Di bawah teriknya matahari Ghea terus saja mengusap keringat yang terus saja mengalir dari pelipisnya, karena saat ini gadis 18 tahun itu sedang berusaha mencari pekerjaan. Namun, sampai siang begini ia tidak kunjung mendapat pekerjaan seperti yang gadis itu harapkan sehingga membuat Ghea mulai merasa berputus asa.
"Ya Tuhan, harus kemana lagi kaki ini melangkah untuk mencari pekerjaan?" Ghea bertanya pada dirinya sendiri sambil duduk berteduh di bawah pohon yang sangat rindang tepat di pinggir jalan.
"Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Papa, kalau mencari pekerjaan itu tidaklah gampang," ucap gadis itu sambil melihat ijazah yang ia bawa di dalam tas selempangnya.
"Apalagi aku hanya lulusan SMA, mungkin saja tidak akan ada perusahaan yang menerimaku, karena aku hanya bermodal ijazah," sambung Ghea sambil menghela nafas dan mengeluarkannya secara kasar melalui mulut.
Semangat yang tadi berkobar-kobar kini malah menjadi padam, hanya karena ia tidak bisa menemukan pekerjaan sampai detik ini. Membuat seorang Ghea, gadis yang pantang menyerah kini malah menjadi benar-benar berputus asa di tambah saat ia mengingat keadaan sang ibu yang terbaring lemah di rumah sakit.
"Sudahlah Ghea, jika kamu terus-terusan begini dan berputus asa seperti ini, maka pekerjaan yang sedang menantimu di depan sana malah diisi oleh orang-orang yang pantang menyerah, ayo Ghea semangat! Demi Papa dan Mama, kamu pasti bisa." Ghea kini malah terdengar menyemangati dirinya sendiri. Karena ia berharap semangat yang tadi padam akan kembali lagi.
"Go, Ghea, jangan malah menjadi lemah seperti ini. Kamu bisa, kamu pasti bisa!" Ghea terus saja menyemangati dirinya sendiri sambil beranjak dari duduknya. "Pokoknya aku harus mendapat pekerjaan hari ini, pantang bagiku pulang sebelum mendapatkan pekerjaan apapun itu yang terpenting halal," kata gadis itu yang terlihat mulai melangkahkan kaki untuk kembali turun ke aspal yang berwarna hitam, sambil terus menyemangati dirinya sendiri di dalam benak.
"Iya, pokoknya aku harus mendapat pekerjaan, ha–" Kalimat Ghea terputus tatkala sebuah mobil sport berwarna silver, tiba-tiba saja malah menyerempet kaki gadis itu hingga Ghea langsung saja jatuh dan terdengar suara gadis itu meringis.
"Akkhhh … kakiku sakit sekali," ringis Ghea sambil terus saja memegang kakinya. "Kakiku, akhh …." Saat Ghea masih saja meringis kesakitan. Terlihat seorang laki-laki bertubuh kekar serta menggunakan setelan jas yang sangat rapi turun dari dalam mobil sport itu dan tidak lama laki-laki itu terlihat berjongkok di sebelah gadis itu demi melihat Ghea yang terus saja memegang kaki.
"Nona apa Anda baik-baik saja?" tanya laki-laki itu yang ternyata adalah Boy sang sekertaris yang sengaja di utus oleh Abian.
Ghea yang dari tadi menunduk, mengangkat kepalanya supaya ia bisa melihat laki-laki yang tadi sempat menyerempetnya. Namun, anehnya Ghea sama sekali tidak marah-marah ataupun mencaci-maki Boy yang tadi membuatnya jatuh. Ghea malah terdiam sambil terus saja mengurut kakinya sendiri.
"Nona, apa Anda baik-baik saja?" Boy malah mengulangi pertanyaannya sekali lagi. Sebab Ghea tidak meresponnya.
"Nona," panggil Boy.
"Mari saya bantu Anda untuk berdiri." Boy kini terlihat menyentuh lengan Ghea. Namun, pada detik itu juga Ghea malah menepis tangan Boy.
"Jangan menyentuhku!" ketus Ghea menepis tangan Boy dan ia terlihat mencoba untuk berdiri. Akan tetapi, karena diserempet tadi kaki Ghea malah menjadi terkilir menyebabkan gadis itu tidak bisa berdiri.
