Alma kembali

"Kenapa kamu tanyakan itu?" dengan kernyitan pada dahi Regi.

"Ya cuma ingin tanya saja."

"Sudahlah, sebaiknya kita tidur. Besok akad nya mama dan om Hanung." Regi menarik selimutnya dan bersiap tidur.

Sedangkan Zahrin hanya melihati punggung suaminya yang terlihat uring-uringan selama berbulan-bulan ini.

Zahrin yang menjadi pelampiasan dari kegundahan hati Regi selama berbulan-bulan ini. Zahrin pula yang dengan sabar supaya Regi sebisa mungkin untuk tidak meledakkan bom kemarahan pada karyawan toko kue Olivia atas kekesalan nya terkait keputusan mama nya.

Sekarang, biar bagaimana pun, keputusan tetap di tangan ibu Olivia. Baik Zahrin maupun suaminya sekalipun tak dapat menganggu gugat apa yang telah menjadi pilihan ibu Olivia.

.

.

Hotel Semenanjung.

Pukul 09.00 WIB.

Kursi-kursi tamu yang hanya di datangi keluarga besar sudah tertata rapi. Baik ibu Olivia dan Pak Hanung sudah siap dengan janji suci yang akan mereka ikrarkan di depan bapak penghulu.

Sedangkan di lain tempat.

Alma begitu anggun nya memasuki Hotel yang tidak asing baginya. Dia bahkan menggerutu mengapa papa nya tidak memilih tempat yang lain nya untuk melangsungkan akad nikah nya.

Meskipun sebal, bersungut-sungut dan sejujurnya enggan. Alma nyatanya pulang dan memijakkan kedua kaki nya yang terbalut heels kaca dan terlihat cantik karena senada dengan gaun yang dikenakan nya.

Seketika mata nya berbinar terang tatkala menangkap sosok pria yang masih dia puja hingga sekarang. "Oh my kakak kelas, sudah punya anak dua kenapa pesona nya tidak pernah pudar sih," ucap Alma yang tidak berkedip sejak tadi saat melihat dari kejauhan sosok Regi, pria yang tak pernah redup pesonanya, pria yang tak pernah mati di taman bunga nya.

Namun matanya seketika malas saat menangkap wanita berkerudung yang sudah tentu Zahrin yang sejak dulu menjadi musuh bebuyutan nya.

"Janda nya Akhyar," gumam kesal Alma dengan membuang nafas.

Karena menurutnya, tidak ada istimewa nya dari Zahrin. "Mata kak Regi aja yang juling mengapa bisa menikahi perempuan itu." Alma perlahan muak dan gemuruh di dada nya bergejolak ingin sekali menghempas Zahrin dari hati Regi kalau perlu muka bumi andai bisa.

Alma melangkah perlahan mendekati pria masih menjadi dambaan nya itu. Meraih jemari Regi yang tidak peduli jika dia dianggap lancang dan terkesan murahan.

"Hai..." sapa nya saat Regi terkaget seraya menoleh lalu menatap nya.

Dapat Alma tangkap, jika mata laki-laki itu berbicara dan ingin membalas sapaan nya juga. Namun karena Alma tidak sabar menunggu apa yang akan dikatakan oleh Regi, dengan cepat dia pula yang bertanya lagi. "Kakak apa kabar?" ucapnya manis menutupi hati iblis nya.

"Aku baik. Lepaskan tangan ku," jawab Regi yang risih jika tangan nya di pegang erat oleh Alma.

Alma kemudian melepas genggaman nya. "Bukan kah sebentar lagi kita akan menjadi keluarga?"

"Apa hubungan nya? Tidak ada konektivitas antara kata keluarga dan genggaman tangan," timpal Regi datar cenderung malas.

"Kakak tidak berubah," jawab Alma manja.

"Kamu yang tidak berubah. Tidak pernah dewasa," cetusnya.

Kedua manusia itu berdiri dengan posisi sama mengarah pada mama dan papa mereka masing-masing yang siap mengikrarkan ijab qabul.

Bahu mereka hanya berjarak kurang dari sepuluh senti. Keduanya masih saling menimpali kalimat demi kalimat baik itu berbau ejekan Regi yang sejak dulu tidak suka dengan tipikal perempuan seperti Alma. Tengil, tidak dewasa dan enggan berkaca. Menganggap dirinya adalah segalanya, menganggap semua pria dapat dia takluk kan dengan kecantikan dan uang papa nya. Anggapan Regi.

"Masak?" tengilnya Alma kumat. Dia menyenggol bahu Regi hingga pria itu terhuyung pelan dan kaki kanan nya maju ke depan satu langkah.

