Pagi ini, setelah aku sarapan aku pun bersiap-siap untuk pergi ke Kerajaan Southernria untuk bertemu Feroxan. Ada banyak yang harus kami bicarakan, aku juga harus menanyakan kejadian apa saja yang akan terjadi pada kami kedepannya. Feroxan pasti ingat, dia dulu termasuk anak yang pintar di sekolahnya. Jadi siapa tau dia bisa memecahkan misi ini bersama-sama dengan semua ingatan dan ide yang dimilikinya. Sedangkan aku, aku saja lupa apa yang akan dilakukan Pangeran Harixon nanti.
Yang aku ingat, Pangeran Harixon berusaha mengejarku. Tapi aku tidak ingat bagaimana dia melakukannya, maka dari itu aku harus waspada dan meminta bantuan Feroxan. Sepertinya tak lama lagi akan ada banyak masalah, entah itu dari Pangeran Harixon atau dari misi kami sendiri.
Aku memakai gaun sederhana berwarna putih, dan sepatu high heels yang juga berwarna putih agar senada dengan gaunnya. Gaun-gaun dan semua pakaian di lemari kamarku benar-benar indah, hiasannya juga walau sederhana namun sangat menarik. Sepertinya aku dengan Deroxia yang asli memiliki selera fashion yang sama.
Sebelumnya aku pamit pada keluargaku--ralat, keluarga baruku--namun tiba-tiba Tasya berlari menghampiriku dengan semangat.
"Kak Roxia! Kakak mau ke Southernria ya? Aku boleh ikut tidak? Aku tak akan mengganggu Kakak dan Pangeran Feroxan kok, aku ingin bermain bersama Leslie. Boleh ya?" pintanya sembari tersenyum yang menurutku sangat manis. Pipinya juga gembul, dia umur 13 tahun tapi masih terlihat seperti 10 tahun. Di telinganya ia selipkan bunga mawar, membuatnya semakin cantik.
Aku sampai insecure, anak seperti dia saja sudah cantik. Untungnya aku sedang menjadi Putri Deroxia yang tak kalah cantik darinya, kalau aku sedang menjadi Isabel sekarang, pasti sudah bagaikan langit dan bumi. Aku akan seperti gembel di istana ini.
"Iya boleh kok."
Tanganku langsung ditarik begitu saja olehnya menuju ke kandang kuda yang berada di halaman istana. Aku baru tau malah kalau aku, kakakku dan adik laki-lakiku punya kuda sendiri untuk pergi ke mana pun yang kami mau. Yang belum punya hanya Tasya.
Milikku berwarna putih, kuda itu terlihat sangat gagah dan... Berkharisma? Terserah kalian mau bilang apa tapi menurutku kuda ini sangat berkharisma! Terdapat juga hiasan-hiasan berwarna biru yang mengkilap di sekitar leher kuda itu.
Aku naik perlahan-lahan ke atas kudaku, disusul oleh Tasya di belakang. Dia berpegangan erat padaku. "Ayo jalan Kak."
"Oh ya, ya jalan."
Aku memegang tali kudanya dengan erat, kemudian kucoba gerak-gerakkan dan tiba-tiba kuda itu melaju dengan cepat membuat kami hampir terjungkal ke belakang. Tasya semakin mengeratkan pegangannya padaku.
"Kak pelan-pelan!!" pekiknya.
"Gimana caranya??!!!" Aku juga tak kalah panik karena jujur, aku belum pernah mengendarai ini sendiri sebelumnya. Aku hanya pernah menaikinya, itupun yang menungganginya orang lain dan itu sudah lama sekali sejak aku masih kecil!
"Lah kok Kakak lupa sih! Mana aku tau!!!"
------->>><<<-------
Setelah banyak drama selama perjalanan, mulai dari yang awalnya aku tak bisa mengontrol kemudinya, salah jalan—karena aku tidak hafal jalan ke Southernria—akhirnya kami berhasil sampai dengan selamat sentosa. Kami pun turun dari kuda sambil terengah-engah, cepat–cepat aku ikatkan tali kuda itu ke batang pohon karena aku mulai sedikit takut dengan kuda itu.
Tasya hanya menggelengkan kepalanya, mungkin dia pikir 'padahal sebelumnya Kak Deroxia cukup handal dalam menunggangi kuda. Dan sekarang dia malah terlihat seperti baru pertama kalinya melakukan hal itu'. Well, andai dia tau kalau aku bukan Deroxia yang asli.
"Maaf ya kamu jadi takut."
"Ya tidak apa-apa Kak."
Sampai di depan pintu utama kami disambut oleh dua penjaga yang ada di sisi kanan dan kiri pintu besar tersebut. Mereka berdua membungkuk sopan pada kami sambil membuka pintunya perlahan-lahan.
"Selamat datang Tuan Putri Deroxia dan Tuan Putri Anastasya, semoga keberkahan menyinari Kerajaan Eastria. Ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satunya sembari tersenyum ramah. Tapi aku merasa aneh, karena ini adalah pertama kalinya disambut dengan hormat seperti itu. Rasanya aku ingin sombong ke teman-temanku nanti di dunia asliku, ha!
"Em... saya ingin menemui Pangeran Feroxan, apa dia ada di dalam?"
