Bab 4# Sisa Trauma Masa Lalu

Di dalam kamar, Hasna berjalan mondar-mandir sambil menggerutu. Bukan kesal karena keputusan sang kakek, akan tetapi menyalahkan dirinya karena telah tertangkap polisi.

Hasna, tau ini konsekuensinya. Ketika ia kembali melakukan hal yang hampir serupa dengan kejadian dua tahun yang lalu. Meskipun, pada saat itu dirinya telah menjelaskan dengan jujur apa alasannya. Tetap, saja, hal itu adalah sebuah kesalahan baginya.

Di saat dirinya tengah kebingungan. Hasna mendengar ponselnya berbunyi nyaring. Gadis itu pun langsung menyambar setelah tau kontak yang menghubunginya.

"Halo, Mil,"

"Gimana keadaan kamu, Na? Aku gak bisa tidur karena khawatir sama kamu," ucap Mila di balik telepon, terdengar khawatir.

Hasna lebih dulu tersenyum tipis sebelum menjawab pertanyaan sahabatnya itu.

"Gue, mau dimasukin ke pesantren sama kakek," jawab Hasna setelah beberapa saat ia terdiam.

"Yahh ... terus kita gimana, Na? Kalo Raymond bertindak gila lagi ... kita semua adalah sasaran empuknya tanpa kamu!" ucap Mila yang terdengar serak.

"Itu, yang bikin gue bingung, Mil. Di satu sisi, gue memikirkan kalian. Tetapi, di sisi lain ... gak mau mengecewakan kakek dengan melanggar janji." Hasna menghela napasnya sebelum melanjutkan ucapannya lagi.

Kini ia beralih duduk di jendela, sementara Mila masih setia memasang telinganya. "Lu tau kan, kejadian hari ini pasti udah bikin Bunda sama Kakek malu kalo aja sampe jamaah mereka tau kelakuan gue. Sembilan puluh sembilan persen, kehidupan malam itu negatif. Apalagi pandangan terhadap perempuan yang suka kelayapan tengah malam," ucap Hasna lagi.

Mila menggelengkan kepalanya meskipun Hasna tak bisa melihat hal itu. "Na, kamu satu persen dari perempuan yang gak macem-macem meskipun sering kelayapan malem. Apalagi, kelakuan kamu itu bukan berniat meresahkan masyarakat apalagi melakukan tindakan kriminal," ucapnya terdengar hampir menangis.

Mila tak bisa membayangkan bagaimana nasib kuliahnya jika Raymond selalu menganggu para mahasiswa/i di sana, termasuk dengan dirinya.

"Lu tenang aja, Mil. Gue bakal nyelesein urusan dengan Raymond sebelum gue pergi angkat kaki dari kampus itu." Hasna pun memutuskan sambungan secara sepihak. Karena, ia tak mau pada akhirnya air mata itu jatuh.

Bagaimanapun, dirinya harus tetap kuat.

Ya, maunya Hasna begitu. Akan tetapi, ia ternyata hanya manusia lemah. Lambat-laun air mata itu mengalir deras di pipinya. Terbayang nanti bagiamana hidup berjauhan dengan sang bunda dan juga beberapa kucing peliharaannya.

"Kenapa jadi begini sih?" Hasna memukul-mukul banyaknya untuk melampiaskan amarah. Sepertinya ia harus meminta ijin untuk ke kampus. Bagaimanapun, urusannya dengan Raymond belum selesai.

Hanifa berniat mendatangai putrinya di kamar.

Mengetuk pintu tiga kali hingga akhirnya terdengar suara bahwa kunci telah di putar. Daun pintu pun terbuka menampilkan sosok gadis berwajah kusut dengan mata sembabnya.

"Boleh, Bunda masuk?" ijin Hanifa. Ia selalu menghormati privasi putrinya. Sekalipun ia berhak masuk kekamar itu tanpa ijin sekalipun.