Regi membuang nafas. Alma tersenyum penuh arti.

"Peluk kek, apa kek. Ini mah di ketusin," gerutu nya.

Regi tetap diam dengan khidmat mendengarkan MC berbicara.

"Padahal aku pergi ke luar negeri gara-gara kakak menikah dengan Zahrin. Tidak ada gitu? Perasaan minimal ikut merasakan hancurnya hati ku." Alma menoleh menatap wajah pria yang bertahun-tahun tidak secara langsung dia tatap. Meskipun hanya wajah bagian samping kanan nya. Namun ada perasaan yang tak biasa namun sayang hanya dia yang rasa sementara Regi tidak.

Regi tersenyum mengejek, sebentar lalu geleng-geleng kepala. Melirik Alma yang sedari tadi ngoceh tidak berhenti seperti burung beo belum makan.

Meskipun ekor mata keduanya bertemu. Namun Regi tetap malas dengan Alma. Apapun yang dilakukan Alma tidak serta merta dia lupa.

"Senang ya? Melihat penderitaan orang. Apa bisa tidur nyenyak? kalau aku dan mas Akhyar masih menanti dari kalian masing-masing?" ucap Alma lebih berani tanpa tedeng aling-aling.

Regi berdecak bersamaan dengan gelengan kepala berulang-ulang.

"Daddy ..." panggil Arsyla yang disusul Arsyad yang kemudian memeluk papa nya yang otomatis menggeser posisi Alma berdiri agak jauh.

"Anak-anak kakak?" tanya nya dengan mata tertegun dengan melihati satu persatu Arsyla dan Arsyad.

"Menurutmu?" tanya balik Regi yang membuat Alma menelan saliva nya.

"Hai..." sapa Alma dengan senyum ramah nya kepada Arsyla dan Arsyad.

"Halo tante..." sapa balik Arsyla yang kemudian di susul Arsyad dengan ekspresi datar nya.

Tidak lama Zahrin datang. "Alma..." Zahrin yang terkaget dan meraih wanita itu lalu memeluk nya.

Begitu juga dengan Alma yang menyapa Zahrin dan bertanya bagaimana kabarnya sebagai pertanyaan pembuka.

"Aku tidak menyangka jika kamu akhir nya pulang, Al," imbuh Zahrin yang kedua tangan nya masih menyentuh kedua bahu Alma.

Alma tersenyum getir. Menatap wajah Zahrin yang sama sekali tidak ada benci-benci nya dengan nya. Padahal banyak hal dia lakukan supaya pernikahan nya dengan Regi gagal, namun yang terjadi malah sebaliknya dan sekarang mereka bahagia dan memiliki dua anak kembar sekaligus laki-laki dan perempuan.

"Jika bukan karena papa, entahlah," jawab nya sederhana. Sembari mencuri pandang dari satu-persatu anggota keluarga kakak kelasnya yang jujur terlihat harmonis dan bahagia.

Mereka semua bertepuk tangan setelah kata sah sudah mengikat mama dan papa keduanya.

"Syukurlah kamu kembali pulang," ujar Zahrin.

Berbeda dengan Alma yang justru sedih, hatinya sakit dan luka nya kembali menganga bahkan semakin lebar tatkala harus berkali-kali ditempa ombak yang perlahan membawa nya ke tengah lautan dan terombang-ambing dalam kesendirian.

"Kita kesana dulu ya Al," pamit Zahrin yang menunjuk ke arah depan.

Alma mengangguk. Melihati punggung mereka menjauh dan semakin jauh. Hatinya kembali tercabik, sayatan luka baru dan luka lama nya menjadi satu. Perihnya jangan ditanya. Sakitnya seperti apa bahkan hampir dia tidak dapat merasakan nya. Saking sakit nya. Regi menolak nya tanpa kira-kira. Membuat Alma hancur sehancur-hancur nya. Apalagi melihat perlakuan manis Regi kepada Zahrin yang bertolak belakang dalam memperlakukan nya. Membuat Alma tak punya arti apa-apa hidup di dunia.

"Kalian, kalian selalu membuat ku sakit," gumam nya dengan menahan air mata supaya tidak tumpah, dengan tatapan yang belum dia putus dari Regi yang selalu memperlakukan Zahrin dengan begitu sangat manis.

"Akhirnya kamu pulang juga," ucap Akhyar yang berjalan menuju sisi Alma berdiri.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾

⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾

pelakor n pebinor datang🤭🤭🤭😜😜😜

2023-05-19

0

Puja Kesuma

Puja Kesuma

ah katanya alma mau dikasih ke adiknya akhyar kog malah author buat alma kegatalan lg sama.regi

2023-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!