Tawaran Brian

Sepulang dari kantor, Dhafin langsung saja menuju tempat agen penyalur pembantu, dia harus segera mencari pembantu agar setelah ini dirinya tidak kelaparan lagi saat berangkat bekerja. Pekerjaan hari ini sungguh terasa berat, karena dirinya tidak bisa berkonsentrasi.

Selain itu karena Laras juga sudah berulangkali menghubungi nya, meminta agar segera dicarikan pembantu untuk mencuci pakaian yang sudah menumpuk serta menyapu setiap sudut rumah yang sudah berdebu.

* * *

Setibanya di rumah, Dhafin langsung saja menemui sang istri yang ada di kamar. Lagi-lagi Dhafin merasa ada yang berbeda, biasanya Denara dan anak-anaknya akan menunggu kepulangan nya di depan pintu dengan wajah ceria, tapi kali ini tak lagi, Laras sama sekali tidak menyambut kepulangan Dhafin di depan pintu.

''Mas, mana pembantu nya?'' tanya Laras merengek manja begitu melihat kedatangan Dhafin.

''Nanti malam dia akan datang Sayang,'' sahut Dhafin seraya melepaskan dasi serta kancing kemeja.

''Yah . . . Lama amat,''

''Kamu sabar dulu, ya,'' ucap Dhafin lembut, dan Laras mengangguk kecil dengan wajah cemberut.

Dhafin memaklumi sikap manja dan malas Laras saat ini, karena Laras tengah mengandung anak nya.

* * *

Beberapa hari terlewati, akhirnya Daniah mengizinkan Denara untuk mencari pekerjaan.

Pagi-pagi sekali, Denara berangkat dari rumah dengan menggunakan motor metik yang ada di rumah ibu nya. Motor metik milik dia sewaktu masih gadis dulu, dan kini bisa ia pakai kembali.

''Hati-hati Mama,''

''Kami selalu mendoakan yang terbaik untuk Mama!'' seru Ciko dan Cika melepaskan kepergian sang mama. Mendengar itu, semakin bersemangat lah Denara untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, dia bertekad untuk terus mencukupi kebutuhan anak-anak nya serta Ibu nya, dan membuat orang-orang yang di cintainya bahagia.

Denara sudah tidak peduli lagi terhadap Dhafin, untuk proses cerai di pengadilan, dia serahkan semuanya kepada Dhafin. Denara tidak ingin pusing lagi memikirkan pria jahat tersebut. Sungguh, Denara sangat membenci Dhafin dan Laras atas sikap semena-mena mereka.

Denara melajukan motor nya kesebuah perusahaan, dia akan melamar pekerjaan sebagai seorang sekretaris.

Sebenarnya Denara sudah mempunyai pengalaman menjadi seorang sekretaris, karena sebelum menikah dengan Dhafin, Denara pernah bekerja sebagai seorang sekretaris di suatu perusahaan.

Saat ini penampilan Denara jauh lebih baik dari pada saat dia masih menjadi istri dari Dhafin. Tubuh nya yang dulu gendut, kini sudah sedikit langsing. Semenjak tinggal bersama sang ibu, berat tubuh Denara turun tujuh kilo, karena dia rajin joging pagi-pagi dan sang ibu juga rutin membuatkan jamu dari bahan-bahan alami yang berkhasiat untuk menurunkan berat badan serta mengencangkan dan menghaluskan kulit.

Denara bertekad ingin kembali cantik seperti masih gadis dulu, dan dia juga akan menjadi wanita karir yang tidak bergantung lagi pada yang namanya laki-laki. Sungguh, di hina rasanya sakit sekali.

* * *

Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, akhirnya Denara sampai di tempat tujuan, dia langsung saja menemui HRD, dan memberikan berkas-berkas lamarannya, tapi sayangnya di telat, karena kata HRD sudah ada seorang wanita yang melamar pekerjaan terlebih dahulu, dan wanita itu langsung di terima karena perusahaan itu sedang butuh sekali sekretaris untuk membantu sang atasan yang kewalahan dalam menghendel pekerjaan.

Akhirnya Denara berlalu dari perusahaan tersebut dengan langkah kaki gontai. Tadi malam susah payah dia mencari lowongan pekerjaan di sosial media, begitu datang, ternyata dia sudah terlambat.

''Ah, aku harus semangat,'' lirih Denara memaksa senyum menyemangati dirinya sendiri.

