Diusir Suami Saat Hujan Deras

Diusir Suami Saat Hujan Deras

Diusir

Malam hari, kilatan petir terlihat begitu menakutkan seperti membelah langit malam yang begitu pekat. Suaranya pun menggelegar memekakkan telinga. Tidak lama setelah itu hujan turun dengan begitu derasnya, disertai angin yang berhembus kencang menggoyang dahan menerbangi dedaunan.

Bersamaan dengan itu, seorang wanita dan dua anak kembarnya tengah menangis terisak, memohon kepada seorang pria agar tidak mengusir mereka dari rumah di saat hujan sedang deras-deras nya.

''Mas, aku mohon, Mas. Jangan usir kami malam ini juga. Aku tidak apa-apa kalau harus pergi dari rumah ini malam ini juga, tapi kasihan anak-anak kita Mas. Nanti mereka sakit, nanti mereka masuk angin,'' Denara menangis sesenggukan memohon kepada sang suami yang bernama Dhafin, kedua tangannya terkatup di depan dada. Kini mereka tengah berdiri di teras rumah.

''Mas, pokoknya aku tidak mau tahu, mereka harus pergi dari sini malam ini juga! Kalau kamu tidak segera mengusir mereka, maka aku yang akan pergi!'' seorang wanita yang bernama Laras menghasut Dhafin. Laras adalah istri kedua Dhafin. Istri yang baru dinikahi nya beberapa bulan yang lalu, dan saat ini Laras tengah hamil muda.

Mendengar perkataan Laras, Dhafin semakin kesetanan memperlakukan sang istri tua yang baru ia talak. Iya, Dhafin telah menjatuhkan talak kepada Denara sesuai dengan keinginan Laras, sang istri muda yang begitu ia puja karena paras nya yang cantik mulus serta body nya yang seksi.

''Kamu denger 'kan wanita jelek! Aku sudah tidak peduli lagi sama keadaan kalian! Sekarang, ayo . . .,'' Dhafin menarik paksa tangan Denara serta anak-anak nya yang baru berusia lima tahun, anak kembarnya yang bernama Cika dan Ciko.

Lalu dengan tega nya Dhafin mendorong tubuh mereka ke bawah guyuran hujan yang begitu deras. Seketika mereka bertiga basah kuyup dengan tangis yang melengking terdengar. Tangis minta dikasihani, tapi Dhafin sama sekali tak peduli. Pesona Laras telah berhasil menggelapkan matanya, menutup hati nya, bahkan kepada darah dagingnya sendiri ia tak peduli.

''Papa jahat, huhuhu . . .,''

''Mama, Ciko takut,''

''Cika juga takut, Ma,''

Mendengar celotehan sang anak, membuat hati Denara terenyuh, dengan kedua tangan nya Denara berusaha menutupi kepala sang anak.

''Baiklah, kami akan pergi Mas. Semoga saja kamu mendapatkan balasan atas sikap semena-mena kamu ini. Bila nanti kamu mencari kami dan ingin meminta maaf atas perbuatan kamu malam ini, maka jangan harap kami mau maafkan kamu. Kami sudah tak sudi melihat wajah manusia-manusia jahat seperti kalian. Sungguh, punya hati tapi tak berperasaan,'' Denara berucap keras dengan tatapan tajam melihat Dhafin dan Laras.

Mendengar itu, Laras dan Dhafin tersenyum sumbang, ''Heh, jangan mimpi kamu. Sampai kapanpun Mas Dhafin tidak akan pernah menemui kalian, dasar wanita gendut!'' ledek Laras. Sebenarnya Denara adalah wanita yang cantik, tapi semenjak mempunyai anak kembar, berat tubuhnya semakin hari semakin bertambah karena efek KB. Wajah nya yang dulu putih mulus kini terlihat kusam dengan beberapa bintik-bintik jerawat. Hal itulah yang membuat Dhafin tega kepadanya. Dhafin menganggap bahwa Denara adalah wanita yang tidak becus mengurus diri nya sendiri. Padahal Denara bukannya tidak becus mengurus dirinya sendiri, tapi karena selama ini dia terlalu sibuk mengurus anak dan suaminya tanpa bantuan siapapun dan uang belanja yang diberikan oleh Dhafin pun pas-pasan.

Setelah itu, Denara serta kedua anak nya membawa langkah mereka menjauhi rumah dua lantai tersebut. Mereka berjalan gontai di bawah guyuran hujan yang deras. Dingin, mereka merasa semakin kedinginan, tetapi mereka harus tetap berjalan menyusuri jalan raya, mencari tempat berteduh selanjutnya.

