Dari SEDAYU ~ JOGJAKARTA, YANKTIE mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.
JANGAN LUPA SUBSCRIBE YAAA
"Tapi aku butuh ketemu temanku sebentar Pa," rengek Radite di ruangan Eddy. Hari ini memang dia belum aktive di ruang gudang karena masih akan membereskan ruangan kerjanya sebagai manager marketing.
"Tidak ada ketemu siapa pun karena Papa tahu kamu mau ketemu dengan selir mu." Seru Eddy geram. Di ruangan itu hanya ada Eddy Adinda dan Radite.
"Selir apa sih Pa?" Radite menyangkal ucapan papanya.
"Mulai hari ini kalian berpikir pindah ke rumah kalian sendiri, Papa nggak mau tahu karena rumah yang kalian tempati adalah milik perusahaan itu kan jatahnya Dinda sebagai wakil CEO."
"Sebagai suami kamu harus cari rumah buat Dinda, kamu bisa cari rumah buat perempuan lain tapi tidak bisa buat Dinda," kata Eddy dengan tegas.
"Dari tadi pada ngomongin perempuan lain maksudnya apa sih?" Tanya Radite kesal.
"Mas mau tahu perempuan lain yang kami maksud?" Tanya Dinda santai.
"Iya maksud kalian tuh apa?"
"Oke sebentar ya Mas. Sebentar lagi datang kok."
Tak lama pintu diketuk.
"Masuk," jawab Dinda.
Shalimah masuk dengan wajah innocence-nya, wajah tidak bersalah.
"Assalamu'alaykum," sapa Shalimah dengan sopan. Dia mencium tangan Eddy lalu mencium tangan dan pipi Adinda seperti biasa.
"Wa'alaykumsalam," jawab Dinda dengan sopannya.
"Apa khabar kamu?" kata Dinda lagi.
"Baik Mbak," jawab Shalimah.
"Kamu tambah cantik aja ya. Pasti besar biaya perawatan wajah dan tubuhmu ya? Bagus sih kalau ada sumber dana yang menopangmu," Shalimah kaget dia di skak seperti itu.
"Mbak bisa aja," kata Shalimah.
"Ini mau antar kemeja batik yang papa pesan," Shalimah menyodorkan paper bag batik yang Eddy pesan.
"Mana struk pembeliannya?" Tanya Eddy.
"Kalian semua duduk biar enggak pingsan," Dinda menyuruh Radite dan Shalimah duduk.
"Ada di dalamnya Pa," jawab Shalimah.
"Siapa yang beli ini?" Tanya Eddy melihat struk batik tersebut.
"Aku lah Pa. Siapa lagi," jawab Shalimah tak merasa berbohong. Rupanya kebiasaannya berbohong membuat dia terbiasa dengan semua yang dia lakukan.
"Koq bisa ya kamu berada di dua pulau berbeda dalam waktu bersamaan?" Tanya Eddy.
"Maksud Papa apa?"
"Papa melihat data penerbangan keberangkatan ke Bengkulu dan kepulanganmu setelah tujuh hari di sana. Dan kamu pulang dari Bengkulu itu satu hari setelah tanggal di struk ini. Bagaimana kamu di Bengkulu tapi bisa belanja di Cilacap?"
Radite baru tahu jebakan papanya yang minta struk belanja batik hari itu juga, sesudah papanya menghubungi Shalimah. Radite menyuruh seorang teamnya mencari orang yang bisa belanja disana dan mengirimkan dengan paket same day agar batik siap diserahkan hari ini pada Eddy.
Radite dan Shalimah mulai terlihat gelisah. Shalimah memang tak berangkat bareng Radite. Dia menyusul setelah pekerjaan Radite selesai di hari ke empat!
"Kamu sekarang tinggal di mana?" Desak Eddy lagi.
"Masih kost di tempat lama Pa."
"Oh ya? Dari kemarin Papa cari di tempat kost lama itu, namamu sudah tidak ada di daftar penyewa!"
"Orang bilang kamu sudah pergi dengan suamimu. Suami yang mana? Apa orang tuamu tidak kamu kasih tahu kalau kamu sudah bersuami?" tanya Eddy.
Shalimahn dan Radite langsung pucat pasi.
"Ada yang mau kalian katakan?"
Shalimah dan Radite diam.
"Jadi gini Shalimah, barusan Papa habis meeting. Papa sudah memecat marketing manager kantor ini menjadi staff administrasi gudang biasa. Dan marketing manager itu tak akan menerima gaji satu rupiah pun karena semua gaji akan langsung masuk ke istri sahnya."
"Dan mantan marketing manager itu dari jam 08.00 sampai jam 05.00 tidak boleh keluar kantor sama seperti pegawai lainnya.
"Jadi kamu siap-siap aja kamu tidak akan didatangi oleh suamimu siang hari seperti kebiasaannya selama ini," Eddy langsung menyalakan video di laptopnya di sana terlihat bagaimana bahagianya Shalimah dan Radite selama di Bengkulu.
"Jadi ini yang bikin kamu delapan hari mangkrak dari tugasmu!" kata Eddy.
