2: Aku Membencimu

Jessica meraih gelasnya yang sudah kembali terisi dan meneguk cocktail itu hingga tandas tidak tersisa, setitik kristal bening mengalir membasahi wajah cantiknya yang segera dihapus oleh Jessica.

Entah sudah berapa banyak cocktail yang sudah Jessica teguk. Melihat Jessica yang sudah mulai mabuk membuat Bian tidak diam begitu saja, dengan cepat ia merebut gelas cocktail dari tangan Jessica.

"Sica cukup, jangan minum lagi. Sebaiknya aku antar kau pulang sekarang," kata Bian sambil menatap cemas sahabat cantiknya itu yang mulai mabuk berat.

Dengan kesal Jessica menyentak tangan Bian dan menatapnya kesal "Ck, dasar menyebalkan. Aku ini belum mabuk, Tuan Muda Park." ujar Jessica yang ngotot jika ia masih belum mabuk. "Tambah satu gelas lagi!" Jessica bangkit dari duduknya, memanggil laki-laki yang berdiri dibalik konter bar sambil menggebrak meja didepannya.

"Sica cukup, jangan minum lagi. Kita pulang," mohon Bian sambil menggenggam pergelangan tangan Jessica yang segera disentak oleh gadis itu.

"Berhentilah bertingkah menyebalkan, Bian!" teriak Jessica dengan nada meninggi.

Jessica menjatuhkan pantatnya pada kursi tinggi yang tadi ia tempati lalu melipat tangannya diatas meja dan membenamkan wajahnya, punggungnya naik turun dan isakan mulai terdengar.

Melihat Jessica menangis membuat Bian panik, Bian bingung harus melakukan apa untuk menenangkan gadis itu. "Sica, ada apa?" tanya Bian yang sudah duduk disamping Jessica. Pemuda itu mengusap punggung Jessica dengan gerakan naik turun.

Brakkkk....!!

"DASAR RUSA GILA MENYEBALKAN,"

Bian terlonjak kaget karna gebrakan dan teriakan keras Jessica. Dan teriakan Jessica menyita perhatian seorang pemuda yang duduk disisi kanannya, pemuda dalam balutan pakaian hitam tanpa lengan itu menghela nafas, mengabaikan Jessica dan kembali menikmati wine-nya.

Sudah hampir 20 menit pemuda itu duduk di bar stool namun tidak menyadari bila Jessica juga berada di bar yang sama dengannya. Sesekali pemuda bertato naga di lengan kanannya itu menoleh ke sisi kirinya dan melirik Jessica menggunakan ekor matanya.

Terlihat pemuda jangkung yang mencoba membujuk gadis itu untuk pulang namun dia menolaknya, bahkan beberapa kali Jessica menyentak tangan Bian dengan kasar.

Pemuda itu mengerutkan dahinya melihat Bian yang tiba-tiba saja beranjak dan meninggalkan Jessica sendiri di sana, diwaktu bersamaan, terlihat dua pria hidung belakang menghampiri Jessica dan mencoba mellecehkannya.

"Nona, kau sendirian saja? Boleh dong kami temani?"

Jessica mengangkat wajahnya dan menatap tajam kedua laki-laki itu "Mau apa kalian? Sebaiknya kalian cepat pergi sebelum ku ledakkan kepala kalian berdua," ancam Jessica, alih-alih merasa takut, kedua pria itu malah tertawa keras.

Mereka saling memberi kode, kedua pria itu mengangkat tubuh Jessica dan membaringkan di bar stool, satu pria memegangi tubuh Jessica yang terus meronta dan satu pria lagi bersiap menyettubuhinya.

"Yakkk.... berengsekk, mau apa kau!" teriak Jessica marah "Lepaskan aku, bajiingan, tolong... tolong.." teriak Jessica memohon. Jika saja ia tidak dalam keadaan mabuk, pasti Jessica sudah menghajar kedua orang itu.

"Brengsekk...!"

Pemuda bertato itu membanting putung rokoknya yang hanya tinggal setengah lalu menghampiri kedua pria itu dan memberi pelajaran pada mereka.

