Chester mengetuk berapa kali pintu kamar Jennixia tapi masih saja tidak ada sahutan.
"Jen, keluarlah makan dulu, lalu aku akan menjelaskan kepadamu." Ucap Chester yang masih betah berdiri di depan pintu kamar Jennixia. "Ayolah Jen, kalau kamu tidak makan nanti kamu bakalan jatuh sakit," lanjutnya lagi.
Chester menghela nafas panjang, nampaknya Jennixia benar-benar marah padanya.
Flashback on..
"Maaf Jen, memang aku yang membelimu tapi tolong dengar penjelasanku." Ucap Chester dengan nada lembut.
"Om sama-sama menjijikkan, sama seperti Ayah!" Teriak Jennixia sambil menangis lalu berlari menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Chester mengejar Jennixia tapi langkah Jennixia lebih cepat.
Flashback end...
Nera dan Mei datang menyusuli Chester dan Jennixia.
"Tuan." Panggil Nera dengan sedikit gugup karena takut kena amukan Chester yang sedang tidak mood untuk diganggu.
Chester dengan wajah dinginnya menatap ke arah Nera dan Mei.
"Ada apa?"
Mei memberanikan diri untuk bersuara.
"Maaf jika saya lancang Tuan, tapi... bisakah biar saya yang membujuk Nona karena mungkin saja Nona mau mendengarkan perkataan saya." Ucap Mei berhati-hati.
Chester mendengus kasar lalu ingin menyangkal ucapan Mei tapi Nera sudah lebih dahulu berkata.
"Benar Tuan, lagian selama ini hanya Mei yang selalu berada di sisi Nona, saya saja Nona sering tolak tapi kalau dengan Mei Nona agak berbeda." Ungkap Nera.
Mau tidak mau Chester terpaksa setuju dan membiarkan Mei yang mengetuk pintu kamar Jennixia. Chester memberi ruang untuk Mei berada di depan pintu kamar Jennixia.
"Nona, ini Mei bukalah pintumu atau saya sentuh semua bunga-bungaan di laman belakang dan buat menjadi laman Mei bukan laman Nona." Ucap Mei mengancam Jennixia sambil mengetuk perlahan pintu kamarnya.
Di dalam kamar, Jennixia mulai khawatir Mei benar-benar akan membuat bunga yang bersusah payah dia tanam menjadi milik Mei. Jennixia tidak bisa membiarkan hal ini berlaku dia harus keluar dan mengatakan tidak kepada Mei.
Tapi di depan kamarnya masih ada Chester, dia belum siap bertemu dengan Chester rasa kesal terhadap orang yang pernah dia bantu dulu sangat besar.
Chester memandang Mei dengan tatapan sinis.
"Kan, aku sa..."
Kreeekkk....
"Kemari kau Mei." Jennixia membuka pintunya tiba-tiba lalu menarik Mei masuk ke dalam kamarnya secara paksa, lalu dia tutup kembali pintunya dengan bunyi yanh keras.
Dumpp....
Chester terdiam seribu bahasa, dia tidak menyangka Jennixia akan lebih mendengar perkataan Mei dibandingkan dengan dirinya.
Nera menahan tawanya melihat wajah kesal Chester.
"Ehem, Tuan sebentar lagi pasti Nona akan keluar percayakan saja pada Mei."
Chester langsung saja membalikkan badannya lalu menuju ke arah lift.
"Nera biarkan mereka berdua, kau juga turunlah denganku. Aku ingin menanyakan tentang Mei." Ucapnya sebelum berlalu pergi.
Nera menggelengkan kepalanya ingin tertawa tapi takut terkena amukan Tuannya yang sedang kesal.
....
Di dalam kamar Jennixia.
"Mei, awas aja kalau Mei berani ambil hak atas bunga Jenni." Ucap Jennixia sambil mengerucutkan bibirnya setelah menarik paksa Mei masuk ke dalam kamarnya.
Mei tertawa geli melihat wajah merajuk Jennixia.
"Mana berani saya Nona, yang ada Tuan akan memotong duluan tangan saya." Ujar Mei sambil terkekeh.
Jennixia yang mendengarkan nama Chester langsung membuang mukanya.
Jennixia kesal kenapa harus Chester orang yang membelinya itu.
Mei tahu Jennixia sedang kesal, dia mendekatinya lalu berbicara.
