Satu minggu berlalu dengan begitu cepat dan kini kaki Ghea yang terkilir sudah sembuh total. Sehingga membuat gadis itu bertekad hari ini untuk pergi ke alamat yang diberikan oleh Boy, tepat satu minggu yang lalu.
"Baiklah, hari ini aku harus pergi ke perusahaan itu, karena sampai detik ini tidak ada yang mau menerimaku bekerja di perusahaan manapun. Namun, aku yakin di perusahaan yang kali ini aku datangi pasti aku akan diterima," ucap Ghea penuh percaya diri dan gadis itu terlihat melukis senyum indah pada bibir ranumnya.
"Semoga saja, harapanku ini tidak berubah menjadi rasa kecewa." Sekarang gadis itu terlihat sedang merapikan baju dan juga rok yang hanya selutut saja.
"Aku harus semangat demi biaya administrasi Mama di rumah sakit." Ghea lalu mengoles lipbam pada bibirnya.
Dan Ternyata Sukma, sang ibu rupanya masih ada di rumah sakit. Karena luka pada kepala wanita itu cukup serius. Membuat Ghea harus berusaha terus untuk mencari pekerjaan demi biaya sang ibu yang masih terbaring lemah tak berdaya di rumah sakit. Di tambah sang ayah, Regan sama sekali tidak bisa menemukan pekerjaan yang cocok dengan laki-lali itu.
"Intinya, usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Semoga di pagi yang cerah ini, harapanku sesuai dengan apa yang aku inginkan," gumam gadis itu yang saat ini memang benar-benar sangat membutuhkan pekerjaan. Demi membantu perekonomian keluarganya.
*****
Setelah lama di perjalanan Ghea akhirnya sampai juga di gedung perusahaan yang menjulang tinggi. Dan terlihat perusahaan itu berlogo HC atau lebih dikenal dengan Hexan Corp.
"Bukankah ini perusahaan yang paling terkenal itu?" Ghea terlihat mendongak demi membaca logo perusahaan itu. Karena ia pikir kalau saat ini gadis itu salah alamat.
"Apakah perusahaan ini sudah benar? Atau aku salah alamat?" Ketika Ghea bertanya pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba saja Boy, entah datang dari mana laki-laki itu langsung menepuk pundak Ghea, sehingga membuat gadis itu menjadi kaget.
"Selamat pagi, Nona Ghea senang bertemu dengan Anda," kata Boy sambil tersenyum.
Ghea yang mendengar suara yang tidak asing di indra pendengarannya langsung saja berbalik dan ia bisa melihat Boy yang sedang berdiri sambil menatap dirinya.
"Boy," panggil Ghea.
"Iya, ini saya Nona, apa kabar? Apakah kaki Anda sudah sembuh?" Boy seperti biasa, laki-laki itu selalu beramah tamah pada Ghea.
"Seperti yang kau lihat, aku sudah tidak menggunakan tongkat lagi," jawab Ghea sambil maju dan mundur beberapa kali hanya untuk memperlihatkan pada Boy. Kalau kakinya saat ini sudah benar-benar sembuh.
"Syukurlah kalau begitu Nona, dan sekarang mari kita masuk saja. Ada suatu hal yang harus saya bicarakan dengan Anda," kata Boy, dan setelah mengatakan itu Boy langsung saja melangkahkan kakinya untuk segera masuk ke perusahaan Hexan Corp. Diikuti oleh Ghea dari belakang. "Nona, Anda harus berdiri di sebelah saya," pinta Boy yang merasa tidak enak hati jika Ghea ada di belakangnya saat ini.
Ghea mengerutkan keningnya, sebab ia merasa heran dengan Boy yang malah meminta dirinya untuk berdiri di sebelah laki-laki yang telah menyerempet dirinya satu minggu yang lalu.
"Tidak apa-apa, kau tetaplah berjalan dan jangan hiraukan aku yang mau berjalan di manapun!" timpal Ghea dengan suara ketus. Karena ia tidak suka dengan Boy yang sok akrab dengan dirinya saat ini.
Boy hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sebab, laki-laki itu tidak yakin kalau Ghea akan mau bekerja di perusahaan Abian ini.
"Baiklah, kalau begitu terserah Nona Ghea saja," ucap Boy yang malah keceplosan menyebut nama Ghea.
Sedangkan Ghea langsung saja menghentikan langkah kakinya. "Apa tadi kau menyebut namaku?" tanya Ghea yang merasa heran. Sebab gadis itu tidak pernah merasa berkenalan dengan Boy.
