"Tapi Mel,"
"Bu, tolong hargai keputusan kak Lili. Nanti jika Kak Lili sudah minta izin pada bang Jali pasti Kakak Lili menerimanya," kata Meli lagi, Lili hanya mengangguk membenarkan ucapan adik iparnya.
"Ya sudah, kalau begitu ibu simpan dulu baju ini di dalam lemari," kata ibu merasa sedih.
Dua jam sudah mereka berada di rumah mertuanya dan akhirnya mereka pulang ke rumah yang mertua yang mereka tempati sebab saudara bang Jali sudah memiliki rumah masing-masing.
"Kamu bawa pulang apa, dek?" Tanya Bang Jali saat mereka sampai di rumah.
"Ayam rendang sama telur bang, tadi Meli bawa masakan banyak jadi ibu sisihkan untuk kita. Mau nolak tapi gak enak," kata Lili tersenyum canggung, Jali hanya menoleh sebentar ke arah istrinya kemudian mengunci pintu rumah.
Lili membawa rantang ke dapur untuk menuangkan rendang ayam di dalam Wadah kemudian memasukkannya ke dalam kulkas agar nanti waktu sahur di hangatkan kembali.
Dua susun berisi gulai rendang dan telur sedangkan dua lagi berisi kue risol dan bakwan, melihat risol membuat wanita berlesung pipi itu ingin menyantap dengan suaminya.
"Bang mau makan kue?" Tanya Lili soalnya kini sudah pukul 10 malam, biasa mereka akan langsung tidur jika tidak ada kegiatan yang lain.
"Boleh, lagian Abang juga masih laper," kata bang Jali tersebut menghampiri istrinya yang masih berada di dapur.
Bang jali mencomot satu risol kemudian memasukkannya ke dalam mulut, Lili hanya tersenyum melihat tingkah suaminya. Kemudian ia pun ikut duduk di samping suaminya menikmati risol yang di berikan mertuanya tadi.
"Risolnya enak ya bang," kata Lili juga mengambil satu risol kemudian menggigitnya.
"Iya Dek," kata Bang Jali mengangguk.
"Oh ya bang, tadi saat di sana ibu memberikan aku baju tapi aku tolak," kata Lili santai.
Bang Jali yang sedang makan berhenti mengunyah dan menatap istrinya.
"Kenapa di tolak?" Tanya Jali pada istrinya.
"Aku tidak mau menyakiti hati kamu bang dengan menerima pemberian ibu," kata Lili menatap mata suaminya.
"Hem... Seharusnya kamu terima saja dek. Dengar ya yang Abang katakan, kamu memang istri Abang tapi sebelum kamu bersama abang kamu adalah putri ibu dan bapak jadi kamu tidak boleh menyakiti hatinya. Jika ibu berikan ambil tapi jangan meminta," kata Jali merasa bersalah pada istrinya, dia sadar jika ia belum membeli baju baru untuk istrinya.
"Makasih ya bang, aku pikir kamu akan marah jika aku mengambil baju pemberian dari ibu," kata Lili tersenyum.
"Abang tidak akan marah jika kamu tidak memintanya, Abang pun minta maaf belum bisa memberikan yang terbaik untuk kamu. Abang masih banyak kurangnya bahkan untuk menafkahi kamu saja Abah masih banyak kurangnya," kata Bang Jali menatap sang istri tercinta, wanita yang dia persunting dua tahun yang lalu tapi belum di karunia anak sampai saat ini.
"Abang jangan berkata seperti itu, selama ini abang sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk adek. Hanya saja Allah belum memberikan rezeki yang lebih untuk kita," kata Lili dengan air mata yang sudah menganak sungai di pelupuk mata.
"Terimakasih dek, ya sudah kita tidur yok! Nanti sahurnya takut terlambat lagi," kata Bang Jali tidak ingin terus larut dalam kesedihan, ia yakin di balik kesedihan yang dia alami akan ada kabahagian yang menanti mereka.
"Iya bang, lagian adek juga udah ngantuk," kata Lili ikut beranjak ke kamar menggandeng tangan suaminya.
"Bang kapan ya kita di kasih momongan," kata Lili kini merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
"Sabar dek, Allah masih belum mempercayakan kita. Kita terus saja meminta kepadanya tanpa mengeluh, nanti di saat waktu yang sudah tepat pasti Allah takdirkan," kata Bang Jali ikut berbaring di samping istrinya, membawa kepala istrinya untuk tidur lebih dekat dengannya.
Lili hanya mengangguk kemudian memejamkan mata untuk tidur.
****
"Bang, bangun! Udah sahur," Lili menggoyangkan tubuh suaminya.
"Hem... Memangnya sudah pukul berapa dek?" Tanya Bang Jali masih merem melek, semalam ia tidak bisa tidur memikirkan kehidupannya ke depan bagaimana.
"Pukul 04 pagi, Bang! ayo bangun," kata Lili lagi, melihat suaminya sudah duduk Lili berjalan keluar menuju dapur, menyiapkan makan sahur untuk mereka berdua.
Bang Jali keluar dengan sempoyongan menuju kamar mandi yang ada di dapur, matanya ingin terpejam tapi waktu sahur sudah tiba membuat ia harus terjaga meski hanya beberapa menit.
"Loh, makanannya udah kamu panasin dek?" Tanya bang jali.
"Sudah, kan cuma di panasin bang bukan di masak," kata Lili tersenyum.
"Sudah, kita makan sekarang nanti ke buru imsak kalau ngomong terus," kata Lili lagi mendapatkan anggukan oleh suaminya.
Usai menyantap sahur, Lili tidak tidur lagi. Dia lebih memilih untuk mencuci piring dan membereskan rumah sedangkan bang Jali memilih kembali bergulat dengan tempat tidur.
Mentari mulai terbit, suasana pagi ini sedikit mendung tapi tidak sampai hujan. Bang Jali bangun menemui Lili yang sedang menyapu di halaman rumah.
"Dek, Abang ke kebun dulu ya," kata bang jali pamit.
"Memangnya ngapain ke kebun bang?" Tanya Lili berhenti menyapu.
"Kemarin Abang lihat buah jengkol kita sepertinya sudah bisa panen jadi Abang mau metik jengkol kita biar nanti bisa di jual ke pasar," kata bang jali lagi.
"Lili boleh ikut gak bang,"
"Gak usah, kamu di rumah aja nanti siap panen Abang langsung bawa jengkolnya bek pasar. Nanti adek capek kalau ikut ke kebun," kata bang Jali tidak ingin istrinya ke kebun, merasakan capek karena ia sedang berpuasa.
"Ya sudah kalau begitu, Abang hati-hati ya," kata Lili selesai menyapu halaman rumah.
"Kalau begitu Abang pergi dulu," kata bang jali memegang satu karung di tangan kiri dan parang di tangan kanan.
Lili hanya mengangguk kemudian masuk ke dalam rumah, ia merasa gerah dan memilih untuk mandi karena dari tadi ia terus berkutat dengan pekerjaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments