4: Kerja Bagus

Suara tembakan menggema di dalam sebuah ruangan yang beriringan dengan terjatuhnya seorang pria yang kini tersungkur di lantai setelah sebuah timah panas menembus kepalanya.

Darah seketika mengalir dan menggenangi tubuh orang itu. Seorang gadis berambut coklat yang di kuncir ekor kuda menatap sinis tubuh yang sudah tak bernyawa itu. 1 lagi nyawa manusia yang melayang di tangannya, anehnya ia tidak merasakan apa pun setiap ia menarik pelatuknya.

Tubuh ramping dalam balutan jeans hitam ketat dan blus berbahan brokat berlengan panjang yang melekat pas ditubuhnya itu berbalik dan berniat untuk meninggalkan lokasi sebelum ada yang melihat aksi sadisnya selain tiga pemuda yang merupakan rekan satu timnya. Ketiga pemuda itu sudah menyelesaikan pekerjaannya sejak beberapa saat yang lalu.

"Kkkkyyyyyaaaaaaa....... SUAMIKU....!!!

Dari arah belakang tiba-tiba terdengar jeritan histeris seorang wanita 'Sial' gadis itu mengumpat dalam hati. Sontak saja gadis itu berbalik dan melihat wanita separuh baya berdiri di ambang pintu, wajahnya berlinang air mata dengan tatapan horor penuh ketakutan. Baru saja gadis itu hendak melenyapkannya juga namun sebuah peluru lebih dulu menembus dahinya.

"Dasar ceroboh, berapa kali aku harus memperingatkan mu untuk menggunakan peredam suara. Apa kau sadar jika kecerobohanmu itu bisa mengundang saksi mata. Sadarlah akan hal itu, Jessica Valerie,"

Jessica mendesah berat, lagi-lagi ia terkena amukan oleh ketua timnya yang tak lain dan tidak bukan adalah Luhan. Jika saja Jessica adalah orang baru, mungkin sudah sejak lama dia melarikan diri karena tidak tahan dengan sikap arogan dan temperamen Luhan.

Namun Jessica adalah gadis yang kuat dan tegar, ia sudah terbiasa di bentak dan di perlakukan dengan kasar oleh Ibu dan kakak tirinya, itulah sebabnya ia tidak terkejut lagi apalagi takut dengan kearoganan Luhan.

Luhan maju beberapa langkah, dengan menggunakan kakinya yang terbalut sepatu tangguh bertali ia memutar wajah wanita yang sudah tidak bernyawa itu. Luhan menyeringai sinis

"Tugas kita sudah selesai, kita pergi sekarang!" kata Luhan seraya melewati ketiga rekannya.

Dio dan L tersenyum lalu mengacungkan kedua jempolnya pada Jessica. "Kerja bagus, Nunna!" katanya. Jessica terkekeh lalu mengacak gemas rambut coklat terang milik Dio. Ketiganya berjalan beriringan dan bergegas menyusul Luhan.

Secepat mungkin mereka ber 4 meninggalkan TKP sebelum ada saksi mata yang melihat aksi brutalnya.

.......

.......

Setibanya di dalam mobil, mereka melepaskan masker dan topi yang di gunakan untuk menyembunyikan identitas asli ke 4 pembunuhh bayaran itu. Jessica melepas tali yang mengikat rambut panjangnya dan membiarkan rambut coklat gelap bergelombang itu tergerai indah

"Apa kalian ada yang terluka?" tegur L dari balik kemudi. Sesekali ia melirik Luhan dan Jessica yang duduk di jok belakang melalui kaca spion.

Luhan terkejut dan meringis saat merasakan sesuatu menyentuh luka di bawah mata kirinya, sontak ia menoleh dan menatap tajam sosok darah jelita berparas barbie yang duduk di sampingnya

"Apa yang kau lakukan?" ketus Luhan dengan nada kurang bersahabat.

Jessica mendecih, menatap Luhan dengan pandangan kesal. "Diamlah dan tidak perlu marah-marah, aku hanya ingin membersihkan dan mengobati luka di bawah mata kirimu. Biarpun hanya luka kecil saja tapi jika tidak segera di obati bagaimana bisa cepat sembuh." Jessica terus saja mendumal tanpa menghentikan kegiatannya.

Jari-jari lentiknya begitu cekatan dalam membersihkan dan mengobati luka gores di bawah mata kiri Luhan. Terlihat sebuah plaster luka yang hanya selebar 2 jari orang dewasa menutupi lukanya.

