Degup Jantung

Andika mengusap kasar wajahnya.

“Aku duluan, ya.” Dengan rasa kecewa pemuda itu pergi sembari menepuk bahu kiri Muezza.

Tercetak jelas gurat kekecewaan di wajah pemuda itu. Memalukan sekali baginya, mengajak pacar orang lain pulang. Tanpa menunggu besok atau lusa, tutur bahasa Andika seketika berubah melihat Muezza memanggil guru olahraga yang notabene-nya masih sangat muda.

Wajah yang maskulin dan kulit sawo matangnya membuat guru olahraga tersebut semakin manis dan tampan, apa lagi jika dia tersenyum. Sungguh keindahan makhluk Tuhan yang hampir sempurna, tapi jangan salah hati Muezza Irabela hanya memiliki ruang untuk manusia bernama Alun Erasmus.

Benar, Muezza sangat menyukai kakak sahabatnya. Namun, dia tidak dapat mengutarakan isi hatinya. Menurutnya ‘seorang wanita hanya bisa menerima cinta' itu kata Muezza dan dia juga berpikir ‘seorang wanita tidak pantas mengutarakan isi hati'.

Kalian bertanya kenapa? Aku saja sebagai penciptanya juga tidak paham dengan jalan pikir si Mue minim akhlak ini.

“Kenapa tu cowok?” tanya Laras dengan dagu yang digunakan untuk menunjuk Andika.

“Kamu nanyak aku?” kata Muezza dengan telunjuk mengarah ke wajahnya sendiri.

“Kamu pikir aku nanyak sama nyamuk yang gigit jidat kamu?” ucap Laras kesal, gadis itu melayangkan tangannya dan mendarat sempurna di jidat Muezza.

Sontak gadis itu malang kerik dan sorot matanya menukik.

“Ampun Mue!” ujar Laras yang mengangkat kedua tangan yang menyatu.

Muezza merangkul erat leher Laras, lalu dia menyeret sahabatnya tersebut ke pinggir taman.

“Kamu tahu cewek idamannya?” tutur Muezza kalem.

Laras mengikuti pandangan mata sahabatnya itu.

“Kamu masih waraskan, Mue?” Gadis itu menatap lekat-lekat manik hitam milik Muezza.

Segera Muezza menepis kedua tangan Laras, “Emang kamu pikir aku gila!”

Bahu Laras terangkat lalu berkata, “Siapa tahu? ‘Kan kamu sama kayak kotak kado, banyak kejutan.”

Kelopak mata gadis itu terkatup rapat dan terdengar dengusan lirih.

“Aku serius Ayas ... cepat jawab pertanyaan ku!” desak Meuzza dengan wajah yang dibuat memelas.

“Nyerah aja deh, Mue! Abang ku tu manusia eror,” jawab Laras cepat.

Gadis berparas imut itu langsung menyandarkan tubuhnya di kursi taman, hatinya sakit mendengar kata ‘menyerah’ dari Laras. Dia benar-benar jatuh hati sejak melihat Alun di lapangan basket tiga tahun lalu, tapi dia baru mengatakan hal ini setahun setelah pertemuan itu kepada Laras.

“Dih dia sedih.” Sebelah alis Laras terangkat melihat wajah kusut Muezza.

“Diem lo!” sentak Muezza seraya mendorong pelan tubuh sahabatnya tersebut.

“Nih aku kasih tahu.” Penuturan Laras membuat Muezza bersemangat kembali.

Gadis imut yang mengenakan kebayang pastel green itu mendekat, lalu tangan kanannya menyangga dagu.

“Ini hanya asumsi aku aja, ya. Lebih detailnya gimana aku kurang paham,” jelas Laras pelan.

“Kayaknya sih, abang ku tu suka cewek yang tegas kagak kemayu. Tapi ... kelihatannya dia suka cewek yang anggun,” imbuh Laras panjang lebar.

“Astaga ... paket lengkap itu mah namanya. Aku ini gadis yang slengean mana bisa kayak gitu,” keluh Muezza selepas mendengar kriteria wanita idaman Alun.

“Tadi ‘kan sudah aku bilang, kalau itu hanya asumsi aku aja. Bagaimana jelasnya lebih baik kamu tanya sendiri, gih!” perintah Laras yang sudah tidak tahan melihat Muezza terus-terusan menekuk wajahnya.

"Aku bukan cewek genit, Ayas!" rengek Muezza dengan wajah cemberut.

Jika sudah pusing memikirkan sesuatu gadis itu langsung menggeliat tidak jelas sambil merintih kecil. Laras yang sudah hafal betul dengan tingkah laku Muezza hanya bisa diam dan menunggu di sampai gadis itu sampai dia puas melakukan hal tidak penting tersebut.

