Bab 4

Nadila melihat seluruh tubuhnya yang juga tidak mengenakan apapun lagi. Dan banyak tanda yang di tinggalkan Rama juga di tubuhnya.

Nadila lantas langsung lompat dari atas tempat tidur, memakai pakaiannya dan langsung keluar dari kamar hotel itu. Sementara Rama juga terlihat sangat bingung. Dia. terus mengacak rambutnya sebelum akhirnya dia memakai pakaiannya dan mengejar Nadila.

Rama berpikir, kenapa dia tidak bisa mengontrol perasaannya. Seharusnya dia tidak melakukan hal itu pada Nadila. Nadila pasti sangat kecewa padanya, karena yang di bawah pengaruh obat hanya Nadila, dirinya tidak. Namun karena rasa cintanya pada Nadila, membuatnya sampai berpikir pendek dan melakukan hal itu pada Nadila yang belum tersentuh oleh siapapun.

Sementara Nadila benar-benar hancur, dia terus menangis di bawah derasnya guyuran hujan. Dia terus menyesali kenapa dia bisa di jebak oleh Gerry, sampai hal itu terjadi padanya.

Nadila terus menangis karena dia tidak bisa menjaga dirinya dengan baik. Padahal Firman sangat baik padanya. Nadila bahkan mengingat apa yang dia katakan pada Rama saat dia dalam pengaruh obat. Nadila merasa jijik sendiri pada dirinya, bisa-bisanya dia mengatakan kalimat itu.

Bisa-bisanya Nadila bilang dia menginginkan Rama. Meskipun dulu dia memang sempat menyukai Rama, tapi dirinya sekarang adalah kekasih Firman. Sahabat baik Rama.

Nadila merasa langkahnya begitu berat, dia tak sanggup berjalan lagi. Hingga dia pun terjatuh ke tanah. Jalan saat itu sangat sepi, sebab ibu juga sudah hampir dini hari.

"Maafkan aku mas Firman, maafkan aku!" lirih Nadila yang lantas tertunduk sedih di bawah derasnya guyuran air hujan yang turun sangat deras.

Rama juga mencari Nadila, dengan mobilnya dia terus melihat ke kanan dan ke kiri. Sampai dia melihat Nadila. Tanpa perduli akan derasnya hujan. Rama lantas turun dari mobil dengan berlari untuk menghampiri Nadila.

"Nadila, maafkan aku. Aku akan mengantarmu pulang!" kata Rama pelan. Dia masih sangat merasa bersalah pada Nadila.

Cukup lama Nadila tidak menjawab dan masih terus diam. Sampai akhirnya...

Brakk

Nadila pingsan, dia tidak sadarkan diri. Rama yang panik langsung mengangkat tubuh Nadila dan memasukkan Nadila ke dalam mobilnya.

Rama langsung membawa Nadila pulang ke kontrakan nya. Setelah sampai di kontrakan, Rama lantas mengangkat tubuh Nadila lagi. Kontrakan sudah sangat sepi. Rama ingat dimana Nadila suka menyimpan kunci rumah, di sebuah pot bunga kecil yang di gantung di depan jendela kamar Nadila.

Rama membuka pintu dan mengangkat tubuh Nadila lagi ke dalam rumah. Rama langsung membawa Nadila ke kamarnya dan menggantikan pakaian Nadila. Setelah itu, dia duduk di salah satu kursi dan menunggu Nadila sadar dari pingsannya. Karena Rama merasa dia harus menjelaskan semuanya.

Hingga sampai pagi hari, Rama masih duduk dan terjaga di samping Nadila yang belum sadarkan diri. Pakaiannya yang basah bahkan sudah berangsur kering dengan sendirinya. Hujan di luar juga sudah berhenti. Terdengar suara kicauan burung milik ibu kos membuat suasana tak lagi menjadi sepi.

Perlahan Nadila membuka matanya, saat dia membuka mata dia melihat Rama yang duduk sambil meletakkan kedua tangannya di dahi sebagai tumpuan kepalanya yang sebenarnya sangat terasa berat.

Nadila melihat keadaannya, dia ingat semalam dia pingsan. Dan yang dipakainya bukan pakaian yang dia pakai saat ini. Dia sadar kalau pasti Rama yang menggantikannya pakaian.

"Pergilah!"

Sontak saja mendengar apa yang dikatakan oleh Nadila, Rama langsung menoleh ke arah Nadila.