Boy yang gelagapan langsung saja berdehem beberapa kali saat mendengar pertanyaan Ghea, karena laki-laki itu takut jika ia salah bicara lagi seperti yang tadi di mana ia malah menyebut nama Ghea.
"Iya, bukankah nama Anda adalah Ghea Anjani Abraham?" Boy kini terdengar malah bertanya balik pada Ghea.
Ghea terlihat menyipitkan mata. "Dari mana kau tahu?"
"Sebelumnya saya minta maaf dulu Nona, karena saya waktu itu membuka ijazah Anda, karena saya penasaran dan dari sanalah saya tahu nama Anda," jawab Boy berbohong padahal sebelum ia dan Ghea bertemu laki-laki itu sudah sempat mencari tentang identitas Ghea. Dan tentu saja itu semua atas perintah tuanya, Abian.
"Kau lancang sekali!" gerutu Ghea yang sekarang malah terlihat mendahului Boy. Padahal gadis itu saat ini tidak tahu harus pergi ke ruangan yang sebelah mana.
*****
"Bagaimana apa Anda setuju? Karena hanya pekerjaan itu yang cocok dengan Nona Ghea untuk saat ini. Mengingat ijazah Anda hanya lulusan SMA."
Ghea rasanya saat ini ingin menolak, namun apa daya tidak ada yang bisa ia lakukan selain menerima tawaran Boy untuk menjadi office girl di perusahaan Hexan Corp. Mengingat mencari pekerjaan di kota Jakarta ini sangatlah sulit.
"Jika Anda tidak setuju, maka Anda boleh pergi dari sini Nona. Karena masih banyak pengangguran di luaran sana yang sangat ingin bekerja walau hanya menjadi office girl," ucap Boy santai yang tahu kalau Ghea pasti akan menerima pekerjaan yang tadi ia sebutkan.
Terlihat Ghea sedang berpikir dan detik berikutnya ia malah membuka suara.
"Huh, baiklah. Kalau begitu mana seragam kerjaku?" Ghea rupanya memilih untuk bekerja di sana daripada ia sama sekali tidak bisa mendapatkan pekerjaan di tempat lain.
"Mana seragam kerjaku?" tanya Ghea sekali lagi.
Boy menyodorkan setelan baju yang setiap pekerja OB dan OG di sana harus menggunakan seragam yang sama.
"Ini Nona, dan tugas Anda yang pertama Anda harus membuatkan kopi untuk presdir sekaligus CEO di perusahaan Hexan Corp ini," ujar Boy yang sekarang malah memerintahkan Ghea untuk membuat kopi.
"Ruangan Presdir tepat ada di lantai 25, saya berharap Anda tidak membuat presdir kecewa, dengan office girl yang baru seperti Anda," sambung Boy.
Ghea tanpa mengucapkan sepatah kata mengambil baju itu dan dengan segera menuju ke toilet, karena ia ingin mengganti baju.
******
Satu cangkir kopi sudah berdiri di atas mapan yang saat ini Ghea bawa ke depan meja kerja sang presdir yang masih saja terlihat enggan untuk menatap dirinya. Membuat Ghea merasa kalau laki-laki yang saat ini seumuran dengan ayahnya itu terlihat terkesan dingin dan cuek.
"Tuan, ini kopinya saya taruh disini saja," kata Ghea yang sudah kesekian kalinya. Namun, sang presdir tidak meresponnya sama sekali. "Saya taruh di sini saja Tuan, kopinya." Ghea terlihat akan menaruh mapan itu di atas meja kerja presdir yang saat ini ada tumpukan lembaran berkas dan dokumen. Namun, saat mapan yang berisi secangkir kopi itu sudah di atas meja.
Tiba-tiba saja suara bariton Abian terdengar. "Aku tidak suka kopi, cepat bawa keluar! Karena mencium baunya saja membuatku ingin muntah!"
Pada detik itu juga Ghea, gadis yang sangat mudah kagetan langsung saja membuat kopi itu tumpah. Hanya karena mendengar suara Abian.
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
tris tanto
knp nemu karakter cew nya pd ketus2 ato gk galak ya,,pdhl kalo bicaranya tegas itu bukan berrti galak n suka marah2 kan
2023-12-04
0
Dwi Winarni Wina
Abian tapi kasian gea tidak tau apa2 n tidak bersalah balas dendam melalui anknya,,,ortuanya bersalah abian.....
2023-09-11
1