"Kemari kau," dengan kasar pemuda itu menarik pakaian belakang pria yang hendak melecehkan Jessica dan menghajarnya.

Melihat rekannya tersungkur, pria bertumbuh tambun itu segera melepaskan cengkeramannya pada Jessica dan melayangkan pukulannya pada pemuda yang sudah menghajar temannya hingga babak belur.

"Bajingan, apa yang kau lakukan pada teman....??"

Belum selesai laki-laki itu menyelesaikan kalimatnya, pemuda bertato itu lebih dulu membungkam mulutnya dengan menendang perutnya hingga jatuh menghantam meja, tanpa ampun pemuda itu menghajar pria hidung belang hingga babak belur.

Dan tidak sampai 10 menit, perkelahian itu selesai dan sudah dapat di pastikan siapa pemenangnya.

"Kita pulang," ucap pemuda itu sambil menarik pergelangan tangan Jessica dan membawa gadis itu meninggalkan bar, selang beberapa saat setelah kepergian mereka.

Bian kembali dengan sebuah mantel ditangannya. "Eo?" dan kebingungan melanda diri Bian karena tidak menemukan keberadaan Jessica di tempat dia meninggalkannya tadi.

"Dimana gadis yang tadi datang bersamaku?" tanya Bian pada bar tender yang berdiri dibalik bar stool.

"Dia sudah pulang bersama, Luhan!" jawab sang bartender.

Bian menggaruk tengkuknya, ia bingung, harus mengejar Jessica atau pulang saja? Yakin Jessica akan baik-baik saja, Bian pun memutuskan untuk pulang.

.......

.......

Luhan menjatuhkan tubuh Jessica yang dalam keadaan mabuk berat di kasur miliknya, Luhan berlutut untuk melepaskan heels yang membalut kedua kakinya kemudian menyelimuti sekujur tubuh gadis itu menggunakan selimut.

Luhan menatap wajah Jessica yang terlelap sejenak sebelum benar-benar meninggalkan kamar gadis itu. Tak lupa Luhan mematikan lampu utama dan menggantinya dengan lampu tidur yang terletak diatas nakas kecil samping tempat tidur Jessica.

Luhan berjalan menuju ruang tengah dan mengeluarkan satu botol Wine dari lemari pendingin dan meletakkan diatas meja, Luhan menuangkan cairan berwarna merah ditangannya kedalam gelas berkaki tinggi dan mulai meneguknya

'Aku membencimu, Luhan,'

Kalimat itu terus terngiang-ngiang ditelinga Luhan. Luhan memejamkan matanya kemudian meneguk cairan itu hingga tandas tidak tersisa, kembali Luhan menuang cairan itu kedalam gelasnya yang telah kosong, namun kali ini ia tidak langsung meneguknya dan hanya memainkannya.

"Hyung, kau sudah pulang?"

Sontak saja Luhan mengangkat wajahnya dan mendapati dua rekannya berjalan menghampirinya "Ada apa dengan wajah kalian? Kenapa kusut seperti pakaian belum disetrika?" tanya Luhan tanpa meloloskan pandangannya dari gelas ditangannya.

Dio mendesah berat. "Kami merasa frustasi karena tidak bisa menemukan Sica nunna, hyung." jawab Dio dengan wajah menunduk kebawah

"Dia baik-baik saja dan sekarang dia sedang beristirahat di kamarnya," Dio mengangkat wajahnya dengan seketika setelah mendengar jawaban Luhan.

"Huft, aku merasa lega." kata L sambil mengusap dadanya.

"Tapi hyung, bagaimana Sica nunna bisa pulang? Bukankah dia sendiri yang mengatakan tidak mau pulang?"

"Aku menemukan dia di bar dan hampir saja dilecehhkan oleh pria hidung belang," ujar Luhan menyela ucapan Dio.

Luhan bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja, meninggalkan L dan Dio berdua diruang tengah. Luhan masuk kedalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya dengan salah satu tangan menjadi bantalan kepalanya, mata abu-abunya memandang langit-langit kamarnya dengan pandangan datar. Sejenak Luhan menutup matanya dan sebuah bayangan melintas di pikirannya.

.......

.......

...Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!