Sekian lama menunggu kebiasaan buruk Muezza tak kunjung usai membuat Laras bosan menunggu dan pada akhirnya gadis itu mengeluarkan ponsel dari saku rok tutu yang membalut bagian tubuh bawahnya. Entah kebetulan atau memang sengaja Alun menelepon Laras—gadis kesayangan seluruh keluarga Roberto Carlos.

“Ya Bang,” sahut Laras malas.

Mendengar kata 'bang' Muezza membungkam mulutnya serta melirik pelan ke arah Laras, segera gadis itu mengelus keningnya yang tiba-tiba berkeringat.

“Ayas, ajak Mue pulang bareng, ya?” Tersenyum jahat setelah melihat wajah blushing Muezza.

“Alright, thanks my brother.” Rayuan maut Laras agar kakaknya tidak menolak ataupun protes.

Karena setiap kali Laras mengajak Muezza, Alun akan segera menolak dengan seribu alasan yang menurut Laras tidak masuk akal. Entah apalah yang membuat pria itu tidak ingin membawa Muezza pulang bersamanya.

“Yuk, pulang!” ajak Laras penuh semangat.

“Kita pulang bareng nih?” Di saat-saat begini Muezza selalu bersikap bodoh dan tidak peka.

Laras mengembuskan napasnya secara kasar lalu menarik paksa tangan sahabatnya.

“Eh, tunggu-tunggu!” pekik Muezza seraya meraih topi toganya yang tergeletak di bangku taman sekolah.

Jantung Muezza mulai berdegup sangat kencang dia tidak dapat menyembunyikan kegugupannya, dari kejauhan manik hitam itu menangkap sosok pria yang sangat dia cintai.

Pria berbaju batik coklat berdiri tepat di depan mobil Mercedes Benz dengan jam tangan mahal yang melingkar menghiasi pergelangan tangan pria itu. Potongan rambut deddy membuat penampilan pria itu semakin menawan, senyumnya yang menampilkan lesung pipit membuatnya semakin manis.

Gadis mana yang tidak akan tergoda dan terpesona dengan aura positif yang dipancarkan pria itu. Muezza paham betul ada dinding pemisah di antara mereka dan ada jarak lautan yang sangat luas, meskipun dia mengetahui hal itu dia tetap jatuh cinta dan sayang kepada pria tersebut.

Kalian nanyak apa dinding pemisahnya? Besok deh aku kasih tahu.

“Kenapa kamu bengong Mue?” tanya Laras sambil menggerak-gerakan pergelangan tangan Muezza.

“Pe'ak, aku lagi gugup ini!” kata Muezza panik.

“Astaga ... Baru lihat dia aja Kamu sudah gugup bagaimana jika kamu dipeluk atau dicium? Mungkin kamu akan pingsan selama tujuh hari tujuh malam, ha-ha-ha ...,” ejek Laras sambil menyentuh pipi Muezza.

“Udah deh Ayas, jangan cengin aku terus!” pinta Muezza dengan kepala tertunduk malu.

“Ya Tuhan, kamu benaran malu Mue? Baru kali ini aku lihat Muezza Irabela si ratu slengean malu.” Alih-alih berhenti Laras semakin ngecengin Muezza.

Gelak tawa gadis berkebaya biru langit tersebut terdengar sangat jelas diujung taman, semua mata tertuju padanya. Sontak Laras menghentikan tawanya dan langsung berlari ke arah mobil hitam milik Alun yang disusul Muezza di belakangnya.

“Abang tahu enggak? Bocah ini ....” Laras menggantung ucapannya dan mata sipit itu melirik sekilas wajah Khawatir sahabatnya tersebut.

Ya Allah ... ni anak mau bikin aku maninggoy saat ini juga deh, protes Muezza dalam hatinya.

Gadis itu benar-benar khawatir jika sahabatnya nekat bilang kalau dia jatuh cinta kepada Alun, ditambah lirikan mata dan senyuman Laras semakin membuat kecemasan di hati Muezza.

Terpopuler

Comments

🍒⃞⃟🦅𝐍𝐔𝐑𒈒⃟ʟʙc𝐙⃝🦜

🍒⃞⃟🦅𝐍𝐔𝐑𒈒⃟ʟʙc𝐙⃝🦜

Laras usil sengaja buat muez jadi salting sampe samoe muez keringatan

2023-04-07

0

🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸

🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸

sadar diri ya muezza wkwk

2023-04-07

0

🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴

🦂⃟ғᴀᷤᴛᷤᴍᷫᴀ 🕊️⃝ᥴͨᏼᷛN⃟ʲᵃᵃ࿐📴

pasti deg degan sih kalau ketemu seseorang yg kita sukai 🤭😅

2023-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!