3: Flashback

"Mama jangan pergi. Mama jangan tinggalkan, Luhan. Mama biarkan Luhan ikut,"

Seorang anak kecil menangis dan memohon pada sang Ibu agar tidak meninggalkan dirinya. Bocah berusia 10 tahun itu memeluk kaki ibunya dengan berlinang air mata

"Lepaskan, dan biarkan Mama pergi!" alih-alih pelukan hangat, malah sebuah dorongan yang Luhan kecil dapatkan. Luhan segera bangkit dari dan mengejar Ibunya yang mulai berjalan menjauh

"Mama," teriak Luhan kecil histeris

Wanita itu terus berjalan tanpa menghiraukan teriakan Luhan kecil yang terus menangis memanggil dirinya "Mama, jangan pergi!" wanita itu menghela nafas, menghentikan langkahnya kemudian menatap tajam putra kecilnya itu.

"Dengarkan mama, Luhan. Mama tidak pernah menganggap dirimu sebagai anak, kau hanya anak pembawa sial, karna dirimu hidupku berantakan dan kenapa kau harus lahir ke dunia ini eo?! Aku tidak pernah mengharapkan mu, dan aku menyesal karna sudah melahirkan mu. Sebaiknya kau tidak pernah muncul lagi di hadapanku!" teriak wanita itu lalu mendorong tubuh Luhan hingga tubuh kecil itu terhempas keatas aspal yang dingin dan keras.

"MAMA," Luhan kecil kembali berteriak memanggil Ibunya, tapi wanita itu tidak berhenti apalagi berbalik. Didepan sana sudah ada sebuah mobil mewah yang menunggunya.

"Hei, kau berdarah!"

Luhan kecil tersentak kaget saat merasakan sesuatu menyentuh luka di lututnya yang berdarah. Sontak saja ia mendongak dan mendapati seorang gadis kecil berparas cantik berlutut didepannya

"Mungkin ini hanya luka kecil, tapi jika tidak diobati bagaimana bisa sembuh!" ujar gadis itu lalu mengikatkan sapu tangannya pada lutut Luhan yang berdarah "Oya, lain kali hati-hati ya, agar kau tidak terluka lagi!" kata gadis itu yang kemudian bangkit dan melenggang pergi.

Luhan kecil mengangkat wajahnya dan menatap punggung gadis itu yang semakin menjauh, senyum tipis tersungging menghiasi wajah tampannya.

'Terimakasih gadis kecil, semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi.'

.......

..."Flasback End"...

.......

Luhan membuka matanya, kepalanya bergulir ke sisi kirinya dan meraih sapu tangan yang ia letakkan didalam laci nakasnya. Luhan memandang sapu tangan merah muda itu dengan tatapan tak terbaca, disudut atas sebelah kanan terdapat inisial huruf J.S.

'Suatu saat nanti pasti aku akan menemukanmu,'

.......

.......

Seorang pria menggebrak meja didepannya dan menatap datar 3 pemuda yang duduk didepannya, api amarah berkobar dari pancaran matanya

"Dasar tidak becus, dimana gelar kalian sebagai seorang pembunuh kelas atas jika membunuh 1 wanita saja tidak bisa. Sia-sia aku membayar mahal kalian," teriak pria itu dengan nada berapi-api.

Tidak terima, Luhan menendang meja di depannya hingga membuat laki-laki itu terlonjak kaget.

"Sialan, siapa kau memangnya brengsekk? Berani-beraninya kau melimpahkan semua kesalahan pada kami? Aku kembalikan uangmu dan kami mundur dari pekerjaan ini," Luhan melemparkan segepok uang tepat didepan wajah paruh baya itu hingga membuat uang-uang itu berserakan dilantai.

Luhan segera memberi kode pada Dio dan L untuk meninggalkan ruangan itu. Dan sesampainya didepan gedung perkantoran yang mereka datangi, seorang gadis berparas barbie telah menunggu mereka sejak beberapa saat yang lalu.

