Setibanya di kediaman Daniah, Denara langsung saja mempersilahkan Brian masuk dan dia mengenalkan pria tampan tersebut kepada Ibu nya. Bu Daniah menyambut kedatangan Brian dengan ramah.
Ciko dan Cika begitu antusias menyambut kedatangan Brian, mereka memeluk serta lagi-lagi mengucapkan terimakasih kepada Brian.
''Terimakasih banyak ya, Nak Brian. Karena malam itu kamu sudah membantu mengantarkan anak dan cucu Ibu ke sini, dan hari ini lagi-lagi kamu membantu Denara mengantarkan dia pulang,'' kata Daniah menatap Brian lekat. Mereka semua tengah duduk di sofa ruang tamu yang sederhana.
''Iya, sama-sama Bu,'' balas Brian tersenyum simpul. Ketampanan nya jadi bertambah dua kali lipat.
''Ciko senang deh bisa ketemu sama Om tampan lagi,''
''Cika juga,''
''Dan Om juga senang bisa bertemu sama kalian lagi,'' timpal Brian. Brian mengecup pucuk kepala Ciko dan Cika secara bergantian, saat ini, dua anak kembar tersebut sedang duduk di pangkuan Brian.
Melihat Brian yang memperlakukan anaknya dengan begitu baik, entah kenapa membuat Denara merasa terharu.
Orang lain saja bisa menyayangi Ciko dan Cika dengan tulus, lalu kenapa papa kandung mereka sendiri tidak. Ah, walaupun aku pernah menikah dengan pria yang salah, tetapi setidaknya dari dia aku bisa memiliki dua malaikat kecil yang pintar dan juga begitu menggemaskan. Gumam Denara di dalam hati.
Denara berulangkali meminta agar Ciko dan Cika turun dari pangkuan Brian, dia tidak ingin membuat Brian kerepotan, tetapi Brian mengatakan tidak apa-apa. Lagi-lagi Denara merasa tersentuh dengan kebaikan Brian.
Begitu juga dengan Daniah, Daniah bisa melihat kalau Brian merupakan pria yang baik dan tulus.
Setelah hampir tiga puluh menit lamanya Brian berada di rumah Ibu nya Denara, akhirnya dia pamit.
Denara mengantarkan nya hingga sampai ke teras.
''Sekali lagi terimakasih banyak ya, Brian. Selain mengantarkan aku pulang, kamu juga telah melukiskan senyum dan tawa yang indah di wajah kedua anak-anak ku,'' kata Denara, tatapan mata nya tertuju pada paras rupawan Brian. Iya, tadi Brian menemani Ciko dan Cika bermain kuda-kudaan, hingga membuat mereka tertawa bahagia.
''Iya, sama-sama Nara. Aku senang bisa bermain bersama Ciko dan Cika. Mereka merupakan anak-anak yang aktif,'' balas Brian. Saat ini Ciko dan Cika sudah tidur siang dengan di temani Daniah.
''Maaf, telah membuang waktu mu,'' Denara berkata sungkan.
''Sudah, tidak apa-apa. Oh ya, katanya tadi kamu ingin mencari pekerjaan, 'kan?''
''Iya,''
''Boleh aku minta nomer ponsel mu?''
''Em boleh,'' jawab Denara, lalu dia menyebutkan satu persatu angka nomer ponsel nya. Ponsel nya yang baru beberapa hari dia beli menggunakan uang pemberian sang ibu. Ponsel lamanya tertinggal di rumah Dhafin.
''Nanti aku akan menghubungi kamu dan mengirimkan alamat perusahaan yang sedang menerima karyawan baru,'' Brian menyimpan benda pipih miliknya ke dalam saku celana.
''Kamu tidak becanda, 'kan?'' ujar Denara ragu dengan perkataan Brian.
''Ya tidak lah, sampai jumpa lagi,'' ucap Brian. Lalu berjalan memasuki mobilnya.
''Iya, hati-hati di jalan,''
''Iya, by . . .''
Denara melambaikan tangan.
Setelah itu Brian melajukan kendaraan roda empat nya meninggalkan halaman rumah ibu nya Denara.
* * *
Setibanya di perusahaan, para karyawan menunduk hormat melihat kedatangan sang atasan.
Brian langsung berjalan menuju ruangannya yang ada di lantai sepuluh.
Hari ini sebenarnya Brian ada meeting bersama beberapa klien, tetapi karena terlalu asyik bermain bersama Ciko dan Cika, membuat dirinya lupa diri dan mengabaikan pekerjaan tersebut. Akan tetapi tadi dia sudah mengirimkan pesan kepada Dhafin, memerintah kepada Dhafin agar hari ini Dhafin yang menghendel meeting bersama klien.
