Ghea gelagapan hingga tanpa sengaja malah menjatuhkan kopi itu lalu tumpah mengenai berkas-berkas yang terlihat berserakan dimeja.
"Apa yang kau lakukan!" Abian berteriak berang, ia langsung bangkit dan menatap sosok gadis mungil yang baru bekerja belum genap satu jam disana itu.
"Maaf, maaf Tuan-"
"Apa kau tidak punya mata ha! Lihat apa yang kau lakukan ini! Kau merusak file-file penting ini!" Sekali lagi Abian berteriak dengan keras, ia benar-benar marah karena Ghea sudah menumpahkan kopi diatas berkas yang sangat penting itu.
Ghea begitu ketakutan, suara Abian seperti membuat seluruh tubuhnya ini bergetar hebat. Ia memberanikan diri untuk menatap pria dewasa yang terlihat masih sangat tampan itu. Sangat tidak terlihat jika saat ini usia Abian sudah mendekati kepala empat.
"Astaga Ghea, bisa-bisanya kau mengaguminya disaat keadaanmu seperti ini." Ghea mengutuk dirinya sendiri karena malah terpesona dengan ketampanan Abian.
"Kenapa kau malah diam saja ha! Siapa yang menyuruhmu membawakan kopi kesini? Ini sungguh menjijikan," bentak Abian semakin marah saja rasanya, ia paling benci kopi karena kopi selalu mengingatkannya pada Sukma yang dulu sering membuatkan kopi untuknya.
"Maaf Tuan, tadi Boy menyuruh Saya-"
"Jangan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang kau buat sendiri. Kau ini, apa tidak tahu kebiasaan yang aku lakukan?" Abian langsung menyela sebelum Ghea menyelesaikan ucapannya, tubuhnya reflek bergerak maju untuk mendekati gadis kecil itu.
Ghea langsung mundur, ia takut jika Abian akan macam-macam padanya. "Tu-an mau apa? Saya minta maaf sudah melakukan kesalahan, saya akan membersihkannya Tuan," ucap Ghea terbata-bata.
"Kau tahu kenapa kau ada disini?" Abian terus bergerak maju sampai Ghea terhimpit disalah satu dinding, tatapannya begitu tajam seperti ingin menghunus jantung siapapun.
"Saya hanya bekerja Tuan, maafkan saya," ucap Ghea sudah berada sangat dekat dengan Abian, tubuh pria itu sangat tinggi tegap hingga Ghea hanya sebatas dadanya saja.
"Kau pikir dengan kata maaf bisa melupakan apa yang sudah terjadi? Dan apakah kau pikir dengan kata maaf akan membuat semua yang sudah hancur akan kembali utuh?" Bentak Abian tanpa sadar menarik dagu Ghea dengan kasar.
Abian menatap lekat-lekat wajah anak dari mantan istri dan selingkuhannya itu. Melihat wajah Ghea yang sangat mirip dengan Regan membuat darahnya mendidih.
Kau saja yang terlalu bodoh Bian, sejak dulu Sukma memang tidak mencintaimu. Dia menikahimu hanya agar menutupi hubungan kita berdua. Kau memang pria yang benar-benar bodoh Bian.
Abian langsung teringat kata-kata pedas yang dilontarkan oleh Regan ketika ia mengetahui kebusukan pria itu dengan istrinya. Jika mengingat semua itu emosinya kembali naik hingga tanpa sadar ia mencengkram dagu Ghea kian erat.
"Kau benar-benar harus membalas semuanya, harus!" ucap Abian dengan segala emosinya.
"Tuan, sakit ..." lirih Ghea meringis kesakitan.
Detik itu Abian langsung tersadar dengan apa yang ia lakukan. Ia segera melepaskan cengkeramannya pada dagu Ghea. Terlalu mengikuti emosi hampir saja ia mengacaukan segalanya.
"Kau harus membersihkan semua ini, jangan coba-coba pergi sebelum pekerjaanmu selesai," kata Abian menatap lurus mata Ghea.
Namun, saat melihat mata Ghea, justru mengingatkannya dengan mata Sukma. Dulu, jika melihat mata cokelat itu, Abian sangatlah senang, tapi kini ia malah ingin sekali marah.
Abian segera pergi dari ruangannya untuk menenangkan dirinya, hanya karena bertemu dengan anak dua pengkhianat itu membuat emosinya meledak-ledak.
