Bab 5

Ketika Nadila pergi ke halte bus dan menunggu bis datang. Rama tetap mengawasi Nadila dari kejauhan dengan mobilnya. Jujur saja perasaan Rama bertambah sedih ketika Nadila malah memintanya untuk melupakan semua yang terjadi dan minta untuk menjaga jarak dengannya. Padahal Rama merasa apa yang dia perbuat pada Nadila itu harus di pertanggung jawabkan.

Bahkan Rama adalah pria pertama yang menyentuh Nadila. Bagaimana bisa dia melupakan semuanya begitu saja. Ada begitu besar keinginan dalam hati Rama untuk bertanggungjawab atas apa yang dia telah perbuat pada Nadila. Padahal dia juga sadar, wanita yang ingin dia miliki itu adalah kekasih sahabatnya. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah terlanjur jatuh hati padanya.

Ketika Rama sedang memikirkan semua itu. Bus yang menuju ke arah rumah kontrakan Nadila sudah datang. Nadila naik ke dalam bus itu, dan Rama pun mengikutinya.

Rama mengikuti sampai bus itu berhenti di depan gang rumah Nadila. Setelah memastikan Nadila sudah sampai di sana dengan aman. Rama pun pergi. Seperti itu setiap harinya selama beberapa hari ini.

Sebenarnya Nadila bukan tidak tahu Rama mengikutinya, tapi dia memilih untuk diam saja. Nadila benar-benar ingin menjaga jarak dengan Rama. Di dalam bus, Nadila sering melihat ke arah belakang dan dia selalu melihat mobil Rama. Saat itu terjadi, Nadila benar-benar hanya bisa menghela nafasnya dengan sangat panjang.

Sejujurnya Nadila juga pernah menyukai Rama, semua yang dia katakan saat di bawah pengaruh obat itu semuanya benar. Kalau dia menyukai Rama saat pertama kali bekerja di kantor ini, tapi saat itu yang menyatakan cinta padanya malah Firman. Nadila yang mengenal Firman sebagai orang yang baik, dan sahabat dari Rama berusaha menerima Firman, dan akhirnya dia bisa menyukai dan menyayangi Firman seperti seharusnya.

Tapi peristiwa kemarin itu membuat Nadila menjadi gelisah. Dia pun tak bisa pungkiri kalau hatinya mulai goyah. Tapi mengingat hubungannya dengan Firman dan segala yang telah Firman lakukan untuknya. Nadila memutuskan untuk tetap seperti sebelumnya, menjadi pacar Firman dan menjauh dari Rama.

Keesokan harinya di kantor, Nadila mendapatkan tugas dari kepala divisinya untuk mengirimkan laporan ke salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja.

Nadila awalnya pergi dengan Aninda, salah satu teman kerjanya. Namun saat mereka tengah di jalan ketika menaiki sebuah taksi online, Aninda di hubungi keluarganya yang mengatakan kalau anaknya tiba-tiba sakit.

"Astaghfirullah, Jadi Dinda muntah-muntah Bu, diare juga? aduh gimana ya Bu, bisa bawa ke rumah sakit dulu gak? minta tolong sama siapa gitu? masalahnya aku masih di jalan Bu, masih mau ngantar dokumen ke perusahaan lain juga...!"

"Tapi ibu mana kuat gendong Dinda? gak ada orang nak, ibu sudah ketuk-ketuk pintu kontrakan yang lain. Gak ada yang buka pintu nak!" kata sang ibu yang terdengar juga oleh Nadila karena Aninda menghidupkan speaker ponselnya.

"Ya ampun, gimana ya Bu. Aduh Dinda..!"

Aninda tampak sangat cemas. Nadila yang melihat teman kerjanya yang seorang single parents itu panik dan sangat mengkhawatirkan anaknya pun lantas berkata.

"Mbak Aninda, mbak Aninda pulang saja. Antar anaknya dulu ke rumah sakit. Biar aku saja yang antar dokumen ini!" kata Nadila menawarkan bantuannya.

Aninda pantas menoleh ke arah Nadila.

"Ya ampun, aku jadi gak enak sama kamu Dil. Tapi anakku sakit, ibu ku sudah tua, mana kurus lagi. Dia gak bisa gendong anakku, masalahnya jarak dari rumah kontrakan ke jalan buat cari angkutan lumayan jauh. Gang nya juga sempit!" jelas Aninda panjang lebar.

