Ukhti Bar-Bar
Seorang wanita berpakaian serba tertutup tengah terlihat menstarter motor sport. Dimana kendaraan ini biasanya di kendalikan oleh kaum pria.
Bukan hal yang aneh juga jika para kaum hawa ini bisa mengoperasikannya. Akan tetapi terlihat unik dan langka jika yang berada di atasnya adalah Hasna Albani Yazid.
Gadis muslimah yang selalu menjaga batasannya dengan yang bukan mahramnya.
Bukan untuk gaya-gayaan hingga dirinya berada di arena balap liar ini.
"Na, kamu yakin mau ngelakuin ini!" teriak Mila di samping telinganya yang tertutup rapat pasmina lebar hingga terjulur ke dada. Hasna belum mengenakan helm. Matanya menatap tajam ke sebelah kiri. Dimana terdapat lawannya sedang menyeringai remeh.
Hasna langsung mematikan mesin motornya.
"Gue yakin. Udah, Lo sana gih! Pokoknya jangan lupa rekam ini semua buat bukti. Biar si bajing loncat itu kagak bisa mengelak lagi!" titah Hasna mengusir sahabatnya agar menjauh.
Hasna yang baru saja hendak mengenakan hel full face-nya itu, menjadi urung ketika mendengar seruan bernada remeh ke arahnya.
"Eh, cewek ninja! Mending Lo mundur dah! Kagak usah sok-sokan nantangin gua!" seru pemuda yang merupakan preman kampus itu remeh. Ramond yang notabene adalah keponakan dari salah satu pemegang saham universitas tersebut, menjadi mahasiswa yang arogan terutama kepada para mahasiswi juniornya.
Hasna yang memang antipati terhadap laki-laki, semakin membenci Ramond karena kelakuannya yang suka merendahkan perempuan. Hal Itu terjadi pada salah satu sahabatnya Mila. Dimana, Ramond mencoba untuk melecehkannya dan membully hanya karena dia anak orang miskin yang kuliah di kampus itu karena beasiswa.
Ramond bahkan merusak kartu pintar milik Mila, yang ia dapatkan dari pemerintah. Mila membutuhkan itu untuk mencairkan dana bantuan yang bisa ia gunakan untuk membeli keperluan serta ongkos berangkat kuliah.
Hasna yang memang pemberani sejak kecil, tak bisa melihat penindasan terjadi di depan matanya. Apalagi, jika pelakunya adalah laki-laki.
( Flash back on )
Hasna membulatkan matanya ketika Raymond merusak kartu pintar milik Mila. Benda yang didapatkan sahabatnya itu berasal dari pemerintah. Mila biasa menggunakannya untuk membiayai kebutuhan kuliahnya seperti membeli buku, peralatan belajar serta ongkos.
Karena untuk biaya semester Mila telah di bebaskan. Sahabatnya ini adalah salah satu murid pintar yang diundang serta mendapat beasiswa untuk masuk ke universitas ini.
"Apa-apaan ini!" seru Hasna dengan suaranya yang lantang. Wajahnya yang lembut dan manis sangat kontras dengan tatapannya yang tajam. Buku tangannya telah mengepal keras di samping tubuhnya.
"Heh! Si pembela kaum miskin dan tertindas udah muncul rupanya." Raymond menyeringai remeh dengan tatapan nyalang memindai sosok gadis tinggi dan cantik di hadapannya.
Terlihat Raymon memasang wajah menjijikkan dengan menjilat bibirnya ketika menatap keseluruhan tubuh Hasna. Tatapan pemuda ini seakan tengah menelanjanginya. Ingin rasanya Hasna mendaratkan dua jarinya untuk menusuk bola mata keranjang milik Raymond.
Sayang, pemuda itu memiliki kekuatan yang bersumber dari salah satu pemegang saham universitas ini. Sebab itulah, Raymond terlihat arogan dan sok. Merendahkan semua yang menolak keinginannya.
Mila segera beralih dan berlindung di belakang tubuh Hasna. Gadis berpasmina, dengan tunik panjang dan kulot itu menunduk sambil terisak. Dirinya sama sekali tak berani melawan Raymond.
"Lo kenapa sih, Ray? Gak enak kalo gak menindas orang sehari aja? Badan lo pegel-pegel kalo gak ngancurin masa depan orang, hah!" sarkas Hasna.
Dirinya tentu berani karena keluarga Hasna termasuk orang berada. Dirinya masuk kesini pun sudah membayar full untuk satu tahun ke depan.
Akan tetapi, keadaannya yang berada di level lebih tinggi tidak membuat Hasna justru merendahkan orang lain. Banyak mahasiswa/i dari kalangan orang tidak mampu yang belajar di kampus ini. Tentunya mereka menggunakan otaknya yang jenius hingga mendapatkan keistimewaan tersebut.
Hasna, yang sering membela mereka ketika ditindas oleh Raymond dah Genk-nya. Membuat dirinya mendapat julukan si pembela kaum miskin.
