Bukan Lelakiku
Siswa siswi SMA Galaksi 9 tengah bergembira menyambut hari kelulusan mereka. Para siswi mengenakan kebaya modern dan siswa lainnya mengenakan setelan kemeja, sebagian murid membopong buket bunga untuk mereka berikan kepada kakak kelas mereka yang hendak merayakan kelulusannya.
"Selamat atas kelulusannya, Kak." Selepas memberikan buket siswi kelas 10 itu meninggalkan kakak kelas mereka.
"Belum sempet bilang makasih, udah pada kabur aja tu anak." Andika menatap temannya dengan tatapan jengah.
Mungkin yang lain asyik bergembira, tapi ada satu murid tengah termenung menatap keluar jendela. Tatapan sendunya menyapu halaman belakang sekolah, sesungguhnya di sana tidak ada pemandangan bagus ataupun pemandangan yang estetik seperti di laman internet.
Namun, entah kenapa dia begitu menikmati kesunyian dan embusan angin di pagi ini.
Lamunan gadis itu buyar tatkala temannya yang bernama Laras menepuk bahunya sambil berbisik sangat lirih.
“Aku ada di belakangmu, hi-hi-hi ....” Selepas berbisik horor gadis itu tertawa terbahak-bahak sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
Muezza yang menyandarkan tubuhnya di Railing void langsung berbalik menatap datar Laras yang jahilnya minta ampun.
“Bisa kagak sih, kamu rubah cara menatap orang!” tunjuk Laras dengan mata yang menyorot tajam.
“Mau mu, aku seperti ini?” tanya Muezza sambil menjulingkan matanya.
Laras yang sedari tadi menatap Muezza langsung menunduk dengan kepala yang menggeleng takut.
“Enggak kayak gitu juga kali Mue ...,” desis Laras sambil menakupkan kedua tangannya di sebagian wajah Muezza.
“Ribet amat dah!” decak Muezza seraya duduk di sebelah Laras.
“Ngomong-ngomong ... kamu mau kuliah di mana, Mue?” tanya Laras sembari melirik teman cantiknya.
Alih-alih bersuara gadis yang memiliki tahilalat di ujung hidung itu menggeleng pelan dan menyanggah dagunya dengan kedua tangannya.
"Kamu mau berhenti di sini aja?” Menatap penuh keseriusan.
“Entahlah?” ucap Muezza bingung.
Hening, tidak ada percakapan setelah kalimat itu. Dua gadis berparas imut tersebut menatap korden jendela kelasnya yang melambai-lambai akibat tertiup angin.
“Ngapain juga kita bengong di sini? Yuk, gabung sama anak-anak yang lain!” ajak Laras sembari merapikan tatanan rambutnya.
Derap langkah kaki mereka menggema memenuhi kelas yang kosong, tampak senyum gembira di setiap wajah teman-temannya. Tentu saja Muezza dan Laras ikut menyunggingkan senyuman termanis mereka.
Para murid mengucapkan selamat atas kelulusan mereka satu sama lain dan tidak lupa mereka mengabadikan momen bahagia ini dengan bersua foto bersama. Ketika Muezza berfoto dengan Andika ada sebuah tangan terjulur dan menarik lengan gadis itu hingga menciptakan jarak antaranya dengan Andika si ketua kelas.
Bisa dibilang, Andika—cowok terpopuler seantero sekolah. Banyak murid perempuan yang mengidolakannya, bahkan ada yang menginginkan cowok itu jadi pacar mereka. Ya, masa SMA memanglah menyenangkan.
“Eh ...,” pekik Muezza sambil menatap orang yang telah lancang menariknya dengan paksa.
Mata Muezza terbelalak ketika mengetahui siapa orang yang menariknya barusan.
“Ke mana Ayas, Mue?” tanya pria itu lembut sambil celingukan mencari keberadaan Laras.
Ingin rasanya Muezza menjawab dan menghambur pelukan, tapi lidahnya terasa keluh dan tubuhnya kaku tidak dapat bergerak.
Kenapa seperti ini? Bukankah aku harus menyapanya dengan lembut dan ramah-tamah. Sialan! Kata Muezza dalam hati yang terus-menerus merutuki dirinya sendiri.
“Hei!” cetus pria yang memiliki gaya rambut daddy.
Alun selalu memotong rambutnya dengan gaya rambut daddy, kesannya sama seperti model rambut curtain haircut. Bedanya hanya terletak pada potongan rambut yang mengikuti garis kepala. Aksen poni di bagian depan yang dibentuk menyamping juga menambah kesan lebih daddy pada tampilan formal Alun—kakak Laras.