"Mari Nona, saya bawa Anda ke rumah sakit, bentuk tanggung jawab saya. Karena tadi saya tidak sengaja menyerempet Anda," ujar Boy yang masih saja berusaha membantu Ghea untuk berdiri. Namun, lagi-lagi gadis yang di bantu malah menepis tangan Boy berulang-ulang kali.
"Aku bisa sendiri! Sana kau pergilah!" Ghea sekarang malah mengusir Boy dengan nada suara yang masih terdengar ketus.
"Mari Nona, kita ke rumah sakit saja. Jangan sampai gara-gara masalah ini saya nanti malah masuk penjara," ucap Boy tiba-tiba.
Ghea yang dari tadi menolak malah berpikiran kalau dia sakit, maka otomatis ia tidak akan bisa mencari pekerjaan ditambah lagi gadis itu sama sekali tidak mempunyai uang untuk membawa dirinya sendiri untuk berobat.
"Sepertinya aku harus menerima tawaran laki-laki ini untuk pergi ke rumah sakit, karena tidak mungkin aku bisa pulang ataupun mencari pekerjaan dalam keadaan begini," gumam Ghea di dalam benaknya. "Apalagi kalau sampai Papa tahu, pasti beban pikiran Papa akan bertambah. Baiklah, aku terima saja tawaran laki-laki ini, toh ini juga salah laki-laki ini yang menyerempet ku," lanjut Ghea membatin.
"Nona, kita pergi ke rumah sakit sekarang." Kalimat Boy membuat lamunan Ghea manjadi buyar. "Nona, ayo," ucap Boy sekali lagi.
"Baiklah, ayo kita pergi ke rumah sakit," timpal Ghea yang sekarang terlihat mengulurkan tangan pada Boy.
Boy tanpa mengucap sepatah kata langsung saja membantu Ghea untuk berdiri.
*****
"Terima kasih, karena sudah membawaku kerumah sakit," kata Ghea saat ia dan Boy masih di dalam mobil. Karena saat ini Boy akan mengantar Ghea pulang setelah tadi mereka sempat pergi ke rumah sakit.
"Tidak usah berterima kasih Nona, karena memang ini salah saya maka saya harus bertanggung jawab," balas Boy menimpali Ghea. "Oh ya, maaf tadi saya tidak sengaja melihat ijazah Anda, dan boleh saya tahu mau kemana Anda membawa ijazah itu?" Boy sekarang malah menanyakan tentang ijazah yang tadi sempat berserakan jatuh ketika mereka ada di rumah sakit.
Ghea sebenarnya sangat malas membuang-buang tenaga hanya untuk menjawab pertanyaan Boy. Akan tetapi, tiba-tiba saja Ghea merasa kalau Boy bisa membantunya mencari pekerjaan maka dari itu ia menjawab.
"Aku sedang mencari pekerjaan, tapi gara-gara kau menyerempetku, sekarang aku malah tidak bisa mencari pekerjaan lagi." Ghea membuang pandangan ke luar jendela. Saat gadis itu menjawab Boy, karena Ghea benar-benar tidak nyaman hanya berduaan dengan laki-laki asing seperti saat ini.
"Mana kakiku jadi terkilir, pokoknya ini hari sial bagiku," gerutu Ghea.
"Anda serius ingin mencari pekerjaan?"
"Iya," jawab Ghea singkat padat dan jelas.
Boy terlihat mengeluarkan kartu tanda pengenal. "Kalau Anda benar-benar mecari pekerjaan, Anda boleh datang ke perusahaan yang alamatnya sudah tertulis di belakang kartu tanda pengenal saya itu," ucap Boy yang terlihat memberikan Ghea kartu itu.
"Tapi tunggu kaki Anda sembuh dulu Nona, baru Anda boleh datang ke perusahaan," lanjut Boy.
Tidak lama tangan Ghea terulur untuk mengambil kartu itu sambil berkata, "Aku hanya lulusan SMA, apa bisa bekerja di perusahaan itu?"
"Anda datang saja Nona, karena di perusahaan tempat saya bekerja sedang mencari karyawan," jawab Boy yang saat ini fokus menatap lurus ke depan.
Happy Reading.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
komalia komalia
gimana cerita nya abian bisa tau kalau sukma selingkuh ya dan rahasiah apa dengan abian
2023-07-22
2
Bucinnya Rajendra 💞
Wah, si Ghea udah masuk perangkapnya Abian
2023-04-03
2