"Isabel?"
Aku terus menatap Pangeran Feroxan, masa iya sih dia Leon? Tapi... Itu benar-benar Leon! Buktinya dia bisa tau nama asliku.
Aku tersenyum lebar, kemudian berlari mengelilingi meja untuk menghampiri Feroxan di seberang. Kemudian aku lompat ke pelukannya, yang dibalas hangat olehnya. Rasanya lega mengetahui ada Leon di sini yang menjadi Pangeran Feroxan, jadi aku tidak perlu khawatir lagi mengenai apa pun yang akan terjadi nanti, asalkan selalu ada Leon.
Anehnya, tiba-tiba waktu terasa berhenti. Semua orang di sekitar kami diam bak patung, aku pun melepas pelukanku dengan Leon--Feroxan maksudnya. Well, sepertinya aku harus memanggil dia Feroxan sekarang ya? Penampilannya yang sekarang lebih pantas dipanggil Pangeran Feroxan daripada Leon, haha!
Tiba-tiba kami mendengar suara seseorang, suara itu berat dan entah berasal dari mana. "Sekarang, kalian sudah lega, bukan? Jadi kalian tidak sendiri di dunia ini. Kalian berada di dunia yang bernama Dunia X, dunia fiksi dari film yang kalian tonton kemarin. Kalian berada di sini karena misi, yaitu merubah takdir."
Aku dan Feroxan menoleh kesana–kemari mencari darimana asal suara itu, namun nyatanya tidak ada siapa-siapa yang berbicara pada kami.
"Suara siapa itu?" gumam Feroxan yang dibalas dengan gelengan olehku. Aku juga tidak tau itu suara siapa, apa dia tidak kasat mata? Suaranya juga besar dan sedikit berat. Pasti dia laki–laki!
Tapi, di mana dia?
"Aku tidak bisa kalian lihat, karena aku hanya ada di kepala kalian dan hanya bisa didengar oleh kalian. Aku yang membawa kalian ke sini," ucap sosok itu lagi.
"Oh jadi kamu yang membawa kami ke sini? Aish sialan keluar ga?! Sini muncul, jangan cuma sembunyi kayak pengecut! Maksudnya apa ngebawa kita dan ngerubah kita seenaknya kayak gini?!" Amarah Feroxan menggebu-gebu, berbanding terbalik dengan aku yang merasa aneh dengan pemikirannya. Padahal menurutku, ini cukup menyenangkan bukan?
"Karena aku tau, hanya kalian yang bisa menyelesaikan misi ini sampai selesai. Setelah itu, baru kalian bisa kembali ke dunia asal kalian."
Aku mengernyit bingung. "Misi? Misi apa?"
"Merubah takdir. Masing-masing dari kalian memiliki misi untuk menyelamatkan seseorang dari kematiannya. Untuk Leon, kau harus menyelamatkan adik laki-lakinya Deroxia, Noxien. Dia akan mati tak lama lagi, maka dari itu kau harus menyelamatkannya dan menjaganya agar jauh dari apa pun yang membuatnya mati."
Deg.
D-dia bilang apa? Noxien... M-mati? Lelaki se-manis dirinya akan mati nanti?
Jangan heran aku kebingungan saat ini, aku tidak menonton filmnya sampai selesai kemarin.
"Dia mati... Karena apa?" Tanya Feroxan pada sosok yang ada di kepala kami. Loh, perasaan dia nonton sampe selesai masa lupa sih!
"Itu tidak boleh diberitahu pada kalian, kalianlah yang akan mencari tahu sendiri. Baru saja kalian menontonnya kemarin, masa baru sehari saja sudah lupa?"
"Ya iyalah goblok! Masa semua runtutan alur dari awal sampe akhir bisa kita inget? Emangnya memori otak manusia tuh segede apa sih?!"
"Menurut riset, besar memori otak manusia ada yang menyebutkan sebesar 1 juta gigabyte dan ada pula yang menyebutkan sebesar 2,5 juta giga—"
"Stop stop stop! Terus misi untuk aku apa dong?" Aku menyela ucapan si sosok tak kasat mata itu, daripada dia semakin bicara panjang lebar yang hanya buang-buang waktu saja.
"Untuk Isabel, peranmu yang paling penting di sini karena kau harus menyelamatkan Pangeran Feroxan dari kematiannya nanti," ucap sosok itu lagi yang membuat aku maupun Feroxan terdiam. Mulutku rasanya kelu, dan tak bisa mengucapkan apa-apa lagi setelah mendengar pernyataan itu. Tanpa sadar pandanganku juga mengabur, sambil menatap Feroxan yang juga sedang menatapku.
"S-serius?" tanyaku sekali lagi untuk memastikan.
"Iya, itu adalah misimu. Maka dari itu jagalah seseorang yang akan kalian selamatkan mulai dari sekarang, kalian tidak bisa berdiam diri saja. Selain itu juga akan ada banyak masalah lainnya yang harus kalian lakukan dengan cara yang sama seperti di film. Ingat, kalian hanya boleh mengubah alur untuk mengubah takdir kematian itu, sedangkan yang lainnya tidak bisa."
Lalu, suara itu hilang entah kemana. Di hadapanku--Feroxan malah tersenyum. "Gapapa, aku bisa jaga diri aku kok. Aku tau pasti hal ini bakalan terjadi, dalam film juga Pangeran Feroxan mati nanti."
Aku menggeleng, berusaha menahan isakan tangisku namun tidak bisa. Rasanya sakit sekali. Aku tidak bisa kehilangan dia, bagaimanapun dia adalah Leon yang terjebak dalam tubuh Feroxan. Kami tidak mau mati konyol di dunia ini!
