BRAKKK!!!!
Abian membanting sebuah figura foto besar yang baru saja dilihatnya. Matanya nyalang menatap kaca figura yang hancur berkeping-keping. Ia menarik satu batang rokok yang ada didekatnya lalu menyulutnya hingga asap mengepul disekitar wajahnya.
"Para pengkhianat itu harus dimusnahkan! Beraninya mereka berbahagia diatas luka yang telah mereka berikan." Abian mendesis penuh marah jika mengingat kebodohannya selama beberapa tahun silam.
Kini Abian tidak akan lagi tertipu dengan semua wanita yang hanya bermodal senyuman manis dengan kata-kata menghanyutkan. Baginya semua wanita di dunia ini sama saja, hanya seseorang yang datang hanya untuk memberikan luka.
"Tuan." Abian melirik sosok pria yang umurnya lebih muda darinya datang memasuki ruangannya.
"Ada kabar apa?" Abian bertanya dengan sangat datar dan dingin, tatapan matanya lurus pada pemandangan indah didepannya meski tidak pernah ia nikmati.
"Saham Perusahaan RGN resmi diakusisi oleh anak perusahaan kita. Sekarang Tuan Regan dan Nyonya Sukma sedang kalang kabut menutup semua hutang bank yang menjerat mereka. Bisa dipastikan saat ini mereka benar-benar bangkrut."
Abian mengulas senyuman liciknya, wajah tampannya itu terlihat begitu mengerikan. Akhirnya waktu pembalasan sudah tiba, ia bisa menghancurkan kedua manusia tidak tahu diri itu hingga sehancur-hancurnya.
"Bagus sekali, setelah ini pastikan tidak ada satupun orang yang bisa menolong mereka. Seorang pengkhianat memang sudah seharusnya mendapatkan kehancuran. Aku akan menunggu sampai mereka datang dan merangkak dibawah kakiku," ujar Abian menggebrak meja yang ada didepannya dengan keras, tangannya mengepal erat hingga urat-uratnya terlihat.
Delapan belas tahun dia menunggu saat ini tiba, ia datang dengan membawa seluruh luka dan dendam yang akan menghancurkan mereka hingga tidak tersisa. Abian benar-benar tidak akan melupakan bagaimana tawa mereka dan tatapan penuh ejekan yang diberikan ketika ia tahu kebohongan Sukma.
Sekarang, tidak ada lagi Abian yang berhati lembut dan penuh tawa, hanya ada tersisa sosok Abian yang dingin dan penuh dendam yang haus akan dituntaskan.
"Oh iya Boy, aku ingat dia punya anak perempuan, dimana anak itu sekarang?" Abian memutar tubuhnya menatap asistennya Boy.
"Ya, dia baru saja lulus SMA dan sekarang sedang mencari pekerjaan untuk membantu keluarganya," sahut Boy menjawab dengan lugas.
"Anak SMA ya?" Abian mengusap-usap dahinya, tiba-tiba wajahnya yang semula mengerikan berubah menjadi begitu licik.
"Aku mau kau mengirimkan datanya padaku, aku rasa mempunyai mainan baru akan sangat menyenangkan," ujar Abian dengan wajahnya yang sangat licik, ia seperti menemukan ide gila dikepalanya untuk membuat kehancuran keluarga pengkhianat itu semakin hancur.
******
"Mas! Pokoknya aku nggak mau kita hidup miskin Mas, apa kata teman-temanku nanti? Aku malu Mas."
Sukma tidak henti memarahi suaminya Regan saat tahu jika perusahaan mereka sudah bangkrut dan mereka terpaksa mengosongkan rumah megah yang mereka tinggali untuk membayar hutang. Apa yang akan dikatakan keluarganya jika tahu kalau mereka bangkrut, bisa-bisa dia akan menjadi bahan bulan-bulanan seluruh anggota keluarganya yang lebih kaya darinya.
Sukma tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi, ia sudah bersusah payah meninggalkan Abian untuk hidup enak bersama suami yang lebih kaya, tapi jika begini apa gunanya?
"Kamu sabar dong Sukma, untuk sementara ini kita tinggal dirumah kontrakan dulu. Aku pasti bisa mengembalikan semua kehidupan kita yang dulu," bujuk Regan mengelus lembut lengan Sukma yang sejak tadi marah-marah itu.
"Mau sampai kapan Mas? Sekarang saja kamu nggak punya apa-apa. Mau mengembalikan semuanya seperti apa?" Sukma malah berteriak berang, ia paling tidak suka hidup miskin, dan sekarang ia harus hidup miskin? Jangan harap dia mau!
