“Tia, Pak Gala ada di belakang lu,” bisik Misi kembali, kali ini dengan menyenggol sikut aku lebih keras sampai aku sendiri cukup kaget. Aku pun melirik dengan ekor mataku, dan bersikap biasa saja toh kita memang sedekat itu. Hehe percaya diri aja dulu. Eh, tapi kalau dicuekin aja kasihan dong ada kesempatan nggak diambil batinku.
“Pak, duduk sini,” ucapku yang langsung mendapat pelototan dari teman-temanku. Mungkin mereka salting, grogi atau apalah berdekatan dengan cowok tampan dan kaya raya. Sesuai yang aku tawarkan Pak Gala pun duduk di sampingku. Sembari meletakkan piring berisi makanan yang sengaja di ambil untuk menemani ngobrol.
“Kamu datang juga Tia. Hati aman?” tanyanya, sedikit bercanda, tapi aku tahu tujuan untuk mengejek.
“Udah gosong Pak. Tapi sayang kalau nggak datang. Kapan lagi makan enak,” ucapku sembari menunjuk makanan yang ada di atas meja kami.
Pak Gala pun terkekeh. “Ya ngapain melow-melow cowok banyak kok di luar sana nggak cuma Yuda. Cari yang lain yang lebih dari dia,” ucapnya sembari menyuapkan makanan yang ada di hadapan bos besar ku.
“Nah masalahnya itu aku nggak tau laki-laki kaya gitu ada di mana. Apa Pak Gala ada kenalan, ya setidaknya tampan, baik dan kaya lah, biar bisa dipamerin sama mantan,” kelakarku, kami memang sudah bisa bercanda dengan bos besar. Eh, maksudnya aku aja nggak pake yang lain karena yang lain jaim-jaim, kalau aku lebih santai, dan cenderung rame.
“Kenapa harus cari yang lain. Kenapa nggak aku aja, aku tampan, kaya, baik sudah pasti,” jawabnya dengan bibir melengkung sempurna. Entahlah maksudnya apa, tapi siapa sih yang nggak mau dengan bos besar? Termasuk aku juga mau, tapi ya kali langsung diiyain, tarik ulur lah biar nggak kelihatan murahan.
“Anda jangan bercanda Pak, saya orangnya baperan, dan mudah jatuh cinta. Saya takut nanti malah anggap serius candaan Anda. Kaya sih kaya, tapi jangan Anda juga, kalau Pak Gala mah terlalu kaya. Ibarat kata nih langit dan bumi nggak akan bisa bersatu, dan tidak akan ada titik temu. Kalaupun ada titik temu itu hanya semu, semakin didekati semakin sulit untuk digapai,” balasku dengan jujur, tapi kalau Pak Gala tetap memaksa tidak ada salahnya mulai di gas tipis-tipis.
Kembali Pak Gala terkekeh dengan renyah mendengar jawaban dari aku. Bahkan aku merasa kalau di meja ini hanya ada aku dan Pak Gala. Tulip dan Misi yang tadinya lebih heboh mengumbar kemesraan dengan pasangan masing-masing setelah Pak Gala datang mereka pun seolah menjadi orang yang tidak saling kenal hanya diam dan menjadi pendengar obrolanku dan Pak Gala.
“Loh kenapa harus bercanda. Lagian kaya dan miskin kalau kata aku tidak terlalu penting dalam suatu hubungan yang penting baik dan perhatian,” balas Pak Gala, dan kenapa aku merasa kalau laki-laki kaya ini justru seperti tengah menawarkan dirinya jadi kekasih aku.
“Itu sih kata Pak Gala karena udah kaya, tapi kan belum tentu keluarga merestui. Lagian aku tahu diri kok Pak, seorang Office girl paling mentok dapat pasangan kaya ya paling kepala bagian, kalau lebih tinggi dari itu jatuhnya halu,” balasku lagi. Intinya aku juga tidak serius-serius amat mengharapkan Pak Gala terlalu besar jarak di antara kita. Sehingga aku hanya menganggap seru-seruan saja.
Tahu diri intinya jauh lebih baik dari pada nanti malu-maluin. Tapi juga usaha tetap lah meskipun aku tidak bisa berharap lebih.
“Hehehe, ya udah terserah kamu aja. Ngomong-ngomong kamu datang seorang diri?” tanya Pak Gala, bener-bener mungkin Misi dan Tulip nggak terlihat.
“Tidak Pak, biasa sama Misi dan Tulip, tuh sama pacar mereka juga. Hanya aku yang jomblo. Tapi tenang bentar lagi juga dapat pasangan,” balasku lagi, menghibur diriku sendiri kata orang ucapan adalah doa maka aku akan sering-sering berucap yang baik agar Tuhan mengabulkan doa yang baik juga.