Hasna hanya mengangguk seraya mengusap sisa air mata yang bertengger di sudut mata. Kembali duduk di atas kasur sambil memeluk salah satu bantal buluk kesayangannya.

Hanifa tersenyum melihat kelakuan putrinya yang menggemaskan. Tak terlihat sifat pemberani dan garangnya jika Hasna sedang seperti ini.

"Sayang, kamu jangan marah sama keputusan Kakek ya. Ini semua demi kebaikan kamu, bukan bunda dan juga Kakek." Hanifa mulai bicara dengan lembut. Tangannya terulur untuk merapikan rambut sang putri yang berantakan hingga menutup wajah Hasna.

Hanifa tersenyum ketika Hasna mengangkat dagunya dan memandang wajahnya.

"Bun, Hasna sama sekali tidak mempermasalahkan dimana kakek melemparku untuk belajar. Hanya saja, Hasna masih berat ... jauh dari Bunda dan teman-teman aku di kampus. Apalagi, masalah keselamatan mereka belum selesai," jelas Hasna mencoba mengambil hati wanita cantik di hadapannya ini.

Hanifa membuka niqob ketika berada di dalam rumah. Ia hanya akan mengenakannya pada saat keluar rumah untuk mengajar. Karena pada saat itu dirinya akan menjumpai banyak orang.

"Hasna sayang. Kamu gak harus sendirian memikirkan keadaan kawan-kawanmu itu. Sebaiknya, kamu serahkan pada dewan kampus. Atau, mau kakek yang membantumu untuk berbicara dengan pemilik yayasan tersebut?" jelas Hanifa seraya bertanya keinginan Hasna selanjutnya.

"Bun, hukumnya itu tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Jadi, semua itu percuma saja. Justru jika mereka melaporkan maka penderitaan mereka akan bertambah berkali-kali lipat." Hasna akhirnya menjelaskan dengan jujur.

Keterangan dari putrinya membuat Hanifa membekap mulutnya sendiri.

"Hasna minta ijin ke kampus dulu ya," pinta gadis itu penuh harapan.

"Tak ada cara lain ya. Jadi .. kamu harus selesaikan semua hal itu." Hanifa menghela napas sebelum melanjutkan perkataannya.

"Kenapa, Bunda memiliki anak perempuan seberani kamu. Sehingga, kelebihanmu ini senantiasa membuat kami khawatir," sambung Hanifa.

"Bunda, laki-laki bejat itu harus di beri pelajaran. Mereka, gak layak menginjakkan kakinya di atas bumi Allah!" ucap Hasna tegas.

Para saat inilah Hanifa sadar, jika kelakuan putrinya itu lantaran trauma masa lalu yang menimpa keluarga kecilnya.

Keputusan dari Amar Albani Yazid, yang merupakan ayah dari putrinya untuk menceraikannya demi wanita yang lebih muda, nyatanya menyisakan luka dan kekecewaan mendalam di hati Hasna. Sejak saat itu, putrinya antipati terhadap laki-laki.

Hanifa tak tau lagi harus bagaimana menasihati Hasna. Sejatinya sang putri tau beberapa hukum agamanya. Tau, jika kita harus selalu berprasangka baik terhadap orang lain. Akan tetapi, sekali lagi, trauma itu akan sulit di sembuhkan. Karena, hal itu menempel erat didinding hati.

Terutama, pria yang menyakiti dan mengecewakannya adalah sosok yang paling Hasna banggakan sejak kecil.

"Baiklah, Bunda ijinkan kamu ke kampus. Jaga diri baik-baik," pesan Hasna seraya mengecup kening putrinya itu.

Hasna pun, menghambur untuk mendekap tubuh hangat sang bunda.

Di kampus.

Hasna langsung mendatangi Raymond seorang diri. Di lihatnya pemuda itu asik menggoda anak baru di belakang bangunan kampus.

"Heh, nongol dia!" tegur, Black. Salah satu kawan Raymond yang semalam juga menyaksikan aksi keduanya.