Radite pucat pasi.
"Karena perbuatan kalian empat belas karyawan yang setia pada Radite untuk menutupi semua kebusukan kalian terkena imbasnya. Mereka jadi cleaning service atau housekeeper kalau tak mau resign."
"Mulai hari ini juga kamu Radite, keluar dari rumah itu tanpa mobil. Semua hutang kartu kredit harus kamu bayar sendiri tanpa uang gaji dari Dinda karena rekening yang Dinda serahkan ke kantor adalah rekening panti asuhan milik mamamu!"
"Dan untuk kamu Shalimah, terima kasih kamu sudah menikah. Mulai hari ini kamu bukan anak angkatku. Tak ada lagi jatah bulanan karena itu sudah tanggung jawab suamimu!"
"Sejak dulu kamu tidak saya masukkan sebagai anak angkat secara hukum resmi. Untungnya feeling mamamu betul, kamu tidak usah dimasukkan sebagai anak angkat karena dia merasa akan ada sandungan. Ternyata memang kamu menikamku seperti ini," kata Eddy lagi.
"Maafkan aku Pa, maafkan aku!" Shalimah langsung bersujud di kaki Eddy memohon maaf.
"Maafmu tak ada gunanya silakan kalian keluar. Kalian mau bicara terserah batas waktu Radite memindahkan barang dari ruang kerja dan barang dari rumahnya cuma hari ini."
"Sesudah itu kamu Radite mau tinggal satu rumah dengan Dinda atau dengan Shalimah, Papa tak mau tahu."
"Maaf Pa, saya tak mau hidup dengan sampah yang telah menipu saya sejak menikahi saya. Anak mereka sudah satu tahun, artinya sejak kami nikah dia sudah hidup dengan Shalimah. Saya ji-jik dengan pelaku zinah!" Ucap Dinda tegas.
"Silakan semua keluar tanpa kecuali. Dan Radite, semua uang yang kamu keluarkan bila melebih gajimu termasuk hutang!"
"Semua biaya kartu kreditmu dua tahun terakhir dan juga pembelian rumah dan mobil itu HUTANG! Harus kamu kembalikan bila tak ingin sya seret ke penjara dengan tuduhan penggelapan."
"Saya melihat struk belanja perhiasan, salon, dan banyak belanja online dari kartu kreditmu. Itu semua bukan untuk Dinda istri sahmu dan aku hitung sebagai hutang. Bila semua tak kamu bayar akan kami sita dan tetap ada pelaporan penggelapan."
"Sekali lagi kalian keluar semuanya termasuk Dinda, saya tidak mau ada siapa pun di ruangan ini lagi," kata Eddy.
"Shindu ambil kunci mobil Shalimah sebagai eksekusi penyitaan tahap pertama," Eddy bicara di intercom pada Shindu setelah ketiga orang itu keluar dari ruangannya.
\*\*\*
"Bagaimana ini Mas," tanya Shalimah.
"Ya mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa bergerak. Aku sedang berpikir bisa hidup dari mana karena gaji aku yang super sedikit saja masuk ke yayasan panti asuhan. Kalau ke rekening Dinda aku masih bisa bujuk agar bisa dikembalikan ke rekening aku."
"Kamu tenang dulu. Uang di tabunganmu kan masih banyak tiap bulan aku kasih gaji lebih besar dari gaji yang Dinda pegang loh." Ucap Radite membujuk Shalimah adik angkatnya yang telah menjadi istrinya satu setengah tahun.
"Tapi Mas,"
"Tidak ada tapi tapi an. Buat bertahan itu dulu. Kita masih ada rumah masih ada perhiasan. Kita masih bisa bertahan seadanya dulu."
"Aku akan cari jalan. Kamu harus bisa bertahan. Aku nggak bisa bergerak di sini. kamu tahu sendiri kan ini gara-gara kamu selalu minta ikut kemana pun aku pergi. Ya gini jadinya ketahuan karena tim keuangan yang lapor harusnya aku kerja 3 hari sampai 11 hari." Radite menyesalkan selalu menuruti Shalimah sejak gadis kecil itu menolongnya saat dia kabur dan Shalimah bilang ke mamanya dia sedang belajar ke rumah temannya.
Karena pertolongan Shalimah itu sang mama tak jadi memarahinya. Sejak itu Radite selalu menuruti semua permintaan Shalimah. Radite merasa sangat tergantung pada adik angkatnya.
"Sekarang kamu pulang aja daripada nanti aku kena marah lagi. Lebih bahaya. Aku sekarang mau membujuk papa dan Dinda."
Shalimah pun keluar dari ruangan Radite.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
pipi gemoy
astoge ibaratnya piaraan menggigit tuannya
itu yang shalimah lakukan ke Pa Eddy🤬😡😤
2024-01-04
1
Katherina Ajawaila
Shamilah ngk tau diri di ksh hati minta emplo. 🤭🤭🤭🤭
2023-11-29
1
Sandisalbiah
otak Radit udah stuck di s*** Salima jd gak bisa lagi buat mikir ...
2023-07-14
1