kau tidak memperlakukan Sica nunna dengan buruk saat kau membaringkan dia yang tertidur. Misalnya, melemparkan tubuhnya keatas kasur atau.....??" Dio tidak melanjutkan kalimatnya melihat tatapan mematikan Luhan.
Pemuda berkulit seputih susu itu tersenyum tiga jari sambil mengangkat tangannya membentuk huruf V "Hehehehe, aku hanya bercanda hyung tidak perlu seserius itu."
"Cihh!!" Luhan mendecih, lagi-lagi Dio membuat moodnya memburuk. Sementara Kris hanya bisa menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah mereka berdua.
L merasa heran, bagaimana bisa Dio terus-terusan menjahili Luhan yang sudah jelas sulit di ajak bercanda. Mungkin jika orang itu bukan Dio, pasti Luhan sudah melemparnya ke Antartika. L tau, di balik sifat Iblisnya masih tersimpan kebaikan di dalam hati kecil Luhan.
Dia ingat saat Luhan rela mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan seorang nenek-nenek yang nyaris saja tertabrak oleh mobil. Luhan berlari secepat yang ia bisa demi menyelamatkan nyawa nenek itu dan akibatnya Luhan lah yang mengalami luka meskipun tidak parah.
"Aku tidak bisa melibatkan Jessica untuk misi kita selanjutnya, misi ini terlalu berbahaya dan aku tidak ingin gadis ceroboh itu menghambat pekerjaan kita." tutur Luhan sambil menatap L dan Dio bergantian.
"Aku sependapat denganmu, Lu. Mengingat jika target kita kali ini bukanlah orang biasa tapi seseorang yang cukup berpengaruh di negara ini. Akan sangat berbahaya bila Jessica ikut bersama kita, dan sebaiknya dia jangan sampai mengetahui mengenai rencana ini." ujar L yang segera dibalas anggukan oleh Dio dan Luhan.
"Tapi Hyung, kita harus beralasan apa pada Sica nunna?" Dio menatap Luhan dan L bergantian "Kalian memiliki ide?" sambungnya.
"Soal itu serahkan padaku." sahut L menimpali."Ini sudah hampir pagi. Sebaiknya kalian segera tidur," nasehat L seraya bangkit dari posisi duduknya kemudian melenggang menuju kamarnya di ikuti oleh Dio dan hanya menyisakan Luhan sendiri saja di ruangan itu.
Luhan terdiam untuk beberapa saat. Lirihan suara pilu Jessica beberapa saat yang lalu tiba-tiba memenuhi pikirannya.
.......
...Flasback:...
.......
"Mama,"
Luhan menghentikan langkahnya dan mengurungkan niatnya untuk meninggalkan kamar Jessica setelah mendengar kalimat yang di ucapan gadis itu dalam tidurnya. Luhan menoleh dan mendapati Jessica berkeringat, Luhan memicingkan matanya melihat lelehan air mata mengalir dari sudut mata yang terpejam itu.
"Hiks..!! Mama, aku mohon jangan pergi, hiks...!! Mama, jangan tinggalkan aku."
Luhan melangkahkan kakinya dan menghampiri Jessica. Pemuda itu berdiri di samping Jessica berbaring, peluh membasahi kening gadis itu. Jessica seperti bermimpi buruk
"Mama...!! Aku mohon jangan tinggalkan aku. Mama...!! Aku mohon kau harus bertahan,"
Luhan meraih tangan Jessica yang berkeringat dan gemetar. Menggenggamnya tanpa berniat bersuara atau membisikan kata-kata yang mungkin bisa menenangkan gadis itu. Luhan hanya diam sembari menatap gadis itu datar.
Tangan satunya Luhan gunakan untuk menyeka peluh di kening gadis itu. Luhan tidak tau mimpi buruk apa yang tengah Jessica alami hingga membuatnya tersiksa seperti itu.
Setelah di rasa cukup tenang. Luhan melepaskan kembali genggamannya lalu melenggang pergi meninggalkan gadis itu sendiri.
.......
...Flashback End:...
.......
Luhan meneguk satu gelas soju hingga tandas tak tersisa. Lalu menuangnya lagi dan melakukannya sampai beberapa kali. Matanya yang mulai memerah menatap lurus pintu kamar Jessica yang tertutup rapat. Sebuah tanda tanya besar muncul di benaknya. Pertanyaan yang membuat Luhan penasaran akan siapa Jessica sebenarnya.
.......
.......
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments