lamaran dari Alzana

"Karena aku merasa nyaman saat bersamamu! Aku menyukai mu saat pertama kali melihatmu! Aku ingin kamu menjadi suamiku kelak. Maukah kamu menjadi suami masa depan ku Bang Azka??"

Deg!

Deg!

Jantung Azka bertalu-talu saat mendengarkan ucapan dari Alzana yang sednag melamarnya.

Mata Azka terpaku pada wajah ayu yang kini menatapnay dengan senyum lembutnya namun tersirat sendu di dalamnya.

"Kenapa kamu meminta Abang yang menjadi suami mu? Usia kita berbeda jauh. Kamu tidak akan pantas bersanding dengan lelaki tua seperti ku. Umurku saja sudah dua puluh sembilan tahun. Apakah pantas menjadi suami mu kelak? Di saat umurmu sudah dua puluh tahun, aku sudah berumur tiga pulu lima tahun?"

Alzana yang tadinya tersenyum mendadak muram seketika saat mendengar pernyatan Azka yang seperti menolaknya.

Azka masih menatap lekat gadis belia dihadapannya kini.

"Mami sama Papi juga gitu kok. Mereka menikah saat umur papi dua puluh sembilan tahun dan mami baru memasuki tujuh belas tahun. Apa salah nya?" lirih Alzana semakin sendu.

Azka mendadak tidak enak dibuat nya. "Bu-bukan begitu maksud abang, Dek. Oke! Gini aja. Sekarang jelaskan sama Abang, kenapa kamu segitu beraninya melamar Abang. Padahala kamu baru saja melihat Abang? Kita baru saja bertemu. Nggak mungkin dong langsung suka? Boleh Abang tahu apa masalahmu? Hingga menikahlah yang menjadi jalan keluarnya?"

Deg!

Deg!

Seakan Azka tahu apa yang menjadi masalahnya, ia semakin menunduk dalam dengan bahu bergetar.

Lagi, Azka menghela nafas panjang. Ia butuh stok sabar yang lebih lagi menghadapi gadis labil dihadapannya ini.

"Jawab dek. Agar Abang bisa mengatakan apa yang sebenarnya menjadi keinginan Abang," pancingnya agar Alzana mau berbicara dan bukannya menangis.

Karena Azka tidak suka melihat wanita menangis, siapa pun itu. Ada kejadian pahit saat melihat wanita menangis di hadapannya.

Alzana mendongak padanya. Azka tersenyum teduh padanya. Ternyata pancingan nya berhasil hingga membuat gadis labil itu menoleh padanya.

"Beneran abang ingin tahu apa yang menjadi alasan ku?"

Azka mengangguk. "Tentu. Jika kamu tidak mengatakannya bagaimana bisa abang memutuskannya?"

Alzana tersenyum rang. Azka menaikkan alisnya saat melihat wajah sumringah dari gadis di hadapannya ini.

"Karena memang inilah janjiku yang ku buat sama Allah. Jika suatu saat aku terjatuh dan ada seorang pemuda yang menggendong ku tanpa memikirkan rasa nyaman, maka akan kujadikan suami masa depan ku!"

Deg!

"Kok gitu?" tanya Azka semakin penasaran dengan jantung berdegup dua kali lebih kencang.

Alzana tersenyu sendu padanya yang membuat Azka semakin penasaran dengan kelanjutannya jawaban dari Alzana, gadis kecil yang sudah berhasil mengambil hatinya pada saat pertama kali bertemu.

"Ada kisah pahit yang aku alami selama ini. Dan hanya aku sendiri yang tahu. Abang ingin mendengarnya tidak? Jika iya akan aku ceritakan, jika tidak, juga tidak apa-apa." Jawabnya dengan wajah yang semakin sendu.

"Ceritakan! Sepahit apa kehidupan mu sampai-sampai kamu berani melamar pria tua yang baru saja kamu temui? Bahkan kita belum saling mengenal tapi kamu sudah berani melamar Abang."

Ucapnya pada Alzana yang kini akan siap bercerita dengannya tentang kisah pahit yang selama ini ia pendam sendiri tanpa seorang pun ada yang tahu rasa sakit dihatinya hingga begitu lama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!