Raymond langsung menoleh dan menyeringai sinis ke arah Hasna.

"Seharusnya, Lo udah gak nunjukin diri di kampus ini, Ray!" seru Hasna tegas. Wajah gadis itu sangat dingin tanpa ekspresi.

Membuat black bergidik dengan aura yang dikeluarkan oleh Hasna. Baru kali ini, ia melihat sosok wanita yang mampu mengintimidasi laki-laki hanya dengan tatapannya.

Akan tetapi, hal itu tidak berlaku bagi Raymond. Pemuda itu, justru semakin penasaran dan maju mendekat. "Lu semua keluar!" panggil Raymond pada beberapa anak buahnya yang bersembunyi di tempat itu. Ia tau bahwa Hasna pasti akan mencari dirinya demi menagih janji.

Karena itu, Raymond telah menyiapkan rencana ini untuk menjebak Hasna.

"Nih cewek, udah dikerubutin masih bisa masang ekspresi sesantai itu." Nyatanya Raymond semakin geram melihat keberanian Hasna.

"Gue udah duga, kalo Lo cuma anak mami yang pengecut! Mau ngelawan gue aja bawa pasukan segini banyak. Gak tau malu!" sarkas Hasna. Gadis itu menatap satu persatu sosok yang ada di hadapannya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

pingin nyobak adu kekuatan tu Hasna...