"Nona, ehm Mei mau bertanya tapi Nona harus jawab ya."
Jennixia menatap Mei lalu menganggukkan kepalanya.
"Begini, kalau Nona dalam situasi mendesak dan sangat membutuhkan uang lalu ada dua orang pria menawarkan uang, satu menawarkan sejumlah uang kepada Nona untuk menjadi wanita klub dan satu merupakan teman Nona yang mau membayar Nona dan menjaga harga diri Nona." Terang Mei.
"Ok persoalannya sekarang, Nona pilih yang mana? Pria yang menawarkan kerja klub atau teman pria yang menjaga Nona?" Lanjut Mei lagi.
Jennixia dengan polos menjawab.
"Ya sudah tentu Jenni pilih teman pria, lagian buat apa Jenni mau bekerja menjadi wanita klub bukankah itu sangat murahan."
Mei tersenyum mendengar jawaban yang tepat untuk soalannya.
"So, apa Nona ingin memaafkan Tuan?"
Jennixia mendengus kesal.
"Tidak ada kaitannya dengan Pak tua itu."
Lagi-lagi Mei dibuat tertawa oleh ucapan polos Jennixia tapi dia kembali serius.
"Ada sih kaitannya, ehm Nona belum tau ya?
Jennixia menaikan alisnya karena penasaran dengan ucapan Mei. Tapi Mei sengaja memancing rasa penasarannya.
"Kasih tau tidak ya ehm." Ucap Mei. "Lebih baik tidak usah saja biar Nona penasaran." sambungnya lagi.
Jennixia yang kesal dengan sikap Mei mulai menggerutu.
"Ish, apaan sih nggak jelas jadi orang."
Mei terkekeh mendengar ucapan Jennixia, tapi pada akhirnya dia tetap memberitahu tentang kenapa Chester membeli Jennixia.
Flashback on.
Awal cerita sebelum Jennixia dijual Ayah tirinya.
Keadaan keuangan mereka sudah semakin menipis, biaya berobat Ibu Jennixia juga masih banyak yang tertunggak.
Dokter mengatakan jika tidak dilunasi maka operasi membuang kanker tidak bisa dilaksanakan. Pikiran Ayah tirinya menjadi buntu entah harus dapat uang sebesar 500juta untuk biaya Ibu Jennixia.
Sehingga sewaktu Ayahnya berjalan kaki dengan pikiran yang kalut, dia melihat ada pria gemuk yang membawa wanita cantik memasuki klub yang ternama.
Paras wanita itu sungguh cantik dan tampak masih muda, waktu itulah Ayah tirinya terpikir untuk menjual Jennixia di klub itu, dia berencana mengenakan harga 700juta untuk diri Jennixia.
Ayah tirinya sudah berjumpa dengan pemilik klub itu dan mereka menyetujui hanya dengan 500juta. Awalnya Ayahnya protes tapi karena uang itu baginya kurang lagian rupa paras Jennixia bisa mendapatkan nilai yang tinggi.
Harga Jennixia jatuh pada 600juta, perjanjian mereka adalah membawa Jennixia ke tempat itu barulah uang akan diberi.
Mujur saja hal itu kedengaran sampai ke telinga Chester, dan Chester bertindak lebih dahulu dengan menawarkan 1miliar untuk Ayah tirinya dengan syarat Jennixia harus menjadi miliknya.
Flashback end.
Setelah mendengar cerita dari Mei, Jennixia menunduk malu. Dia tidak bisa membayangkan dirinya berada di klub sebagai wanita murahan.
Air matanya mengalir, dia merasa bersalah karena telah marah pada Chester yang telah menyelamatkannya.
Jennixia tiba-tiba berdiri lalu berjalan dengan lunglai menuju ke pintu. Rasa berat dikakinya mengetahui kenyataan yang pahit itu, mujur saja masih ada Chester yang mau membelinya dan berlaku baik dengannya.
"Nona mau ke mana?" Mei bergegas mendapatkan Jennixia.
"Mei, Jenni salah tidak sepatutnya Jenni melontarkan perkataan tadi." Ucapnya merasa sangat bersalah.
Mei tersenyum lalu membantu memapah Jennixia untuk keluar dari kamarnya untuk bertemu denhan Chester.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
rosenin
jenni gemessss
2023-09-23
1