Makin mendidih saja amarah dalam darah seorang Raymond. Sudah kemarin dikalahkan telak di depan banyak orang. Kini, ukhti manis di hadapannya justru dengan sombong mengatainya sebagai anak mami.
Ingin rasanya bibir ketus Hasna ia ***** sampai habis. Gadis itu semakin seenaknya saja bersikap padanya.
"Heh." Raymond menyeringai sinis melihat aksi Hasna yang begitu percaya diri dan sok berani menurutnya.
"Kau ini. Untuk melawanmu, aku bahkan tak membutuhkan bantuan mereka. Dengar, kau itu hanya seorang wanita. Apa yang kau bisa? Baru mengalahkan ku di arena balap motor saja sudah membuatmu besar kepala seperti ini!" sindir Raymond.
Hasna hanya tersenyum miring menanggapi omongan pria yang selalu memandang rendah wanita ini. Lihat saja apa yang bisa Hasna lakukan padanya.
Hasna bukan tipikal wanita yang sabar. Ia selalu menggunakan otot dan kekerasan demi melumpuhkan lawannya.
Sekalipun dirinya wanita yang di tuntut untuk berlemah lembut. Tetapi, tidak dengan kaum pria yang songong dah kurang ajar seperti Raymond.
Bahkan Hasna pada saat ini sudah mengepalkan kedua telapak tangannya. Urat-uratnya sudah tegang menahan kesal. Akan tetapi ia menunggu waktu yang tepat. Untuk membuat pria itu malu termakan omongannya sendiri.
"Black. Ajak yang lain ke belakang. Biar gua yang membuat ukhti sombong ini bertekuk lutut. Lu siapin aja uang taruhannya. Dia bakal masuk ke dalam pelukan gua." Raymond kembali menyeringai remeh. Menganggap enteng lawan di hadapannya hanya karena dia berjenis kelamin wanita yang terlihat manis bak gulali di matanya.
"Hati-hati, Ray. Tidak semua yang nampak indah itu baik untukmu. Bahkan, mawar saja memiliki duri di sekujur tubuhnya," ucap Hasna memperingati. Gadis muslimah itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya kemudian mengenakan itu di telapak tangan.
Raymond menatap heran, kenapa Hasna mengenakan sarung tangan berwarna hitam itu.
Tanpa sepengetahuannya, Mila dan beberapa mahasiswi yang tengah di bela oleh Hasna nasibnya. Telah berada di belakang sebuah dinding dan bersembunyi.
Mereka tidak mau menganggu rencana Hasna hanya dengan memperlihatkan diri.
"Halah, gak usah sok pintar di depan gua!" Raymond maju dengan cepat dan hendak meraih tangan Hasna.
Akan tetapi, dengan cepat Hasna mencengkeram tangan Raymond yang menyentuhnya lalu memutar lengan itu cepat. Seketika, tubuh Raymond pun ikut berputar.
Akkh!
Terdengar lengkingan dari mulut pemuda tengil itu. Ketika, Hasna memutar dan menekuk lengannya di punggung.
Raymond merasakan tangannya nyeri dan panas. Seakan Hasna tengah mencopot tulangnya.
Ketika tubuh Ray, membelakangi Hasna, maka gadis itu segera menendang kaki Raymond hingga kemudian itu jatuh berlutut.
Raymond tersungkur sambil merintih kesakitan. Hingga, black dan beberapa kawan lainnya maju menolong.
"Dia bisa bela diri. Lu semua kudu balas dia demi gua cepat!" teriak Raymond memberi titah pada kawannya untuk menyerang Hasna.
Black yang lebih dulu maju kemudian di susul oleh Grey. Hasna hanya tersenyum tipis, dengan cepat berkelit lincah dari serangan lemah kedua pemuda payah di hadapannya. Mereka berdua dengan ilmu berkelahi yang tak seberapa tentu saja, dengan mudah dapat di patahkan serangannya okeh Hasna.
Tak tak bugh!
Hasna yang memiliki beberapa keahlian beladiri mampu menangkis tendangan yang di arahkan Black dengan gerakan lincah dan kuat pada kaki kanannya.
Gamis Hasna telah di rancang memiliki belahan panjang di depan. Sehingga hal itu memudahkannya untuk bergerak menyerang Sementara, Hasna tetap mengenakan celana berbahan tebal yang tidak memperlihatkan lekuk kakinya.
Bahkan, gerakan Hasna sangat cepat. Hingga, dua pemuda ini tak melihat sama sekali bentuk kakinya.
Grey kembali nekat untuk maju. Meskipun, ia tau jika gadis di hadapannya ini bukan perempuan sembarangan. Tentu saja hal itu, membuat Hasna berdecak.