"Ada, Tuan Putri bisa menunggu di dalam. Kami akan panggilkan Pangeran, mohon tunggu sebentar," jawab yang satunya, aku pun mengangguk lalu tersenyum pada mereka. Kemudian kami berdua masuk.
"Terima kasih."
Sampai di dalam, kami duduk di sofa besar yang tersedia di aula tersebut. Tak lama datanglah Feroxan dari atas tangga. Senyumku mengembang saat itu juga, aku berlari memeluknya di ujung tangga. Entahlah, rasanya tiap kami bertemu di sini aku ingin peluk dia terus.
"Hai Bel," bisik Feroxan yang hanya bisa didengar oleh kami. Aku terkekeh kecil, lalu membalas sapaannya, "Hai."
Kami melepas pelukannya, lalu datanglah Leslie—adik Feroxan yang baru berusia 9 tahun dari atas tangga. Dia sangat lucu dan menggemaskan!
Leslie menghampiri Tasya, mereka berbincang sebentar lalu Leslie menariknya pergi. Setelah itu Feroxan kembali menatapku dengan senyuman yang tak pernah hilang dari bibirnya.
"Ngomong-ngomong, katanya semua warga di Dunia X diundang ke pernikahan kita nanti. Ayah kita bahkan mengundang Westria."
Feroxan pun menggandeng tanganku menuju halaman yang sepi, diperjalanan dia berbisik agar orang lain tidak mendengar pembicaraan kami.
"Biarin lah konfliknya mau kayak gimana nanti sama Westria, tapi yang jelas aku ga nyaman banget di sini, Bel! Masa aku coba mengakrabkan diri sama semua orang di sini, tapi waktu malah diulang-ulang terus sama si sosok ga kasat mata itu. Bikin muak!"
Alisku mengernyit, "waktu... Diulang-ulang?"
"Kalau kita ngelakuin yang ga seharusnya dilakuin si tokoh dalam film aslinya, waktu bakalan diulang terus sampai yang kita lakuin itu bener-bener sifat si tokoh. Ngerti kan maksudnya? Dan coba liat nih!"
Dia menyikap lengan bajunya, menampakkan bekas luka goresan yang sudah mengering. "Aku ngelakuin hal konyol pas awal-awal dateng, semua orang sampe panik ga karuan gara-gara ini. Tapi, tiba-tiba aku balik ke kamar dengan sendirinya dan luka ini udah mengering kayak udah diobati berhari-hari, cuma masih sakit kalau ketekan. Sekarang kalau dipikir lagi, kayaknya itu ulah si sosok ga kasat mata."
Aku tertawa membayangkan seberapa lawak hidupnya di istana ini. Manusia se–random dirinya malah harus menyesuaikan diri di sini. Berbanding terbalik denganku yang sejauh ini masih enjoy saja berada di dunia ini. Dia mah jarang nonton film tema kerajaan kayak gini, jadi ga tau kiat-kiatnya.
Kami berhenti bicara saat melewati dua orang penjaga di lorong menuju halaman, dua penjaga itu membungkuk hormat pada kami hingga akhirnya kami sampai di taman bunga yang sepi ini; tempat aku dilamar oleh dia kemarin. Kami melakukannya penuh penghayatan loh, sebagai Putri dan Pangeran! Aku jadi membayangkan, bagaimana kalau yang melamarku itu Leon yang asli? Bukan Leon yang sekarang sebagai Pangeran?
Lalu kami duduk di kursi taman tersebut. Sekali lagi aku menatap sekeliling dengan was-was, takut ada yang mendengar pembicaraan kami. Kemana pula Leslie dan Tasya, aku kan juga penasaran mereka main di mana.
"Tapi kalau itu bener si ga kasat mata, dia ga ngomong apa-apa lagi emangnya?"
"Engga, dia baru bangun tidur juga kali. Males ngomong, cuma bertindak."
Lagi-lagi aku tertawa dengan lelucon anehnya. Eskpresi dia tidak pernah dibuat-buat, kalian tau? Kalau roasting orang, ekspresinya ga pernah gagal. Kalau lagi apes, makin miris dan kasian aja itu muka.
"Btw, kamu naik apa ke sini? Udah hafal jalan emangnya? Aku baru muter-muter di istana aja masih suka nyasar, luas banget sih."
Kembali mengingat momen di kuda tadi, membuatku kembali tertawa lalu menceritakan semuanya pada Feroxan. Dia juga tertawa mendengar cerita konyolku. Setelah itu, kami mulai membahas rencana apa yang akan kita lakukan dari sekarang, karena misi ini harus dipersiapkan dengan matang dari jauh-jauh hari, 'kan?
"Di istana ini ada perpustakaan gede loh di lantai dua, siapa tau ada buku sejarah mengenai dunia ini kan. Gimana kalau kita ke sana?" usulnya, aku mengangguk mantap lalu kami beranjak untuk pergi ke perpustakaan yang dimaksud Feroxan.
BRAKK!!!
Aku tersentak kaget lalu menoleh ke sebelah kiriku, di sana ada tong besar yang entah berisi apa bersama dua anak perempuan di sampingnya. Sepertinya mereka oleng lalu menabrak tong besar nan berat itu yang untungnya tidak menimpa mereka. Tapi yang mengherankannya, kenapa mereka bisa ada di sana?!
...—TBC—...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Silvi Aulia
cerita bagus Thor saya suka 🤗
2023-07-19
1