Nadila langsung bangun, duduk dan meraih mangkuk ketupat sayur di atas meja. Dengan segera Nadila memakannya.
“Nih aku makan ya mas, daripada dengerin gombalan mas Rama. Gak sanggup aku, bisa lemah imanku!” kata Nadila.
Rama pun tersenyum. Tapi sebenarnya memang apa yang dia katakan itu semuanya bukan untuk menggombali Nadila. Semua itu jujur dari dalam hatinya.
Rama juga dulu sangat menyukai Nadila, hanya saja Firman datang padanya lalu mengatakan kalau dia menyukai Nadila. Apa daya, Firman mengatakan hal itu lebih dulu. Jadi dia hanya bisa memendam perasaannya pada Nadila.
Sedangkan Nadila, dia memang tidak pernah berpacaran sebelumnya. Hanya fokus pada sekolah dan membantu kedua orang tuanya.
Setelah Nadila makan, Rama bahkan mengambilkan air minum untuk Nadila minum obat.
“Ya ampun, mas aku bisa ambil sendiri!” kata Nadila yang tidak enak hati.
“Memangnya kamu bisa, berdiri saja butuh pegangan kan? Sudah minum obatnya lalu tidur. Aku akan menemanimu di sini, kata dokter kalau demam kamu sudah turun, kamu harus minum obat yang ini setelah empat jam. Sekarang tidurlah, aku akan bangunkan kalau sudah empat jam!” kata Rama yang menuntun Nadila berbaring.
“Mas aku baru makan ketupat sayur, kalau aku tidur aku bisa gemuk!” protes Nadila.
“Memang kenapa kalau gemuk, kalau Firman tidak mau lagi sama kamu kan masih ada aku!” balas Rama.
“Ih..!”
“Sudah pejamkan matamu dan tidur!” kata Rama menyelimuti Nadila.
Nadila mau tak mau langsung memejamkan matanya. Tapi saat dia merasa bayangan Rama sudah tidak ada. Nadila pun membuka matanya, ternyata Rama sedang di dapur membersihkan bahkan mencuci bekas makan Nadila. Hal yang tak pernah di lakukan Firman, karena memang Firman yang sibuk jarang main ke rumah Nadila. Mereka hanya bertemu di luar atau di kantor.
‘Kamu baik banget sih mas Rama!’ batin Nadila lalu memejamkan matanya.
Keesokan harinya, Nadila sudah sembuh dan sudah kembali bekerja. Seperti biasanya Nadila di jemput oleh Rama. Mereka berpisah di kantor dan pergi ke ruangan masing-masing.
“Nadila, nanti di acara launching produk baru di hotel itu. Kamu aku jemput ya, kamu mau kan jadi teman dansa ku?” tanya Gerry yang memang sudah sejak lama suka pada Nadila. Sebenarnya bukan pada Nadila saja, Gerry memang adalah pecinta wanita cantik.
Syukur-syukur bisa dapat Nadila pikirnya, kalau tidak pun dia bisa dapatkan wanita yang lain. Dia itu Casanova kw.
“Sorry ya Gerry, bukanya gak sopan karena nolak kamu. Tapi tadi pas aku baru datang, itu si Mirna lagi pusing mikirin mau pakai gaun apa buat pergi sama kamu. Ih... kamu gimana sih, ngajak Mirna kok ngajak aku juga?” tanya Nadila yang langsung meninggalkan Gerry.
Tapi Gerry malah mengejar Nadila lagi dan berkata.
“Kalau kamu mau, aku bisa batalin janji sama Mirna!” kata Gerry.
“Sorry sekali lagi ya, aku sudah punya janji tuh!”
“Sama siapa?” tanya Gerry.
“Sama Irma sana Indah. Bye!”
Gerry terlihat kecewa, tapi kemudian obsesinya pada Nadila membuatnya memiliki rencana licik. Karena dia tahu Firman sedang dinas di luar kota. Maka tidak akan ada yang menjadi pasangan dansa atau menjaga Nadila. Gerry pun akhirnya memikirkan cara licik untuk bisa mendapatkan Nadila.
Sampailah di malam pesta launching profesional baru perusahaan. Karena yang diluncurkan produk yang harganya fantastis. Maka tempat launching nya juga adalah hotel bintang lima terkenal.
Rama yang malah ikut acara seperti ini, terpaksa ikut karena memang sebagai anggota bagian pemasaran. Nadila wajib datang, dia tidak tega membiarkan Nadila menghadiri acara ini sendirian.
Pestanya sukses, launching nya juga sukses. Kini giliran para direksi mempersilahkan para karyawan bersenang-senang. Ada pesta dansa, ada jamuan makan yang sangat enak.