"Eh, Hasna. Lo mending gak usah ikut campur deh. Ini ... urusan gua sama Mila. Lo mending ngaji lagi gih sono! Gak usah sok melototin gua!" usir Raymond.
"Gue gak akan diem aja karena lo, udah berani menyakiti sahabat gue. Sekarang gue minta lo tanggung jawab. Kartu dia rusak!" seru Hasna seraya menunjuk ke arah kartu yang diinjak oleh Raymond.
"Bukan urusan gua! Siapa suruh dia sok jual mahal. Padahal, dia bisa kuliah tenang di sini kok, asalkan nurut sama perintah gua. Noh, kayak cewek-cewek yang lain. Mereka juga sama kayak Lo, pake jilbab juga tapi--" Raymond tak meneruskan ucapannya, pemuda itu hanya menatap ke arah Hasna dengan tatapan menggoda.
"Hentikan tatapan najis Lo itu, atau ... gue bikin tuh mata gak bisa ngeliat lagi selamanya!" ancam Hasna dengan nada lembut namun penuh penekanan.
Entah kenapa, mendengar ucapan itu membuat Raymond langsung memundurkan wajahnya. Aura gadis di depannya sungguh tidak biasa. Ray, merasakan keseriusan dari balik ancaman bernada lembut itu.
"Lo bisa apa sih? Jadi cewek sok banget. Gua cium juga yang ada lo ketagihan!"
Plak!!
Sebuah tamparan dari Hasna mendarat telah di pipi Raymond.
"Jaga omongan Lo, Ray. Jangan samain gue sama cewek-cewek murahan Lo itu. Mereka juga mau sama Lo karena ancaman. Jadi, Lo jangan bangga!" hardik Hasna.
"Sial! Lo berani banget sentuh muka mahal gua. Tapi, tangan lembut juga ya. Alasan aja Lo nampar gua, supaya bisa megang pipi kan?" ledek Raymond sengaja memancing emosi Hasna.
"Astagfirullah," lirih Hasna mengusap telapak tangan ke pakaiannya.
"Berhenti ganggu temen-temen gue lagi mulai sekarang! Mereka berhak menuntut ilmu dengan damai. Jangan gunain kuasa paman Lo buat menekan mereka. Lo Cemen tau gak!" ledek Hasna balik. Hingga Raymond mendengus kesal.
"Gini aja. Gua bakal berhenti gangguin mereka jika, Lo berhasil ngalahin gua di arena balap motor. Gimana?" tantang Raymond dengan tatapan remeh.
Selama ini dia juga tidak bisa menyinggung Hasna secara langsung karena, kakek Hasna adalah donatur tetap setiap acara kampus.
Karenanya, Raymond hendak menggunakan cara licik.
"Gue terima tantangan Lo. Dua hari lagi!"
"Tapi kan, Na. Emang kamu bisa bawa motor sport?" bisik Mila.
Hasna tidak menjawab, ia hanya memberi tatapan tajamnya ke arah Mila. Hingga gadis itu pun terdiam kini.
"Gue udah lama banget gak bawa motor. Sejak kecelakaan dua tahun lalu. Gimana ini? Kira-kira Bunda bakal ijinin bawa motor lagi gak ya?" batin Hasna, sedikit risau. Bukan perkara tidak bisa mengendarai motor cowok itu, tapi apakah ia bisa mendapatkan ijin dari sang bunda atau tidak.
Hasna pun memilih untuk diam-diam mengeluarkan motor miliknya itu dari garasi.
Seorang pria berusia senja. Bersedekap di atas balkon dengan tatapannya yang menjurus ke pelataran rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Akan tetapi, satu-satunya cucu perempuan pria itu terlihat tengah mendorong kendaran roda dua itu secara diam-diam hingga keluar pagar.
"Apa yang mau kamu lakukan dengan kendaraan itu lagi, Hasna?"
( Flash back of )
"Gak usah banyak ngomong! Kita buktiin aja. Kalo Gue memang, Lo kudu nepatin janji. Berhenti ganggu mahasiswa/i yang masuk karena beasiswa. Berhenti juga mengancam sebagian perempuan muslimah serta memaksa mereka untuk jadi pacar Lo!" tegas Hasna.
Raymond tertawa sebelum menyahut. "Terserah Lo deh. Kalo gua kalah ... gua bakal pindah kuliah ke luar negri. Tapi, kalo Lo yang kalah, Lo harus bersedia jadi pacar gua!" tantang Raymond dengan gerakan lidah yang menyapu bibirnya sendiri.
Hasna segera berpaling karena jijik.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sweet Girl
kamu Kata Hasna menjijikan, Mon...
ngaca kali Mon...
2023-09-22
1
Sweet Girl
wong cuma Pamannya yg JD Donotur sudah sok-sok an .
gimana klo ortunya ya...
Mon...Mon... mending lu ikut ngaji Sono... sama si Hasna.
2023-09-22
0
nenk 'yLa
jejakk
2023-05-04
2