"Bisa, kita pasti bisa Sukma. Kamu juga bantuin aku dong, selama ini aku udah ngasih apa yang kamu mau, sekarang gantian kamu yang bantuin aku," ujar Regan mulai pusing dengan tingkah istrinya ini, entah apa yang dulu ia pikirkan sampai jatuh cinta dengan wanita mata duitan seperti Sukma.
"Oh, jadi sekarang kamu mau hitung-hitungan Mas? Oke, kalau gitu mendingan kita pisah, biar aku bawa Ghea sama aku." Sukma kian meradang, ia mendorong tubuh Regan dengan kasar lalu bangkit untuk memanggil putrinya.
"Tidak, aku tidak mau berpisah denganmu. Enak saja setelah mendapatkan semuanya, kamu mau pergi meninggalkanku begitu saja, kamu harus tetap ikut bersamaku." Regan menahan tangan Sukma agar wanita itu tidak pergi, kemarahannya tidak terbendung lagi hingga rasanya ingin meledak saat itu juga.
"Enggak! Aku tetep mau pergi, aku nggak mau hidup miskin sama kamu Mas. Ghea!" Sukma berontak, ia memanggil putrinya agar mau ikut dengannya.
"Dasar wanita tidak tahu diri, aku tidak akan membiarkanmu pergi kemanapun Sukma!" Regan gelap mata dan tidak bisa berpikir jernih, ia tiba-tiba mengambil sebuah vas bunga dimeja lalu menghantamkannya ke kepala Sukma.
"Arghhhhhhhh!"
"Mama!"
Tepat saat itu juga Ghea, putri semata wayang mereka turun dari lantai atas. Matanya terbelalak kaget demi melihat Ibunya tersungkur jatuh dengan kepala yang berdarah. Ghea lalu mengalihkan pandangannya pada sosok sang Ayah yang sama kagetnya dengan apa yang baru saja dilakukannya.
"Apa yang Papa lakukan?" Ghea berteriak seraya berlari menghampiri Sukma.
"Papa ..." Regan sampai tidak bisa berkata apapun, ia benar-benar reflek melakukan hal itu kepada Sukma.
"Mama, Mama, ayo bangun Ma." Ghea mengangkat kepala Ibunya, tangsinya pecah karena takut kehilangan Ibunya.
"Kita bawa ke rumah sakit sekarang, Ghea. Ayo bantu Papa." Regan segera membuang vas bunga yang masih ada darah Sukma itu. Ia lalu meminta bantuan putrinya untuk menggendong Sukma. Tubuhnya yang tidak lagi muda tidak kuat jika harus mengangkat Sukma sendirian.
Ghea mengangguk mengiyakan, ia menangis melihat kondisi keluarganya yang sangat kacau seperti ini. Keluarga yang semula penuh dengan kehangatan itu kini mulai menunjukkan keretakannya. Saat ini keluarganya benar-benar ada diposisi terendah hidup mereka.
Sesampainya dirumah sakit, ternyata Sukma masih harus mendapatkan perawatan karena lukanya cukup dalam. Regan mencoba mencari bantuan untuk meminjamkan uang untuk biaya pengobatan itu, tapi semua keluarganya justru menghina mereka.
"Aku akan bekerja, Pa." Ujar Ghea memutuskan.
"Kerja apa? Kamu baru lulus sekolah, seharusnya saat ini kamu kuliah, Ghea." Regan menjambak rambutnya frustasi, kenapa semuanya jadi kacau seperti ini?
"Apa saja, yang penting sekarang kita punya uang untuk pengobatan Mama. Papa tidak perlu khawatir, aku pasti bisa menjaga diriku, saat ini kesembuhan Mama yang lebih penting," tutur Ghea memegang tangan Regan dengan lembut, tidak masalah jika ia harus bekerja selama keputusannya itu akan memberikan jalan yang terbaik untuk keluarganya.
Regan tidak bisa menjawab apa-apa, saat ini memang hanya hal itu yang bisa ia lakukan. Mungkin nanti ia bisa mencoba kembali mencari bantuan kepada teman-temannya.
Happy Reading.
TBC.
Visual Ghea_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
tris tanto
kira2 abian umur brp ya,bls dendam aja nunggu 18 thn itu seumuran anaknya sukma 🤔🤔
2023-12-04
0
Dwi Winarni Wina
anaknya sukma n regan sangat cantiiik banget,,,,siap2 jadi mainannya abian akan balas dendam melaluinya anknuya......
2023-09-11
1
Ita rahmawati
menarik nih 😁
2023-05-15
1