Gerry mendekati Nadila yang tengah makan bersama dengan Irma, sementara Rama memang bergabung dengan karyawan pria.
Rama melihat Gerry membawakan segelas minuman berwarna merah untuk Nadila. Padahal di meja Nadila sudah ada minuman yang sama. Rama makin tidak enak perasaannya, ketika dia melihat Gerry menukar gelas Nadila kemudian pergi.
Nadila pun meminum minuman itu sebelum Rama bisa sampai di meja Nadila. Rama masih memperhatikan, kemudian Nadila sepertinya merasa tidak enak badan. Nadila pamit pada teman-temannya. Tapi Rama semakin merasa ada yang tidak beres karena Gerry mengikuti Nadila.
Begitu Rama menyusul, Gerry sudah membawa Nadila ke sebuah kamar hotel.
“Aduh kepalaku pusing, ini kenapa gatal sekali!” racau Nadila yang sudah terkena pengaruh obat yang di berikan pada minumannya oleh Gerry.
“Nadila, sebentar lagi tidak akan gatal. Aku akan membuatmu nyaman!”
“Kamu siapa, Gerry... bawa aku pulang Gerry. Atau bawa aku ke dokter, kepalaku pusing!” kata Nadila.
“Kenapa pulang, kita akan bersenang-senang..!
Brakkkkk
Gerry langsung menoleh ketika mendengar suara pintu di dobrak.
“Bren9sek!!” pekik Rama yang langsung menarik kerah jas bagian belakang Gerry.
Bagh
Bugh
Bagh
Bugh
Rama memukul Gerry sampai babak belur. Tapi saat Nadila bersuara, Gerry memanfaatkan kelengahan Rama untuk kabur.
“Aghkk!” Nadila meracau tidak karuan.
Rama langsung mendekati Nadila.
“Nadila, Nadila kamu dengar aku?” tanya Rama.
“Mas Rama, tolong aku rasanya sakit, sakit sekali.. agkhhh!” pekik Nadila lagi.
Tubuh Nadila menggeliat tidak karuan, dia terus menyentuh bagian bawahnya dan bergerak tak karuan.
“Panas sekali mas... nyalakan AC nya!” racau Nadila lagi.
Rama yang merasa ada yang aneh dengan Nadila lantas menggendong Nadila dan berniat membawanya pulang. Tapi baru kulit telapak tangan Rama menyentuh punggung Nadila. Nadila malah mendekatkan tubuhnya ke arah Rama.
“Mas, tubuhmu sejuk sekali!” kata Nadila yang malah membuka jas Rama.
Berusaha mencari kulit Rama yang membuatnya nyaman.
Nadila yang begitu agres1f membuka pakaian Rama membuat Rama juga terbawa suasana.
“Nadila, kamu sadar aku ini siapa?” tanya Rama.
“Mas Rama, orang yang aku suka saat pertama kali masuk perusahaan Semesta!” kata Nadila yang sepertinya bicara tanpa kesadaran.
“Apa?” tanya Rama terkejut.
“Aku menginginkanmu mas!” ucap Nadila memeluk erat Rama.
“Nadila, kamu tidak akan menyesali ini kan?”
Nadila tidak menjawab, kepalanya berputar dan rasanya tubuhnya panas dan sakit. Rama yang begitu terbawa suasana lantas langsung menyatukan bibirnya dengan Nadila.
Rama melepaskan bibir Nadila dan membaringkannya di tempat tidur. Rama lalu bergerak ke arah pintu kamar hotel dan menguncinya.
Rama yang melihat Nadila bergerak tak karuan pun tak bisa menahan diri. Dia mencium Nadila lagi, membuka pakaiannya dan melakukan penyatuan dengan wanita yang masih kekasih sahabatnya itu.
“Agkhhh sakit!” lirih Nadila yang perlahan sadar dari pengaruh obat saat mencapai pelepasannya.
Beberapa lama kemudian, Nadila merasa pandangannya tidak lagi buram. Tapi dia terkejut dengan pria yang ada di atas tubuhnya itu. Tapi fokusnya malah pada gigitan di leher dan dada Rama.
“Mas... apa yang sudah aku lakukan padamu?” tanya Nadila setelah menyadari dia memeluk Rama dan banyak tanda gigitan dan cakaran di tubuh Rama yang sama-sama polos seperti dirinya.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Aerik_chan
Act of service nya ngena banget...sederhana tapi bikin melting
#When we first met
2023-04-15
1
Elisabeth Ratna Susanti
emang top banget author satu ini ❤️😍👍
2023-04-03
2
Eva Pramita
nah loo,,, gerry sih buat kacau aja
mas firman selingkuh juga di sna gak apa wes
2023-04-02
2