Model rambut Alun sama persis dengan potongan rambut D.O EXO. Jangan tanya kenapa! Karena itu dilarang, bukan dilarang sih. Lebih tepatnya aku lagi sibuk mengulas kisah Mue dari pada kisah rambut Alun, ha-ha-ha.
“Emm, Ayas tadi p-pergi ke toilet ... ya dia ke toilet Mas," jawab Muezza gugup dengan jari telunjuk mengacung ke atas.
Jantung gadis itu berdegup kencang, rasa-rasanya organ tubuh yang memompa darah itu tersendat saat netranya menatap lekat wajah tampan Alun.
Kening Alun mengerut melihat kegugupan tercetak jelas di wajah gadis manis yang seusia dengan adik kesayangannya.
“Ayas di mana?” Alun kembali mengulang pertanyaan yang sama.
Lagi dan lagi, suara Muezza tidak dapat keluar dengan sempurna. Dia tetap gugup dan suaranya semakin terbata-bata, sungguh memalukan dan kejadian ini semakin membuatnya malu di depan Alun sang pujaan hati.
“Di t-toilet.”
Alun—cowok dingin dan kaku itu menggelengkan kepalanya pelan dan hanya meninggalkan Muezza yang memutar kepala mengikuti setiap langkah Alun hingga hilang.
“Ah ... tidak berguna!” pekiknya pelan, Muezza benar-benar tidak terima dengan tubuhnya yang tidak sinkron dengan isi hatinya.
“Apa yang tidak berguna, Mue?” sahut Andika yang sedari tadi memandangi cewek cantik tersebut.
Gadis yang memiliki tahilalat di ujung hidung itu memiringkan kepala demi menatap intens wajah Andika yang lumayan cakep, tapi tidak menarik menurut Muezza.
“Hmm, tidak ada. Aku hanya menggerutu tidak jelas saja,” jawabnya setelah sekian lama bungkam.
Dari kejauhan Vita memekikkan nama temannya sambil melambai.
“Mue, sini!”
“Oke, aku ke sana!” sahut Muezza dengan intonasi yang tinggi, “aku ke sana, ya.” Muezza menunjuk arah Vita berada.
Andika melempar senyum semringah sambil mengangguk pelan ketika melihat tingkah lucu Muezza.
***
Acara wisuda pun selesai tanpa ada suatu halangan. Dewan guru meminta para murid untuk berkumpul di depan sekolah, semua siswa siswi berdiri berdampingan dan tibalah saatnya toga yang mereka kenakan dilempar secara bersamaan.
Fotografer memotret dengan angel yang cukup tepat.
Fotografer berkacamata itu mengacungkan jempol ke atas menandakan foto yang beliau ambil sangat bagus.
Selepas sesi foto berlalu semua murid berhamburan ke sembarang arah. Ada yang pergi ke taman dan ada pula yang langsung pulang bersama orang tua mereka, ketika gadis bernama Muezza Irabela melangkah menuju pintu gerbang ada seorang pemuda berkulit putih menghentikan gerak kakinya.
“Mue!” panggil Andika dari ujung barisan.
“Emm,” sahut Muezza dengan ekspresi datarnya.
“Kamu mau pulang bareng aku?” tawar Andika antusias.
Muezza menggigit bibir bawahnya seraya melirik ke sana kemari mencari alasan untuk menolak tawaran tersebut.
“Gimana? Bareng aku atau enggak?” katanya memastikan keputusan Muezza.
“Gimana, ya ....” Gadis itu menggaruk pelan pelipisnya yang tidak terasa gatal, lalu dia mengangkat tangan kirinya seakan sedang melambai orang lain di belakang Andika.
“Kamu ada janji, ya?” cakap Andika sembari memalingkan pandangan untuk melihat siapa yang dipanggil Muezza.
Kepalanya bergerak maju dan alisnya hampir bertaut ketika mendapati siapa yang dipanggil Muezza.
Yang bener aje ni cewek? Kagak nyaka aku dengan seleranya, gerutu Andika yang mulai tidak puas dengan apa yang dia lihat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh Ⲋᥲᥣ᥉ᥲᖯเᥣᥲួ ້さ
aduh siapa sih yang gk pengen jadi pacar Andhika yg populer, ku juga pengen
2023-04-07
0
🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh Ⲋᥲᥣ᥉ᥲᖯเᥣᥲួ ້さ
wkwk gak gitu juga, ngakak plis
2023-04-07
0
𝐙⃝🦜ZifeiPeternakBurung
masa putih abu abu adalah masa paling indah teringat jaman SMA dl pulang sekolah dikejer² ama fans 😅
2023-04-07
0