Keinginan Alzana

Selesai dengan memijat kaki Alzana, kini Azka sedang berada di kamar mandi mencuci tangan sekalian membuang air keci yang sempat ia tahan karena harus mengurut kaki Alzana.

Ia menatap pantulan wajahnya di cermin. Azka menepuk kedua pipi dan mengerjabkan matanya berulang kali saat melihat pantulan wajah ayu Alzana di cermin.

Ia salah tingkah sendiri karena mengingat bisikan Alzana tadi padanya ketika ketiga lelaki itu sibuk berbicara.

"Abang!"

"Hem?"

Deg!

Azka terkejut saat melihat wajah Ayu Alzana begitu dekat dengan nya saat ini.

Azka melengos, dan itu berhasil membuat Zee berbisik lirih di telinganya.

"Terimakasih karena sudah menolongku. Sebagai gantinya, Abang boleh memintaku sama Papi untuk dijadikan istri. Tetapi tunggu dua tahun lagi!"

Deg!

Deg!

Jantung Azka seperti ingin melompat keluar saat mendengar bisikan lirih dari Alzana yang sering dipanggil dengan Al, Za, dan Na itu.

Azka tidak menjawab ucapan Alzana, ia memilih berdehem untuk mengurangi rasa gugupnya saat berdekatan dengan Alzana.

"Em.. Sebaiknya saya harus keluar sekarang!" katanya pada Alzana yang kini mendadak meredup mendengar ucapan Azka.

Wajah itu mendadak sendu. Azka mematung. Ia bisa melihat raut wajah Alzana yang mendadak sendu setelah tidak mendengar jawaban darinya.

Azka melihat pada Rayyan. Ia tersenyum dan mengangguk.

"Ayo kita keluar, mereka ingin bicara sebentar. Pintu kami buka ya Bang?"

Azka tersenyum dan mengangguk. "Terimakasih Ray.."

"Tapi Om?"

"Udah.. Biarkan dulu adikmu berbicara dengan Azka. Seprertinya ada yang harus ia bicarakan berdua. Kita cukup berdiri di depan pintu ini. Ingat? Pintu kan nggak di tutup?" ucap Rayyan menenangkan kedua saudara Alzana yang kini gelisah meninggalkan adiknya bersama pemuda asing.

Setahunya, Alzana tidak mau berdekatan dengan siapa pun selain dengan mereka berdua dan juga sang papi.

Bahkan Bang Prince saja Alzana menjaga jarak. Almaira lah yang sering berdekatan dengan Prince putra bungsu Uwak Ira yang kini kuliah di Singapura.

Dan keduanya pun akan segera menyusul Prince ke Singapura untuk melnajutkan kuliah mereka disana.

Ketiga orang itu berlalu dan menunggu di depan pintu yang terbuka separuhnya. Dan bisa terlihat jelas keduanya sedang berdiaman.

Azka menatap lekat pada Alzana yang kini menunduk dengan tangan memilin ujung bajunya.

"Katakan! Apa yang ingin kamu katakan!" tegas Azka dengan suara lembutnya yang membuat Alzana mendongak dan melihat padanya dengan mata berkaca-kaca.

"Kenapa kamu baik padaku? Sementara sepupu ku yang lain menganggapku berbeda?"

Deg!

Azka menatap lekat wajah Alzana yang kini sudah menangis. "Karena aku merasa nyaman berada di dekatmu."

"Seperti apa kenyamanan yang Abang rasakan saat bersamaku?"

Azka tersenyum, "Rasa nyaman yang timbul langsung dari hati." Jawabnya simple

Lagi, mata Alzana berkaca-kaca. "Tapi.. Tapi.. Semua sepuku yang laki-laki bilang. Kalau mereka berada di dekatku selalu tidak merasa nyaman.. Lalu bagiamana bisa Abang merasa nyaman dengan ku?"

Azka tersenyum lagi. Ternyata ini yang menjadi kekalutan gadis dihadapannya ini. Baru pertama kali bertemu sudah menggetarkan hatinya.

"Karena pertama kali aku melihatmu, hati dan jantungku bergetar. Untuk pertama kalinya aku melihat seorang gadis yang bisa menggetarkan hati seorang Azka Dharmawan yang selalu dianggap dingin kepada setiap perempuan. Tetapi berbeda ketika dengan mu. Kamu tidak seperti itu. Sekarang Abang tanya. Kenapa kamu mau Abang gendong tadi?"

Deg!

Deg!

Jantung Alzana bertalu-talu. Ia menatap lekat pada manik mata coklat yang kini menatapnya dengan tatapan teduhnya.

Senyum manis tersungging di bibir tipisnya.

"Karena aku merasa nyaman saat bersamamu! Aku menyukai mu saat pertama kali melihatmu! Aku ingin kamu menjadi suamiku kelak. Maukah kamu menjadi suami masa depan ku Bang Azka??"

Deg!

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***