Luhan terdiam mendengar kalimat yang baru saja terlontar dari bibir Jessica. Kata-kata itu mengingatkan dirinya pada sosok gadis kecil yang membantu mengobati luka di lututnya belasan tahun yang lalu.

Laki-laki memperhatikan Jessica secara diam-diam, wajah barbie dan rambut coklat terang miliknya benar-benar mirip dengan gadis kecil itu. Namun Luhan tidak ingin cepat menyimpulkan jika gadis kecil itu adalah Jessica.

Dan tanpa sengaja manik abu-abunya melihat cairan merah segar keluar dari luka yang ada di leher gadis itu yang tergores, Luhan meraih beberapa lembar tisu yang kemudian ia arahkan pada luka itu.

"Aaahhhh.... Sakitt," jeritan keras Jessica menyita perhatian Dio dan L yang duduk di jok depan.

Sontak saja Dio menoleh kebelakang dan mendapati Luhan tengah menekan luka yang ada di leher Jessica dengan menggunakan selembar tisu. "Yakkk...!! Apa-apaan kau ini. Apa kau ingin membunuhku," amuk Jessica seraya menatap Luhan tajam. Pemuda itu mendecih seraya memutar matanya jengah.

"Diamlah dan tidak usah manja. Apa kau tidak sadar jika lehermu tergores sampai sepanjang ini," Luhan mengangkat wajahnya dan menatap Jessica dengan wajah stoic tanpa ekspresi.

Jessica membuang muka kearah lain lalu merebut tisu itu dari tangan Luhan "Tidak perlu, biar aku sendiri saja. Lagi pula siapa yang butuh kebaikan palsu mu itu."

"Terserah," ketus Luhan lalu membuang muka dan memfokuskan pandangannya pada pemandangan kota.

Pemuda itu melepaskan jaket kulit yang sejak tadi melekat di tubuhnya lalu meletakkan di samping ia duduk, menyisakan kemeja hitam tanpa lengan dan singlet hitam pula yang terlihat karna kemejanya tidak terkancing sama sekali. Jessica melirik kearah Luhan melalui ekor matanya, lalu pandangannya bergulir pada tribal tato di lengan kanannya.

'Hoam,' semilir angin malam yang berhembus pelan membuat mata Jessica semakin lama semakin terasa berat.

Gadis itu menyandarkan kepalanya pada sandaran jok yang ia duduki, dan tidak sampai 10 menit gadis berwajah barbie itu sudah terlelap di dalam mimpinya.

Luhan segera menoleh ke sisi kanannya saat merasakan bahunya tiba-tiba terasa berat dan wajah damai Jessica-lah yang pertama tertangkap oleh mata abu-abunya. Awalnya Luhan berniat untuk memindahkan kepala Jessica agar tidak bersandar lagi di bahunya, tapi melihat wajah lelah gadis itu membuat Luhan merasa tidak tega dan membiarkannya.

Mengabaikan Jessica yang tengah bersandar padanya, Luhan kembali pada kegiatan awalnya yakni melihat pemandangan kota.

Saat malam tiba, Seoul terlihat berbeda. Seluruh kota terlihat lebih indah dan lebih hidup dengan lampu yang memenuhi di sepanjang jalan. Masih banyak kendaraan yang berlalu lalang maupun para pejalan kaki meskipun waktu telah menunjukkan pukul 11.30 malam.

Mobil yang di kendarai oleh L mulai memasuki kawasan yang sepi penduduk , jalanan tampak sepi dan tidak banyak bangunan yang berdiri di tempat itu sampai akhirnya mobil itu memasuki sebuah halaman rumah sederhana dengan berbagai jenis mawar tumbuh subur di halamannya.

"Hyung, biarkan aku saja yang membangunkan Sica Nunna. Aku tidak tega jika Sica Nunna harus di bangunkan olehmu," kata Dio seraya turun dari mobil itu.

"Tidak perlu, dia terlihat lelah. Aku akan menggendongnya," ujar Luhan kemudian mengangkat tubuh Jessica bridal style dan membawanya masuk kedalam rumah.

Sementara itu, Dio dan L saling bertukar pandang sebelum sama-sama mengangkat bahunya acuh. Keduanya pun berjalan beriringan menyusul Luhan, mereka berdua pun merasa sangat lelah dan ingin segera beristirahat.

.......

.......

...Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!