Dengan mudah, menangkis pukulan Grey dengan siku, dan setelahnya ia mengarahkan lutut menuju perut lawannya.
Dugh!
Ough!
Grey pun tersungkur kebelakang, dan meringis sambil memegangi perutnya.
Melihat hal itu membuat Black kembali maju dengan sepotong kayu di tangannya.
Dengan gerakan cepat dan gesit Hasna mengarahkan kakinya ke atas hingga, mendarat telak di rahang pemuda tersebut.
Krakk!
Argh!
Kino giliran Black yang meraung sambil memegangi rahangnya yang mungkin bergeser.
Hasna merapikan kembali gamis bagian bawahnya yang terbuka. Kemudian memasang senyum tipis pada sosok Raymond yang menatapnya kaget.
Begitupun dengan beberapa mahasiswi di belakang dinding. Mereka semua membekap mulutnya lantaran kaget. Betapa Hasna berani dan hebat mampu melumpuhkan tiga pria sendirian. Bahkan, dengan terlihat begitu mudah tanpa keringat membasahi tubuhnya.
"Ku harap setelah ini kau sadar diri, Ray. Bahwa, orang yang kau anggap lemah bukan berarti tak bisa lebih kuat dibanding dirimu!" sarkas Hasna.
"Sial! Gadis itu ternyata jadi beladiri." batin Raymond merasa semakin kesal. Ia tak terima karena merasa telah di bodohi oleh seorang wanita. Akan tetapi keadaanya pada saat ini sudah tak mampu lagi melawan.
Melihat Raymond tak mampu berkata apapun. Hasna kemudian berbalik, meraih tas yang ia letakkan di atas tanah. Kemudian kembali membawanya di belakang punggung.
Sebelum melangkah, Hasna kembali berbalik. Tatapannya laksana ujung belati menusuk ke manik abu-abu milik Raymond.
"Kita udah sepakat. Lo, termasuk kedua anggota Genk Cemen Lo itu bakal angkat kaki dari sini setelah kalah balap motor. Atau ... Lo bakal jadi pecundang selamanya!" ucap Hasna kembali memberi peringatan. Dirinya juga menyadari jika terdapat beberapa mahasiswi yang merekam aksinya barusan.
"Ray," panggil Black tak jelas karena pemuda itu mengalami patah pada rahangnya.
Raymond pun pasrah.
Suatu saat nanti tentu dirinya akan menuntut balas atas kekalahannya hari ini.
"Hasna!" Mila keluar dari persembunyian dan berlari untuk menghambur memeluk sahabatnya ini.
"Kamu gapapa kan, Na? Badan kamu ada yang luka gak?" cecar Mila terlihat khawatir.
"Kan Lo liat sendiri tadi. Satupun serangan mereka gak ada yang bisa nyentuh gue. Apalagi, ngelukain," jawab Hasna seraya tertawa. Ia menepuk pipi Mila yang sudah basah dengan air mata.
Kemudian Hasna menatap para mahasiswi yang lainnya. Dimana mereka pada saat ini juga tengah meneteskan air mata kegembiraan.
"Lo semua, udah bisa tenang. Raymond bakalan pergi dari kampus ini besok," jelas Hasna.
"Tapi, Na. Kalo mereka melanggar perjanjian pas kamu gak ada di sini gimana?" tanya Mila ragu.
"Dih, gitu aja takut. Kalian tinggal sebar Vidio barusan. Lagipula, Raymond udah gak punya muka lagi sekarang," jelas Hasna. Membuat Mila dan para mahasiswi lainya mengangguk mengerti.
"Na ...," panggil Mila lirih.
"Apa lagi ...?"
"Kamu beneran mau pindah ke pesantren? Itu kan jauh Na. Aku gakkan bisa nengok kamu." Mila mulai menangis lagi.
"Lo gak perlu nengokin gue. Cukup doain aja biar gue betah di sana. Semoga, di pondok gak ada santri yang rese," ucap Hasna.
Karena ia tak mungkin mengeluarkan gaya bar-barnya jika berada di pondok sahabat dari sang kakek.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SI RAYMOND BLM TAU DY KLO YG DIHADAPI NYA ADALAH KETURUNAN GENG KRUCIL YG JAGO2 SEMUA.. MANTAN MAFIA SMUA, HNY VAY ISTRI PETIR YG GK JAGO2 AMAT DUELNYA, TPI PINTAR IT...
2023-07-22
0
meE😊😊
kerennn bgd si km na.. ttp solehah n lemah lmbut tp saat d btuhkn brubh jd garang..
2023-05-04
1
Itsaku
bar bar tapi kereeeen👍👍
2023-04-13
1