Usai kepergian Denara bersama kedua anaknya, Laras dan Dhafin tersenyum penuh kemenangan.

''Kamu memang yang terbaik Sayang,'' Laras merebahkan kepalanya pada dada bidang Dhafin. Dhafin pun mengecup pucuk kepala Laras dengan penuh cinta.

''Apapun akan Mas lakukan untuk mu Sayang,'' balas Dhafin lembut.

Setelah itu mereka masuk ke rumah. Rumah yang Dhafin bangun dari nol bersama Denara, tetapi dengan tega nya Dhafin mengusir Denara dan anak-anak saat hidupnya sudah mulai berjaya.

* * *

''Ma, dingin,'' ucap Cika lirih. Bibirnya yang semula merah kini tampak pucat. Denara menggendong Cika, membawa ke dalam dekapannya, berharap Cika merasa lebih hangat berada di dekapan nya.

Sementara Ciko terus memegang tangan sang mama, sebenarnya Ciko juga merasa teramat dingin di sekujur tubuh nya, tapi karena tidak ingin menjadi anak laki-laki yang cengeng dan membuat sang mama semakin khawatir, ia memilih diam saja.

''Dasar jahat. Ciko sudah tidak punya Papa lagi. Kenapa Ciko harus punya Papa yang jahat!'' ucap Ciko di dalam hati. Saat ini Ciko merasa begitu marah dan benci kepada sang papa.

Mereka terus berjalan gontai menyusuri jalan raya. Hujan sudah reda, hanya tersisa gerimis saja. Tapi tetap saja mereka merasa semakin kedinginan karena pakaian mereka yang sudah basah kuyup.

"Sayang, kamu kenapa, Nak?'' seketika Denara jadi panik melihat keadaan Cika yang semakin melemah.

''Ma, dingin, Cika udah enggak kuat lagi,'' lirih Cika dengan mata tertutup serta bibir gemetaran.

''Ya Allah, bagaimana ini?'' gumam Denara panik.

Denara melihat ke kiri ke kanan, rumah rumah yang ada di sekitarnya tampak sudah tertutup, para penghuninya seperti sudah tidur pulas karena malam yang memang kian larut. Sepi, jalan raya begitu sepi, tidak ada satupun kendaraan yang lewat.

''Tolong! Tolong kami. Siapa pun itu. Kasihanilah kami . . .,'' teriak Ciko dengan suara kecilnya. Sebagai lelaki satu-satunya, dia ingin menjadi pelindung untuk Mama dan Adik nya.

Sesak dada Denara mendengar itu. Ciko dipaksa dewasa diusianya yang masih teramat belia.

''Mama diam saja di sini sama Adek. Biar Ciko saja yang mencari pertolongan,'' kata Ciko lagi. Denara hanya bisa menangis sesenggukan. Dia berdiri di pinggir jalan dengan tangan terus mengelus tubuh dingin Cika.

Ciko berlari ke jalan raya dengan terus berteriak minta tolong.

''Tolong . . .''

''Ciko tidak mau kehilangan Cika, hiks hiks . . .,'' akhirnya tangis Ciko pecah juga.

Namun, seketika netra nya berbinar bahagia melihat mobil melintas dari arah depannya.

Ciko berlari ke pinggir jalan, lalu berteriak meminta bantuan kepada sang pengemudi saat sang pengemudi melewati tubuh nya.

''Tolong kami Pak!'' seru nya, tapi sayangnya orang yang ada di dalam mobil tak peduli dengan seruan Ciko.

Ciko tak putus asa, saat melihat sebuah mobil melaju lagi.

Dia berseru lagi.

Dan, seketika sang pengemudi menginjak pedal rem, sehingga mengeluarkan suara decitan yang cukup keras karena mobilnya yang berhenti mendadak mendengar suara anak kecil minta tolong.

Ciko menghampiri mobil, lalu menggedor pintu.

''Om, tolong kami Om,'' ujar Ciko penuh harap. Dia bisa melihat seorang pria yang tengah duduk di kemudi yang juga sedang menatap nya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Asmanita Jamal

Asmanita Jamal

Lanjut thor

2023-09-08

0

mama oca

mama oca

baru sempet baca thor sepertinya seru nih

2023-05-16

0

Patrick Khan

Patrick Khan

.km pasti bisa ciko🥺🥺.jgn sedih2 bgt y kak..gk tega q

2023-04-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!