Saat Brian sudah duduk di kursi kebesarannya, Dhafin datang menemuinya.
''Bagaimana pekerjaan hari ini, Dhafin?'' tanya Brian dengan sikap begitu berwibawa.
''Semuanya berjalan dengan baik Pak Brian,'' jawab Dhafin menunduk kecil.
''Kamu tidak telat lagi tadi, 'kan?''
''Tidak Pak,''
''Baguslah. Saya akan menambahkan bonus untuk kamu bulan ini, karena hari ini kamu telah menggantikan tugas saya menemui beberapa klien,''
''Terimakasih banyak Pak,'' Dhafin tersenyum senang.
''Iya, sama-sama,'' ujar Brian tersenyum simpul.
''Saya perhatikan sepertinya hari ini Pak Brian tengah bahagia, wajah Bapak terlihat cerah. Berbeda dengan hari-hari kemarin,'' lontar Dhafin lagi. Dhafin memang suka mencari muka di depan sang bos.
''Hmm, tadi saya habis bertemu dengan orang-orang yang membuat saya merasa nyaman dan bahagia,'' jelas Brian sembari mengingat wajah Denara, Ciko dan Cika.
''Syukurlah, saya ikut senang mendengarnya Pak,''
''Baiklah. Sekarang kamu sudah boleh keluar Dhafin,''
''Baik Pak,'' sahut Dhafin, lalu berjalan meninggalkan ruangan sang atasan dengan wajah tersenyum senang karena mendapatkan bonus dari Brian.
Laras pasti senang mendengar kabar baik ini. Ucap Dhafin di dalam hati.
Brian memang tidak tahu kalau Denara adalah mantan istri Dhafin, karena selama ini, kalau ada acara perusahaan, Dhafin tidak pernah membawa Denara dan anak-anak ikut bersamanya. Karena menurut Dhafin, Denara dan anak-anaknya akan membuat nya malu dengan penampilan mereka yang dianggap Dhafin sangatlah norak. Selama ini Dhafin selalu mengajak Laras pergi ke acara besar, karena ternyata sebenarnya Dhafin sudah lama berselingkuh bersama Laras di belakang Denara.
* * *
Malam harinya, Dhafin menceritakan kepada Laras tentang dirinya yang mendapatkan bonus dari sang bos.
Mendengar itu, Laras pun tersenyum bahagia. Dia memeluk tubuh Dhafin dengan begitu mesra.
''Tuh, 'kan apa aku bilang, karir kamu itu akan semakin bertambah bagus kalau kamu menikah sama aku dan membuang benalu benalu menyusahkan seperti Denara dan anak-anaknya,'' ujar Laras. Dan Dhafin manggut-manggut mendengarkan nya.
Setelah itu Dhafin meminta agar Laras segera bersiap-siap, Dhafin akan mengajak Laras makan malam bersama di restoran ternama.
* * *
Di tempat berbeda, Brian duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya. Sesekali dia menatap bulan dan bintang yang bersinar terang di langit sembari menikmati segelas teh.
Setelah itu, Brian mengambil ponselnya yang ada di atas meja di depannya, lalu dia mengirim pesan kepada seseorang.
''[ Lagi apa, Nara? ]'' tulis Brian dengan perasaan deg degan, karena ini merupakan kali pertamanya dia memulai chat bersama seorang wanita untuk menanyakan hal yang tidak penting dan tidak serius.
Tidak butuh waktu lama, Denara langsung membalas pesan dari Brian.
''[ Lagi duduk-duduk saja sama anak-anak. Ini Brian, ya? ]''
''[ Iya, ini aku Brian. Wah asyik dong. Aku jadi pengen duduk bergabung bersama kalian. Karena di sini aku hanya duduk sendiri berteman kan sepi, ]'' tulis Brian dengan wajah tersenyum di sertai detak jantung semakin cepat.
''[ Kamu bisa saja, ]'' balas Denara singkat.
''[ Denara, besok kamu datang ke perusahaan ini, ya, xxxxxx. Karena kebetulan di perusahaan itu sedang membutuhkan seorang sekretaris baru. ]''
''[ Baiklah Brian. Terimakasih banyak, ]''
''[ Iya, sama-sama Nara, ]'' balas Brian lagi. Panggilan Nara sudah menjadi panggilan khas nya untuk Denara.
Setelah itu Denara tidak membalas pesan Brian lagi. Bukan apa-apa, saat ini Denara tidak ingin dekat dengan pria manapun karena status pernikahan nya yang belum jelas secara negara. Karena dirinya dan Dhafin belum bercerai di pengadilan.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Nur Atika
Bye,kasih E thor,aku bacanya Bi tadi 😂😂
2023-09-08
0