******
"Aduh, daguku sakit sekali. Om Presdir itu galak sekali, aku kan sudah minta maaf, kenapa dia terus marah-marah? Sungguh mengesalkan." Ghea menggerutu kesal, dagunya benar-benar sakit sekali karena ulah Abian tadi.
"Dia itu juga aneh sekali, katanya mau kopi, tapi dibuatin kopi malah bilang nggak suka. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika jadi istri Om itu, sepertinya harus punya kekuatan super untuk menghadapinya." Ghea terus mengomel sendiri.
"Ah sudahlah, untuk apa aku memikirkan Om-om galak itu. Niat aku disini itu kerja, aku harus dapat uang buat biaya rumah sakit Mama dan bisa bantu Papa juga. Ayo semangat Ghea!" Ghea menyemangati dirinya sendiri kembali, meski saat ini ia harus menahan sakit atau bekerja kasar tidak masalah. Selama uang yang didapatkannya itu halal, ia harus tetap bersemangat.
Perlahan-lahan ia mulai membersihkan sisa kopi yang tumpah dan pecahan cangkir yang ada dibawah meja. Ia juga memisahkan berkas yang kering dan yang basah karena terkena tumpahan kopi.
Saat Ghea sibuk menata meja Abian, tidak sengaja matanya melihat sebuah foto yang cukup menarik perhatiannya. Ghea mengulurkan tangannya untuk melihat foto itu.
"Jangan lancang menyentuh barang-barang ku!" Tiba-tiba terdengar suara bariton Abian kembali muncul membuat Ghea langsung menarik tangannya kembali.
"Maaf Tuan, saya hanya ingin membenarkan tempatnya saja," ucap Ghea begitu gugup, mungkin jika sebulan ia bekerja disini akan punya penyakit jantung karena suara Abian yang menggelar seperti terompet sangkakala.
"Sungguh tidak sopan, apa pekerjaanmu sudah selesai?" Tanya Abian diiringi dengusan kecil.
"Saya sudah membersihkannya Tuan, apa Anda tidak melihat," kata Ghea.
"Apa katamu?" Abian menajamkan tatapannya hingga alisnya berkerut.
"Eh, bukan Tuan, maksud saya, saya sudah menyelesaikan semuanya. Tuan bisa mengecek sendiri," ucap Ghea mengulas senyum manis dibuat-buat.
Abian hanya diam saja, tapi ia terus memperhatikan wajah Ghea yang sangat cantik itu. Bentuk wajahnya lancip dan begitu sempurna, dari kelopak mata, hidung hingga bibir memiliki porsi yang pas. Benar-benar sangat cantik.
Astaga, apa yang aku pikirkan? Dia ini adalah anaknya Regan dan Sukma. Anak pengkhianat yang harus aku hancurkan agar kedua pengkhianat itu hancur.
Abian menggelengkan kepalanya untuk mengusir pemikiran gilanya itu. Ia harus fokus pada tujuannya untuk balas dendam pada Regan dan Sukma melalui Ghea.
"Jangan kau pikir bisa pergi dari sini setelah kau membersihkan sisa kekacauan yang kau buat. Ambil ini." Abian menyerahkan satu tumpuk berkas yang tadi sempat terkena tumpahan kopi.
"Untuk apa berkas ini, Tuan?" Ghea bertanya dengan wajah bingungnya.
"Berkas ini sudah rusak dan tidak bisa dipakai lagi. Kau harus mengetik ulang berkas ini hingga bentuknya sama seperti semula," ujar Abian tersenyum licik.
"Apa?" Ghea hampir saja berteriak karena sangking terkejutnya.
"Aku rasa kau tidak tuli, cepat temui Boy dan bawa berkas ini pergi. Aku mau malam ini berkasnya sudah ada di mejaku," ucap Abian puas sekali melihat ekspresi Ghea.
Tenang saja gadis kecil, ini baru permulaan saja. Akan ku buat hidupmu menjadi tidak mudah agar kedua orang tuamu tahu bagaimana rasanya menjalani kehidupan seperti di neraka.
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
tris tanto
ketauan umurnya
2023-12-04
0
Wiwik Murniati
kenapa harus ke anak nya,,,,,,? anak ny kan ngak tau apa 2 hiiiis aku jadi gregetan baca nya
2023-09-22
1
komalia komalia
orang tua nya yang berulah anak nya yang menanggung derita nya
2023-07-22
1