Bab 2

Setelah mendengar jawaban Rama, Firman juga langsung bergegas ke ruangan Nadila, karena memang dia bisa langsung pulang siang ini agar bisa mempersiapkan semuanya dengan baik.

Jadi Firman pikir, dia akan memberitahukan hal ini kepada Nadila terlebih dahulu kemudian dia berkurang dan menyiapkan segalanya untuk keberangkatannya besok pagi-pagi sekali.

“Nadila, ada yang nyari nih!” kata Luki salah satu teman satu divisi dengan Nadila.

Semua teman Nadila dan Firman sudah tahu tentang hubungan mereka. Yang satu famous karyawan yang satu lagi famous karyawati. Sudah, cocok kan.

Banyak juga yang jadi fans berat mereka, mengagumi gaya berpacaran mereka yang sehat tapi romantis.

Mereka jarang menunjukkan kedekatan mereka secara fisik. Mereka juga tidak pernah bergandengan tangan di kantor, sama sekali tidak pernah. Firman memang berasal dari keluarga yang kebanyakan dari keluarganya itu lulusan pondok pesantren. Bahkan sudah satu tahun mereka pacaran, Nadila juga belum pernah memeluk Firman.

Tapi semua itu membuat Nadila malah merasa sangat aman, merasa di hargai dan di lindungi. Paling hanya sentuhan di pipi, di rambut dan terkadang Nadila merangkul lengan Firman. Hanya sebatas itu saja.

Nadila yang mendengar ucapan Luki lantas berdiri dan melihat ke arah pintu masuk ruang divisi pemasaran.

“Mas Firman!” ucap Nadila yang senang melihat Firman datang.

“Ada apa?” tanya Nadila begitu Firman sampai di hadapannya.

“Duduk dulu ya!” kata Firman.

Nadila pun duduk dan mendengarkan dengan seksama apa yang mau Firman katakan padanya.

“Mas, besok mau dinas! Di luar kota, satu bulan!”

Setelah mendengar apa yang dikatakan kekasihnya itu reaksi Nadila hanya melihatnya dengan tatapan biasa saja.

Melihat reaksi Nadila, Firman pun bertanya.

“Kamu gak papa?” tanya Firman.

Nadila langsung tersenyum lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Gak papa, mas Firman Cuma mau pergi ke luar kota kan? Bukan ke luar planet. Kita masih bisa video call, telponan, kirim chat. Iya kan?” tanya Nadila yang sebenarnya tidak ingin Firman merasa khawatir padanya.

Firman lantas mengusap kepala Nadila dengan gemas. Mereka pun tertawa bersama. Setelah itu Firman pergi, dan mengatakan dia akan langsung berangkat besok pagi-pagi sekali. Nadila mengangguk, dan memberikan semangat pada Firman.

“Baiklah, aku pergi dulu ya. Jaga diri kamu baik-baik. I love you!”

“Love you too mas!” sahut Nadila.

Firman pun meninggalkan meja kerja Nadila. Nadila yang masih berdiri terus memandang ke arah punggung Firman.

‘Aku sedih mas, bagaimana aku lalui 30 hari tanpa mu di sisiku. Biasanya pagi, siang, sore bersamamu. Tapi jika ini bisa membuatmu sukses, membuatmu bisa membanggakan keluargamu. Aku akan mendukungmu mas!’ batin Nadila sedih.

Jam pulang kantor tiba. Nadila yang tahu harus pulang sendiri, sudah menginstal aplikasi taksi online. Tapi sore ini hujan turun dengan deras. Jaringan seluler pun ikut lenyap tersapu derasnya hujan.

“Mau bareng gak Dil?” tanya Luki.

“Enggak deh, arah rumah kamu sama kosan aku beda arah! Yang ada kamu nanti bolak balik kek gosokan!” kata Nadila.

Luki terkekeh, itulah yang membuat Nadila banyak di sukai teman-temannya. Orangnya sangat santai dan suka bercanda.

“Ya gak papa lah, di rumah kamu ada kopi kan? Secangkir kopi sama gorengan sudah bisa jadi bahan bakar gosokan ini!” kata Luki malah meladeni candaan Nadila.

“Kagak ada, kopi gak ada. Aku gak suka yang pahit-pahit, bantu hidupku pahit!”