Saat Rama melihat Nadila, wanita itu sedang menangis dan memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Nadila, kita perlu bicara. Kejadian semalam itu, aku benar-benar minta maaf... itu adalah kesalahan ku. Aku akan bertanggung jawab Nadila!" kata Rama tulus dari dasar hatinya yang terdalam.

"Pergilah mas!" kata Nadila tak mau mendengarkan semua perkataan Rama.

"Nadila, yang kita lakukan semalam..!"

"Itu salahku mas, salahku yang memaksa Inging ikut ke acara itu padahal kamu sudah melarang ku. Salahku yang begitu saja meminum minuman yang seharusnya memang tidak aku minum. Salahku yang mengatakan aku menginginkan mu mas... !" lirih Nadila dengan berlinang air mata.

Rama sangat sedih mendengar semua yang dikatakan oleh Nadila. Dia benar-benar bertambah merasa sangat bersalah.

"Nadila, ini juga salahku. Aku yang sadar waktu itu, sedangkan kamu di bawah pengaruh obat. Seharusnya aku bisa mengendalikan perasaan ku, tapi aku tak melakukan itu karena aku memang menyukai mu...!"

Nadila lantas menoleh ke arah Rama.

"Apa mas?" tanya Nadila tak percaya.

"Aku menyukaimu Nadila, bahkan sebelum kamu menjadi kekasih Firman!" jujur Rama yang membuat Nadila semakin merasa sedih lagi.

Apalagi saat Nadila mendengar nama Firman di sebutkan.

"Mas, mulai sekarang jauhi saja aku. Anggap tidak pernah terjadi apapun antara kita. Anggap saja kamu tidak pernah mengatakan apa yang kamu katakan ini...!"

"Tapi Nadila...!"

"Aku pacar sahabat mu mas, aku mohon pergilah. Dan mulai hari ini tolong jaga jarak denganku. Aku mohon!" kata Nadila sambil menyatukan dua telapak tangannya menjadi satu dengan mata yang berlinang air mata.

Hati Rama hancur, benar-benar hancur. Meskipun dia sudah menyatakan perasaannya. Tapis sepertinya Nadila memilih untuk tetap bersama dengan Firman meskipun apa yang sudah mereka lakukan.

"Baiklah, jaga dirimu!" kata Rama yang sudah tak bisa berkata-kata lagi karena apa yang di katakan oleh Nadila itu.

Setelah kepergian Rama. Nadila menarik selimutnya dan memeluk kedua lututnya. Air matanya masih terus mengalir. Rasa bersalahnya pada dirinya sendiri dan pada Firman membuat Nadila tak bisa berhenti menangis.

Sementara Rama terus memukul setir mobilnya sepanjang perjalanan ke rumahnya. Dia juga menyesal telah mengkhianati Firman, tapi dia juga tak bisa memungkirinya. Rama mencintai Nadila, itu kenyataannya.

***

Beberapa hari setelah kejadian itu, Nadila benar-benar serius dengan ucapannya menjaga jarak dengan Rama.

Setiap Rama menjemputnya untuk berangkat kerja, Nadila selalu menghindar. Bahkan dia tidak akan membuka pintu. Kalaupun Rama menunggu, Nadila bahkan memilih untuk tidak masuk kerja pada hari itu.

Hal itu membuat Rama merasa kalau memang dirinya benar-benar harus menjauh dari Nadila. Meskipun kadang Rama masih suka diam-diam mengawasi Nadila dari jauh.

"Tumben nih beberapa hari aku lihat kamu gak bareng sama Rama lagi? lagi berantem ya?" tanya Luki, teman kerja Nadila.

"Apasih, kepo!" balas Nadila.

"Eh lihat Gerry gak sih? apa dia sudah di pecat ya? kok gak pernah kelihatan lagi?" tanya Luki lagi.

Mendengar apa yang dikatakan Luki, membuat Nadila ingat peristiwa malam itu lagi. Nadila yang kesal akhirnya langsung meninggalkan Luki dan memilih berjalan saja ke halte bus.

"Eh, dia pergi! perasaan busnya belum kelihatan!" gumam Luki bingung sambil celingak-celinguk melihat sudah ada bus yang datang atau belum.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Irena

Irena

Pasti bingung banget si Nadila, terus pas ketemu Firman dia mau gimana? bingung kan

2023-04-03

3

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

next 👍

2023-04-03

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!