Dan apa katanya? Adik laki-lakiku di sini akan mati juga?!
Feroxan pun membawaku ke pelukannya, menenangkanku yang menangis terisak. Katakanlah aku lebay, tapi kalau kalian yang ada di posisiku pasti kalian akan menangis juga atau mungkin lebih parah!
"Udahlah ga usah nangis, ini bukan dunia kita. Kita cuma harus fokus ke misi itu, yang lainnya dibiarkan berjalan dengan sendirinya aja."
Aku memukul lengannya, bisa-bisanya dia ngomong santai seperti itu padahal dirinya sedang terancam ga lama lagi?
Beberapa menit kemudian, waktu berjalan kembali dan entah mengapa tiba-tiba aku kembali dengan sendirinya ke kursiku. Dan di depanku ada Feroxan, dia tersenyum padaku.
Baiklah, sepertinya perjalananku baru saja dimulai.
------->>><<<-------
Keesokan paginya, di istanaku kami sekeluarga sedang sarapan bersama di meja makan istana kami. Makanannya sangat enak! Bumbunya juga belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku ingin menanyakan resepnya pada pembantu istana ini, tapi terlalu gengsi. Sudahlah lupakan saja.
"Bagaimana Roxia? Pangeran Feroxan melamarmu kemarin?" tanya ayahku alias Raja Darren sambil memain-mainkan alisnya padaku, mengingat kejadian semalam setelah makan bersama aku dan Feroxan duduk di taman berdua. Tiba-tiba yang lain pun ikut menggoda-godaku kembali. Ah, aku sangat muak!
"Ya... begitulah ayah." Sebenarnya agak aneh menyebutnya dengan kata 'ayah' karena dia memang bukan ayah asliku. Tapi, aku harus mulai terbiasa bersama mereka. Apalagi aku harus memakai bahasa yang lebih baku di sini, karena asal kalian tau—jika aku menggunakan bahasa sehari-hari seperti biasa, mereka malah terdiam memandangku seperti baru saja mendengar bahasa alien.
Haha, tidak kok itu terlalu hiperbola. Mereka tetap tau artinya tapi masih asing mendengarnya. Maklum, orang jaman dulu.
"Kau menerimanya?"
"Tentu, aku juga mencintainya. Dia pria yang baik," jawabku dengan mantap.
"Ayah ada rencana dengan Raja Olian untuk mengundang rakyat Westria saat pernikahanmu nanti. Agar lebih meriah," ceritanya, setelah itu dia memasukkan sepotong daging lagi ke dalam mulutnya. Anehnya, yang lain kompak sekali menghentikan aktivitas makan mereka, membuatku juga ikut berhenti lalu menatap mereka dengan bingung.
"W-Westria?!" Axel nampak tidak terima dengan apa yang baru saja ayah kami ucapkan. Sedangkan ayah hanya mengangguk.
"Jangan ayah, jangan sampai ada yang dibunuh lagi oleh mereka," mohon Kak Lissa secara tiba-tiba. Aku mengerutkan keningku. Memangnya sejahat apa sih warga Westria? Karena aku benar-benar lupa alur yang aku tonton dalam filmnya. Maklumlah, aku orangnya cepat lupa.
"Calissa, bagaimanapun juga dia bagian dari kita semua--"
"Tapi lihatlah apa yang dia perbuat pada rakyat Northernria! Lihatlah, ayah! Mereka sangat kejam!"
"Tidak, kita semua sudah bersepakat untuk damai mulai dari sekarang. Kita harus memaafkan kesalahan mereka, rakyat Westria juga sudah berjanji tidak akan ada lagi perselisihan di antara kita."
"Evil tetaplah evil, ayah." sahut Noxien dari ujung meja, membuat perhatianku teralihkan padanya. Mengingat dia akan mati nanti yang entah kapan terjadi, hanya membuat hatiku sakit menatap iris mata birunya yang menyejukkan. Meski aku belum kenal dekat dengannya sekarang, tapi di dalam film kami kan sangat akrab!
Ternyata Noxien tau kalau aku sedang memperhatikannya, dia malah tersenyum balik padaku. Sungguh, dia adalah sosok adik yang sangat manis! Ada untungnya juga aku di dunia ini, bisa cuci mata melihat tokoh-tokoh fiksi.
Namun, Raja Darren tetap menggeleng dan meyakinkan kami dengan tegas, "Anak-anak, ini sudah keputusan ayah dan Raja Olian. Ayah tidak mungkin membatalkan keputusan kami. Pengumumannya juga sudah diberitahukan. Jadi, jangan khawatir. Ayah sudah menjamin agar rakyat Westria tidak macam-macam dengan Eastria dan Southernria," jawab ayahku lagi, mendengar itu Kak Lissa pun berdiri sambil mengebrak meja makan, lalu ia berlalu dari situ.
Ada apa sih? Aku nampak seperti orang bodoh, karena sedari tadi aku hanya melongo menatap kepergian kakak perempuanku. Apa sih yang terjadi pada rakyat Northernria?
"Benar kata Kak Lissa, Yah. Westria adalah rakyat yang kejam," ucap Axel lagi yang masih tidak terima. Sedangkan adik perempuanku yang paling kecil—Tasya, hanya diam menyimak perdebatan kami.
Akhirnya ibu kami alias Ratu Catrina menyela agar tidak terjadi keributan tidak semakin parah. "Anak-anak, bagaimana kalau makanannya diselesaikan terlebih dahulu, ya? Ayo dihabiskan."
Kayaknya, aku harus mencari buku sejarah mengenai dunia ini agar tidak pelanga-pelongo seperti tadi. Ada ga ya?
...–TBC–...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments