"Na, kamu tabrak lari?!" pekik Mila panik. Gadis itu beberapa kali menoleh ke belakang membuat kendaraan roda dua itu agak oleng.
"Lu diem-diem kenapa sih, Mil! Lagian, gue yakin tuh cowok gak kenapa-kenapa. Salah dia sendiri nyebrang sambil ngelamun. Kalo tadi gue berhenti pasti ketangkep!" Hasna balas berteriak karena kendaraannya masih melaju dan berkelok di dalam perkampungan.
Tak lama, kendaraan perkasa itu terpaksa berhenti. Hasna menginjak rem mendadak hingga kepala Mila menubruk helm.
"Duh sakit kepala aku, Na. Kenapa rem mendadak sih?" protes Mila seraya mengusap keningnya.
"Jalan buntu, Mila! Lu gak liat tuh di depan ada tembok setinggi itu!" sarkas Hasna. Ia membuka kaca helm-nya, lalu menoleh ke belakang. Tak lagi terdengar suara motor patroli polisi mengejarnya.
Hasna pun, berniat memutar kendaraannya itu. Baru saja hendak berbelok untuk keluar gang, ternyata ...
"Astagfirullah! Polisi Na!" pekik Mila seraya membekap mulutnya lantaran kaget.
Ternyata, polisi patroli yang mengejar Hasna tengah berada di luar gang untuk menunggunya.
"Duh, gimana ini? Masa sih harus ketangkep lagi." Hasna hanya bergumam risau dalam hatinya.
"Kalian ini! Sudah balapan liar malah masuk kampung ganggu orang tidur aja. Sini kamu, ikut kami ke kantor polisi!" Petugas berseragam itu pun menggiring Hasna dan Mila.
"Buka helm kamu! Lalu tunjukkan tanda pengenal kalian!" titah petugas itu lagi.
Hasna dan Mila pun menyerahkan KTP mereka. Hasna juga menyerahkan surat-surat kendaraannya. Setelah itu ia membuka helmnya.
Semua lengkap. Hanya saja sang petugas heran dengan kenyataan bahwa yang baru saja menjadi pelaku balapan liar adalah seorang gadis muslimah. Bahkan gadis itu lengkap mengenakan abaya dan pasmina lebar.
"Kamu gak salah, Neng? Udah mana cewek, berhijab, kok malah keluar tengah malam dan balapan liar? Apa ini jaman sudah gila ya!" Petugas itu benar-benar dibuat terkejut dengan apa yang nampak di depan matanya. Bahkan kawannya hanya bisa menggeleng seakan kehabisan kata-kata.
"Apa kamu abis ikut majlis dzikir terus lanjut balapan iya?" tanya petugas itu memastikan lagi. Karena ia percaya. Gadis yang seharusnya alim dan diam di rumah ini justru manjadi anak muda yang suka menggeber motornya tengah malam buta.
Hasna tetap diam tak menjawab apapun. Membiarkan petugas berseragam ini berspekulasi apapun terhadap dirinya. Semoga saja mereka tidak mengetahui dari keluarga mana ia berasal.
Sebab makin tak percaya lagi nanti. Ketika mereka tau latar belakang keluarga Hasna.
"Ngomong dong, Neng. Kenapa kalian mendadak bisu?"
"Sudah. Mungkin dia malu. Sebagai perempuan ... muslimah juga. Bukankah alangkah baiknya diam di rumah. Apalagi, sudah malam begini. Sebaiknya kita bawa saja ke markas," ucap kawan polisi itu.
"Gak usah pegang-pegang, bisa Pak? Saya juga gak akan lari,"protes Hasna namun dengan suara yang dibuat setenang mungkin. Bagaimana pun Hasna menghormati mereka. Hasna menundukkan pandangannya karena salah satu petugas menatapnya intens.
Keduanya kembali menggeleng tak habis pikir. Apalagi? Tentu karena Hasna gadis muslimah yang cantik.
Hasna dan Mila pun di bawa ke kantor polisi. Di sana mereka berdua pun di periksa. Pada saat itulah, Hasna mengatakan dengan jujur apa alasannya ikut balapan.
Paginya, seorang pria paruh baya yang penuh kharisma dan wanita bercadar datang menjemput. Dialah Angkasa Hermawan dan Hanifa Zaskia.
"Maaf." Hanya itu kata yang keluar dari bibir merah muda Hasna. Tanpa berani menatap ke arah kakek maupun sang bunda.
"Kita pulang. Bicarakan semua ini nanti di rumah saja," ucap Hanifa lembut kepada putri semata wayangnya ini. Ia mengusap bahu Hasna kemudian berjalan lebih dulu ke depan menyusul Angkasa.
Sang bunda justru menggandeng sang kakek. Di sini Hasna tau dan sadar jika dirinya telah kembali membuat gebrakan sosok wanita paling tegar yang sangat ia cintai itu, kembali menelan kekecewaan lantaran perbuatannya. Meksipun, Hasna memiliki sebuah niat baik di balik itu semua.
Hanya karena apa yang ia lakukan melanggar hukum dan norma maka, Hasna harus siap di cap jelek, terutama oleh keluarganya sendiri.
Ketika berada diparkiran.
"Bun, kita antar Mila dulu ya. Kasian, gak ada yang jemput," pinta Hasna lembut seraya meraih tangan sang bunda.
Hanifa menoleh sebentar, menatap sang putri lalu beralih pada Mila yang menunduk dalam.
Hanifa pun mengangguk dan tersenyum di balik niqob-nya. Itu, benda tipis yang menjulur untuk menutupi sebagian wajahnya.
Setibanya di rumah.
"Kamu naik, dan istirahat, biar bik Siti nanti yang antar sarapan buat kamu. Setelah jam 10, kamu turun lagi ke bawah. Pada saat itu, Bunda dan Kakek mau bicara," ucap Hanifa lembut seraya menatap ke dalam manik pekat milik putrinya.
Telapak tangannya yang lembut mengusap kepala Hasna. Semakin merasa bersalah saja dia. Sebenarnya tak ada niat Hasna untuk mempermalukan nama baik keluarganya yang notabene adalah penyiar agama ini.
Tentu saja, di mata masyarakat perbuatan yang ia lakukan sungguh mencoreng. Akan tetapi, Hasna tak ada jalan lain untuk membungkam dan menaklukkan Raymond dan para antek-anteknya.
Hasna hanya mengangguk lemah. Gadis itu pun memilih untuk menurut. Terpaksa dirinya juga tidak ke kampus hari ini.
"Anak itu," keluh Angkasa, seraya menghela napasnya dalam.
"Dia kurang perhatian, Bi. Kita terlalu sibuk di luar, menasihati para orang tau di sana agar memperlakukan amanah mereka ( anak ) dengan baik dan sesuai tuntunan Al Quran. Akan tetapi, justru aku abai terhadap putriku sendiri. Hingga, Hasna melampiaskannya dengan berbagai kegiatan yang ekstrim." Hanifa pun berkata penuh sesal. Ia menyalahkan dirinya sendiri yang terlalu sibuk.
"Tak ada jalan lain."
Hanifa pun tak lagi bisa menolak rencana pria yang merupakan orang tua satu-satunya itu. Rencana yang sejak 2 tahun lalu ingin dilakukan oleh Angkasa, namun Hanifa menolak keras karena tak ingin jauh dari putrinya.
Tepat jam 10 Hasna turun. Gadis manis dengan pakaian rumahan namun tetap tertutup itu menghampiri kedua orang yang sangat ia sayangi itu di ruang keluarga. Hasna hanya membiarkan rambutnya yang panjang tergerai bebas.
Sebab, yang melihatnya seperti ini hanya keluarga. Dan, sang kakek adalah mahrom untuknya.
"Sini sayang," panggil Hanifa, agar sang putri duduk di sebelahnya. Mereka pun berhadapan dengan Angkasa.
"Maaf, kali ini rencana kakek sudah bulat."
"Hasna gak mau masuk pesantren! Hasna mau kuliah di kampus itu! Nanti gimana nasib teman-temanku di sana!" protes Hasna tak sadar ia berdiri dari duduknya.
Pada saat itulah, Angkasa untuk pertama kalinya memberi tatapan tajam menghunus padanya.
"Kakek egois! Hasna gak mau jadi mubaligh kayak kalian!" Hasna pun menepis tangan Hanifa yang memegangi lengannya. Kemudian, kembali berlari menuju kamarnya.
Hanifa menoleh dengan mata berkaca-kaca kearah sang Abi.
"Masuk pesantren dan menuntut ilmu di sana. Bukan hanya karena ingin menjadi penyiar agama. Akan tetapi, setidaknya anak itu tau ilmu agama yang nantinya akan ia amalkan dan ia ajarkan pada keturunannya."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sunarmi Narmi
Tergantung jg orangnya sih..bnyak yg masuk pesantren mlah peak kelakuannya..biasanya itu bukti pemberontakan anak yg tdk mau msuk pesantren..krn sejatinya pendidikan karakter dn ahklak di mulai dri rumah bukan di rumah ngak mampu trus dilarikan ke pesantren..bnyak anak santri yg stres krn itu
2023-10-22
1
Sweet Girl
betul...
2023-09-22
0
Sulaiman Efendy
INGAT, ANGKASA KEMBARNYA BHUMI, PNY SDR KMBAR TIGA LGI, TOPAN, PELANGI DN BADAI, GURUH & PURNAMA SI BURONAN CANTIK AHLI BOM.. SDGKN PETIR ADIKNYA SI LAUTAN.. TOPAN KISAHNYA DI CHIP MAFIA, PELANGI DN BADAI JUGA PNY KISAH SENDIRI, PURNAMA (AMA) DI BURONON CANTIK, PETIR DN VAY DI MNCULIK CALON ISTRI ORG, LAUTAN DI BURONAN CANTIK... BHUMI DN GURUH YG KYKNYA TDK PNY KISAH CINTA, TRSENDIRI, SDGKN ANGKASA LGSUNG PNY CUCU NI SI HASNA.
2023-07-22
0