"Eo.. Sica Nunna, bagaimana kau bisa tau jika kami ada disini?" segera Dio menghampiri Jessica sambil mengulum senyum terbaiknya. Jessica mengangkat dua kantong besar yang ada ditangannya.

"Aku habis dari mini market dan tidak sengaja melihat motor kalian terparkir disini," ujarnya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya L menunjukkan kecemasannya

"Seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja!"

Jessica sedikit terkejut saat Dio merebut belanjaan ditangannya lalu meletakkan diatas motor besarnya "Nunna, biar aku yang membawa belanjaanmu, kau pulangnya bersama L Hyung!" kata Dio.

Dan tanpa menunggu persetujuan dari Jessica, Dio segera menyalakan mesin motornya dan meninggalkan kawasan perkantoran itu.

Meskipun berada di satu lokasi yang sama, namun Jessica dan Luhan tidak saling bertegur sapa, seperti biasa Luhan menunjukkan sikap dingin pada Jessica. Pemuda bertato naga itu segera naik keatas motor besarnya dan menyalakan mesin motornya, Luhan telah bersiap untuk meninggalkan L dan Jessica sampai sebuah suara menghentikannya.

"Lu, tiba-tiba motorku tidak bisa di hidupkan. Kau tidak keberatan bukan bila Jessica ikut bersamamu,"

"Tidak perlu, aku akan pulang naik taxi saja!" kata Jessica menyela ucapan L.

"Naiklah," pinta Luhan setelah cukup lama berfikir.

Dengan ragu dan tidak yakin. Jessica naik keatas motor besar milik Luhan, kedua tangannya ia letakkan pada pundak Luhan dan dalam hitungan detik, motor besar milik Luhan melesat jauh meninggalkan L seorang diri.

L mengurai senyum setipis kertas, ini memang rencananya, sebenarnya tidak ada yang salah dengan motornya, L hanya ingin hubungan Luhan dan Jessica bisa membaik.

.......

.......

Luhan menghentikan motor besarnya disebuah bukit yang dipenuhi bunga Canola. Jessica yang merasa bingung segera turun dari motor besar pemuda itu dan berjalan mengekori Luhan.

Laki-laki itu berdiri dibawah pohon Sakura yang mulai berguguran diikuti Jessica yang saat ini berdiri disampingnya. Tidak ada percakapan, mereka sama-sama memilih untuk tidak saling bicara.

Jessica beranjak dari sisi Luhan dan berjalan beberapa langkah ke depan, gadis dalam balutan dress soft itu merentangkan kedua tangannya membiarkan angin sejuk musim semi menyentuh wajahnya dan menerbangkan helaian rambut panjangnya yang terurai.

Senyum lembut tersungging menghiasi wajah cantiknya. Suasana yang asri dan menenangkan membuat perasaan Jessica menghangat, gadis itu berjalan menuju hamparan bunga canola yang sangat indah.

Jessica berjalan sambil merentangkan salah satu tangannya untuk menyentuh bunga-bunga itu. Sesekali Jessica berputar, wajahnya mendongak dan senyum lembut tak pudar sedikit pun dari wajah cantiknya.

Untuk sejenak Luhan terpaku, mata berlensa abu-abunya tak lepas sedikit pun dari sosok Jessica yang saat ini sedang bermain dengan kupu-kupu yang hinggap dari bunga satu kemudian terbang menuju bunga lain. Luhan menutup matanya dan mencoba menepis semua pikiran anehnya.

"Kita pulang sekarang," seru Luhan dengan nada terlewat datar. Jessica mendecih dan menatap Luhan kesal, sambil menghentakkan kakinya Jessica menghampiri pemuda itu.

'Dasar Iblis, tidak bisakah dia membiarkan orang lain senang sebentar saja. Aku membencimu, Luhan,'

.......

.......

...Bersambung...

.......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!