“Pakai gula dong, atau saat minum kamu pandang aku!” balas Luki.

Dan keduanya pun terkekeh lagi.

“Nadila!” panggil Rama yang baru keluar juga dari ruangan divisi produksi.

“Eh Ram!”

“Mas Rama!”

“Udah pulang sana kamu Luki. Nanti dicariin mama kamu!” kata Rama.

Dengan mencebikkan bibirnya Luki langsung pergi dari sana.

“Tumben sudah pulang mas, biasanya ambil lembut?” tanya Nadila yang tahu kalau biasanya Rama ambil lembur.

“Iya, aku sudah bilang sama Pak Bagas. Sebulan ini aku gak ambil lembur, aku mau antar jemput pacar sahabatku!” kata Rama menjelaskan.

“Siapa?” tanya Nadila belum ngeh.

“Kamu lah, siapa lagi?’ jawab Rama.

“Aduh mas, jadi gak enak. Pasti mas Firman ya yang minta tolong?” tanya Nadila yang sudah menduga kalau kekasihnya yang sangat over protektif padanya itu yang meminta Rama mengantar jemput dirinya.

“Iya gak papa, aku senang malah. Jadi aku punya kerjaan. Bosan juga lembur terus!” kata Rama.

“Loh, emang mas Rama lembur Cuma mau nyari kerjaan, bukan karena uang lemburan?” tanya Nadila.

“Yah, aku kan tinggal di rumah sendirian Nadila. Yah, daripada bengong di rumah, habis jam lima. Mending lembur sampai jam sembilan, habis itu aku tidur. Besok kerja lagi!” jelas Rama yang lantas di angguki Nadila.

Rama pun mengantar Nadila pulang, seperti itu seterusnya. Benar saja, ternyata di tempat Dinas Firman memang susah sinyal, sudah tiga hari Firman tidak bisa di hubungi. Tapi irah kantor bilang, mereka sudah sampai dan sudah bekerja dengan baik disana. Hanya bisa pakai telegram atau email antar perusahaan.

Nadila yang agak sedih karena susah sekali menghubungi Firman sering di hibur oleh Rama. Di ajak nonton, jalan-jalan dan pergi ke wahana bermain.

Sampai suatu hari Nadila sakit, saat itu Nadila sangat rindu pada Firman. Tapi Nadila melarang siapapun memberitahu Firman karena tak ingin kekasihnya yang sedang berjuang untuk sebongkah berlian itu jadi khawatir.

Saat itu juga Rama yang mengurus Nadila, mengantarkan Nadila ke dokter, merawatnya dan membelikan apa saja yang Nadila butuhkan atau ingin di makan.

“Kamu bilang tadi mau makan ketupat sayur, aku sampai pasar lama loh ini nyarinya. Makan yuk, sedikit saja. Kan kamu harus minum obat!” kata Rama yang khawatir.

“Gak mau mas, itu rasanya pahit. Mas sih belinya di pasar lama, pahit kan! Coba di pasar baru!” kata Nadila yang masih sempat-sempatnya bercanda.

“Nadila, aku suapi ya. Kalau kamu sakit begini. Gak ada yang bikin aku semangat bangun pagi, gak ada yang bikin aku semangat buat cepat mengerjakan pekerjaan aku!”

“Apa hubungan nya?” tanya Nadila.

“Aku semangat bangun pagi karena ingin cepat ketemu kamu, ingin jemput kamu. Dan aku semangat kerja, ingin cepat-cepat ketemu kamu lagi buat anterin kamu pulang!” jawab rama dengan wajah seriusnya.

Nadila sampai bengong mendengar apa yang dikatakan Rama.

“Ck... jangan bikin aku GeEr lah mas!” kata Nadila sambil menarik selimutnya sebatas dada.

Nadila sedang tiduran di atas sofa, sambil menonton film favoritnya. Dia jenuh terus rebahan di kasur sejak tadi malam.

“Aku jujur Nadila, kamu itu semangat hidupku!” kata Rama membuat Nadila berpikir ke arah lain.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Anonim

Anonim

waaahhhh....selingkuh ntar neeeehhh....menikung pacar sahabat

2023-05-06

2

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

like and fav ❤️

2023-04-03

2

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

☕semangat💪😗

2023-04-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!