Nadila makin kasihan pada Aninda. Nadila menepuk punggung tangan Aninda.

"Gak papa mbak, aku turun aja di sini ya. Nanti aku naik taksi lain. Mbak bisa langsung ke rumah sakit pakai taksi ini!"

Aninda pun memeluk Nadila setelah Nadila mengatakan semua itu.

"Makasih banyak ya Dil"

Setelah Nadila turun, taksi online itu segera pergi. Nadila kembali memesan taksi online ke perusahaan Merbabu. Tak lama, taksi yang di pesan Nadila datang.

Tak butuh waktu lama, hanya beberaoa menit Nadila sampai di PT Merbabu. Dia langsung menuju ke meja resepsionis dan minta bertemu dengan staf bagian pengadaan barang yang bernama Paul.

Resepsionis itu mengarahkan Nadila untuk naik lift yang di sebelah kanan, lalu pergi ke lantai 3 dan ruangan yang dia cari ada di sebelah kanan lift. Tiga pintu setelah lift.

Nadila mengangguk, dia lantas masuk ke dalam lift. Tapi saat keluar dari lift Nadila di buat sangat terkejut. Karena dia melihat seseorang yang sangat dia ingin tampar wajahnya.

"Nadila!" panggil Gerry tanpa dosa.

Nadila membelalakkan matanya di depan Gerry. Rasanya dia ingin sekali menampar wajah pria itu kalau saja tidak ada orang lain di tempat itu.

Karena banyak karyawan PT Merbabu dan Nadila tidak ingin membuat keributan. Nadila pun pergi meninggalkan tempat itu dan segera mencari ruangan Paul.

Setelah menyerahkan dokumen, Nadila pun berniat ingin kembali ke lift untuk kembali ke perusahaannya. Tapi saat akan masuk ke dalam lift, ada yang membekap mulutnya dan membuat Nadila tidak sadarkan diri.

Sementara itu di PT Semesta. Rama sengaja mondar-mandir lewat ruangan kerja Nadila. Tapi sayangnya sudah sampai waktunya makan siang, Nadila belum kembali juga. Rama kebetulan melihat Aninda yang tadi pergi dengan Nadila, kembali ke ruangannya dengan tergesa-gesa.

"Mbak Ninda, Nadila mana?" tanya Rama.

Aninda malah celingak-celinguk melihat ke kanan dan ke kiri.

"Loh dia belum kembali, seharusnya dia sudah kembali dong. Kan cuma antar laporan, aku tadi dari rumah sakit Ram, anakku sakit. Terus Nadila bilang aku pergi saja ke rumah sakit, dia yang akan antar dokumen itu sendiri!" jelas Aninda.

"Kemana mbak?" tanya Rama yang punya firasat tidak baik terhadap Nadila.

"PT Merbabu!" kata Aninda.

Rama lantas langsung bergegas menuju PT Merbabu. Kebetulan sudah mau makan siang. Jadi dia bisa keluar. Rama memacu kendaraannya dengan sangat cepat. Hatinya benar-benar tidak tenang, seperti merasa kalau Nadila sedang berada dalam bahaya.

Begitu sampai di PT Merbabu, perusahaan itu juga tampak sepi karena mang sedang jam makan siang. Rama langsung bertanya pada resepsionis.

"Iya mas, tadi ada mbak dari PT Semesta cari pak Paul. Saya tunjukkan arahnya dan dia langsung ke sana!" jelas resepsionis itu.

"Apa dia sudah keluar dari perusahaan ini?" tanya Rama.

Resepsionis itu merasa tidak yakin, masalahnya dia dari pagi tidak kemana-mana. Tapi dia juga belum melihat Nadila keluar.

"Saya tidak yakin, tapi sepertinya belum..!"

Tanpa menunggu mbak resepsionis itu selesai bicara. Rama langsung berlari menuju lift. Tempat yang dia tuju adalah ruangan pak Paul.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Aerik_chan

Aerik_chan

Duh rumit juga..

jangan lupa kepoin #When we first met

2023-04-17

1

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

top 👍

2023-04-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!