2023-09-22

0

Itsaku

Itsaku

berasa ditinggal pas lagi sayang² nya gak sih
tiba² bersambung

2023-04-13

1

Susiami Sby

Susiami Sby

berasa dikit buuanget loooh kak

2023-04-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1# Menerima Tantangan
2 Bab 2# Astagfirullah, Nabrak Orang!
3 Bab 3# Ketegasan Sang Kakek
4 Bab 4# Sisa Trauma Masa Lalu
5 Bab 5# Melawan Genk Cemen
6 Bab 6# Nggak Boleh Nakal!
7 Bab 7# Ditabrak Lagi
8 Bab 8# Gus Musa dan Hasna
9 Bab 9# Spesial Pake Telor
10 Bab 10# Korban DRAKOR
11 Bab 11# Salah Sasaran
12 Bab 12# Dikira Santri Mesum
13 Bab 13# Menahan Emosi
14 Bab 14# Pembicaraan Empat Mata
15 Bab 15# Salep Luka Bakar
16 Bab 16# Luka Gak Elit
17 Bab 17# Takut Ular
18 Bab 18# To the Point
19 Bab 19# Tes Kesabaran
20 Bab 20# Gus Amar Al Buchori
21 Bab 21# Kejadian Di Tengah Malam
22 Bab 22# Tak Bisa Diam Saja
23 Bab 23# Hasna Mulai Bertindak
24 Bab 24# Sosok Misterius yang Memukau
25 Bab 25# Kena Panah Asmara Dara Perkasa
26 Bab 26# Bikin Dua Gus Galau
27 Bab 27# Hati yang Tersentuh
28 Bab 28# Kenapa Aku Merasa Tak Rela?
29 Bab 29# Hasna Sakit
30 Bab 30# Kekhawatiran Dua Gus Bersaudara
31 Bab 31# Kekhawatiran Gus Musa
32 Bab 32# Mas Rela Melepas Hasna
33 Bab 33# Bukan Hanya Satu, Melainkan Keduanya
34 Bab 34# Hati Hasna yang Tersentuh
35 Bab 35# Aku Sayang Kamu, Hasna
36 Bab 36# Pertanyaan Hasna
37 Bab 37# Kakek Angkasa
38 Bab 38# Karomah Di Tengah Musibah
39 Bab 39# Keputusan Hasna
40 Bab 40# Pertahankan Aku!
41 Bab 41# Tak Bisa Egois.
42 Bab 42# Dag-Dig-Dug
43 Bab 43# Hasna Terima
44 Bab 44# Kekhawatiran Hanifa
45 Bab 45# Kepulangan Aira Dari Yaman
46 Bab 46# Kunjungan Aira Ke Rumah Sakit
47 Bab 47# Jodoh Untuk Musa
48 Bab 48# Rencana Gus Musa
49 Bab 49# Gara-gara Pesanan Aira
50 Bab 50# Keberanian Gus Musa
51 Bab 51# Abi Harus Potong Sapi
52 Bab 52# Terungkapnya Sosok Misterius
53 Bab 53# Dua Gus, Jangan Tegang ya!
54 Bab 54# Dua Bidadari
55 Bab 55# Ijab Qobul 1
56 Bab 56# Ijab Qobul 2
57 Bab 57# Kamu Adalah Ratuku, Hasna!
58 Bab 58# Kembali Ke Pesantren
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1# Menerima Tantangan
2
Bab 2# Astagfirullah, Nabrak Orang!
3
Bab 3# Ketegasan Sang Kakek
4
Bab 4# Sisa Trauma Masa Lalu
5
Bab 5# Melawan Genk Cemen
6
Bab 6# Nggak Boleh Nakal!
7
Bab 7# Ditabrak Lagi
8
Bab 8# Gus Musa dan Hasna
9
Bab 9# Spesial Pake Telor
10
Bab 10# Korban DRAKOR
11
Bab 11# Salah Sasaran
12
Bab 12# Dikira Santri Mesum
13
Bab 13# Menahan Emosi
14
Bab 14# Pembicaraan Empat Mata
15
Bab 15# Salep Luka Bakar
16
Bab 16# Luka Gak Elit
17
Bab 17# Takut Ular
18
Bab 18# To the Point
19
Bab 19# Tes Kesabaran
20
Bab 20# Gus Amar Al Buchori
21
Bab 21# Kejadian Di Tengah Malam
22
Bab 22# Tak Bisa Diam Saja
23
Bab 23# Hasna Mulai Bertindak
24
Bab 24# Sosok Misterius yang Memukau
25
Bab 25# Kena Panah Asmara Dara Perkasa
26
Bab 26# Bikin Dua Gus Galau
27
Bab 27# Hati yang Tersentuh
28
Bab 28# Kenapa Aku Merasa Tak Rela?
29
Bab 29# Hasna Sakit
30
Bab 30# Kekhawatiran Dua Gus Bersaudara
31
Bab 31# Kekhawatiran Gus Musa
32
Bab 32# Mas Rela Melepas Hasna
33
Bab 33# Bukan Hanya Satu, Melainkan Keduanya
34
Bab 34# Hati Hasna yang Tersentuh
35
Bab 35# Aku Sayang Kamu, Hasna
36
Bab 36# Pertanyaan Hasna
37
Bab 37# Kakek Angkasa
38
Bab 38# Karomah Di Tengah Musibah
39
Bab 39# Keputusan Hasna
40
Bab 40# Pertahankan Aku!
41
Bab 41# Tak Bisa Egois.
42
Bab 42# Dag-Dig-Dug
43
Bab 43# Hasna Terima
44
Bab 44# Kekhawatiran Hanifa
45
Bab 45# Kepulangan Aira Dari Yaman
46
Bab 46# Kunjungan Aira Ke Rumah Sakit
47
Bab 47# Jodoh Untuk Musa
48
Bab 48# Rencana Gus Musa
49
Bab 49# Gara-gara Pesanan Aira
50
Bab 50# Keberanian Gus Musa
51
Bab 51# Abi Harus Potong Sapi
52
Bab 52# Terungkapnya Sosok Misterius
53
Bab 53# Dua Gus, Jangan Tegang ya!
54
Bab 54# Dua Bidadari
55
Bab 55# Ijab Qobul 1
56
Bab 56# Ijab Qobul 2
57
Bab 57# Kamu Adalah Ratuku, Hasna!
58
Bab 58# Kembali Ke Pesantren

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!