“Oh, aku pikir kamu datang sendiri, maklum kurang kenal dengan yang lain. Tahunya office girl itu cuma kamu, karena kamu yang paling berisik,” balas Pak Gala. Nah loh, kalau gini jatuhnya memuji atau menghina?
“Kami pun terus mengobrol dengan sesekali ekor mataku masih mencuri pandang pada sang manten yang aku lihat wajahnya makin kusut. Dalam batinku semakin bahagia aku berharap kalau yang membuat wajah mantan kusut adalah kedekatan aku dan Pak Gala.
“Ayo Tia kita bareng naik ke pelaminan buat kasih selamat sama Yuda, dan Fany. Atau kamu mau sama teman-teman kamu?” tanya Pak Gala setelah cukup lama kami ngobrol dan sesekali melemparkan candaan dan tertawa lepas. Seolah kami memang benar pasangan kekasih. Bahkan teman-teman kantor dari bos-bos dan bawahan seperti supir dan staff banyak yang memperhatikan aku.
Entah mereka iri atau justru mereka sedang menertawakan aku yang seolah tengah mempermalukan diriku yang seolah memaksa dekat dengan Pak Gala yang sudah jelas tidak mungkin bisa di gapai.
Aku menatap pada Misi dan juga Tulip lalu memberi kode agar kita naik ke pelaminan untuk memberikan selamat bersama-sama. Dan mereka pun untungnya mau aku ajak naik bersama sehingga aku tidak terlalu canggung.
“Ayo Pak, kebetulan Misi dan Tulip juga udah pada mau pulang jadi kita naik ke pelaminan bersama-sama,” jawabku sembari berdiri dari dudukku dan merapihkan pakaian mahal versi ku agar tidak terlihat lusuh.
“Eh kirain mau berdua aja, siapa tahu nanti tahun depan kita yang gantian jadi raja dan ratu sehari seperti mereka,” ucap Pak Gala, yang mancing-mancing aku terus.
“Pak Gala, jangan mancing-mancing terus, nanti ada malaikat lewat terus di Aminin dan jadi kenyataan kan saya yang seneng,” balasku nggak mau kalah dong.
“Ah kamu mah bisa aja Tia balasnya, jadi lupa kan mau ngomong apa lagi. Gara-gara kamu bikin ketawa terus.” Kami pun masih saja berbisik sebari jalan.
“Iya kan saya mah gimana Pak Gala kalau Pak Gala saja bercanda terus saya juga pasti dong,” balas ku masih berbisik. Hingga tidak berasa kami sudah ada di atas pelaminan dan siap mengucapkan selamat pada pasangan pengantin yang sepertinya tidak sedang bahagia.
“Selamat yah Mbak Fany, semoga bahagia terus,” ucapku tidak dengan tulus.
Seperti pada acara lain Mbak Fany membalas jabat tanganku dan mengucapkan terima kasih. Hal yang sama juga aku lakukan dengan Yuda, mantan kekasih yang bahkan wajahnya tampak kusam.
“Selamat yah Yud, semoga kamu bisa jadi ayah yang baik untuk anakmu,” ucapku dengan suara yang dingin. Yah sudah bukan rahasia lagi, kalau Mbak Fany dan nikah dengan Yudi karena Mbak Fany sudah hamil bahkan ada yang bilang kalau kehamilan Fany sudah empat bulan. Aku kembali tersenyum kalau mengingat hal itu.
Aku pikir Yuda itu cupu taunya suhu, diam di depanku di belakangku membagongkan. Memang sangat berbahaya orang diam itu diam-diam menghanyutkan.
Yuda hanya membalas dengan senyum terpaksa. Ah, rasanya aku belum puas mengucapkan kata-kata lain. Tapi Misi yang di belakang ku terus menyikut punggungku agar cepat gantian.
Tidak apa-apa lah yang penting Yuda sudah kena mental meski aku belum puas banget lihat wajah masam dia.
Bersambung....
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Sunarti
Fany hamil karna nafsu keduanya
2023-06-01
1
ALADIN
widih..... belum apa apa udah perang Dingin aza.... tapi gaskeun wae lah kalo bos juga ngga masalah sekarang mah bukan bumi yang mengejar langit tapi langit yang mengejar bumi.... jadi kesetaraan akan terlihat manakala langit bisa mensejajarkan diri dengan bumi.....
2023-05-08
2
Mutia tia
ya ampun Thor.. GEMS sy SM km, dl yidam apa ya.. org tua ya, BS bikin cerita gitu🤭🤭
2023-04-06
1