Lalu dia melajukan lagi motornya tidak tahu tujuan. Dia menempuh jalan raya dengan pikiran terus berkelana memikirkan masalah hidupnya.

Untuk harta gono-gini, Denara dan anak-anaknya tidak kebagian sepeserpun karena Dhafin dan Laras tidak sudi memberikan untuk Denara. Ingin menuntut mereka, Denara tidak punya biaya untuk menyewa jasa pengacara. Sungguh miris hidup Denara, karena dia yang dulu begitu pasrah dan patuh pada Dhafin. Kepikiran untuk mengambil sebagian harta yang dikumpulkan saat bersama Dhafin pun tidak.

Saat motor metik nya masih melaju di jalan raya, tiba-tiba saja motor tersebut berhenti mendadak, Denara kaget karena nya. Turun dirinya dari motor, lalu mulai memeriksa apa yang salah, bensin masih ada, dan . . . Setelah itu Denara tidak tahu di mana kerusakan yang terjadi pada motornya tersebut, karena motor tersebut memang sudah sedikit butut dan oli nya pun tidak pernah di ganti.

''Ya Allah, ada-ada saja. Bagaimana ini?'' gumam Denara, dia meminggirkan motor nya di pinggir jalan di bawah pohon, lalu mencoba dan mencoba lagi menstater motor, tetap saja motor tersebut tidak mau menyala.

Saat Denara merasa cemas dan gelisah, tiba-tiba saja sebuah mobil berhenti di dekatnya.

Sang pemilik mobil keluar, lalu menyapa Denara.

''Denara?!'' seru sang pria.

''Brian,'' timpal Denara kaget.

"'Lah, ketemu lagi kita. Aku kira siapa tadi,'' kata Brian tersenyum tipis.

''Iya,'' jawab Denara singkat.

''Motor nya kenapa dan anak-anak mana?'' tanya Brian.

''Enggak tahu, tiba-tiba saja motor nya mati sendiri. Anak-anak ada di rumah,'' jelas Denara.

Lalu Brian menawarkan diri untuk mencoba motor tersebut, dan hasilnya tetap sama, motor milik Denara memang tidak bisa dinyalakan lagi.

''Motornya perlu dibawa ke bengkel, Nara,'' kata Brian.

''Iya Brian. Motornya emang sudah lama tidak aku bawa, dan tadi sebelum berangkat juga lupa aku periksa dulu,''

''Kamu mau ke mana?'' Brian menatap Denara lekat, penampilan Denara yang sudah rapi membuat nya sedikit pangling, sangat berbeda dengan malam itu.

''Em . . . Sebenarnya aku mau cari kerjaan,'' jawab Denara lagi.

''Kerjaan?''

''Iya. Tapi, sepertinya tidak jadi. Karena aku harus pulang dan segera membawa motor aku ke bengkel,''

''Biar aku antar kamu pulang,''

''Tidak usah Brian. Aku tidak mau merepotkan kamu lagi,'' tolak Denara.

''Tidak apa-apa, aku tidak merasa direpotkan, selain itu aku juga ingin ketemu sama Ciko dan Cika,''

''Baiklah kalau begitu,'' akhirnya Denara menerima tawaran Brian, karena tak ada pilihan lain lagi.

Brian membuka pintu mobil untuk Denara, lalu mempersilahkan Denara masuk. Mendapati perlakuan baik dari Brian, membuat Denara merasa sedikit sungkan.

Selain itu Brian juga menghubungi montir untuk menjemput motor Denara.

Meskipun mereka baru saling mengenal tetapi Brian merasa sudah mengenal Denara cukup baik, entah kenapa dia merasa nyaman saja sama Denara.

Selama perjalanan, sesekali Brian dan Denara berbicara. Selalu saja Brian yang memulai obrolan, sedangkan Denara banyak diam nya.

Wanita kalem seperti Denara lah yang bisa membuat Brian jatuh hati, karena selama ini, banyak sekali wanita yang begitu agresif terhadap nya, wanita yang terang-terangan menyatakan cinta kepadanya dan hal itu membuat Brian risih. Tapi Denara tidak, Denara berbeda, dia seperti tidak haus dan berminat melihat pria tampan seperti Brian, hal itulah yang membuat Brian penasaran.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Patrick Khan

Patrick Khan

.otw jatuh cinta nie ye abang brian 😁

2023-04-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!