Alex pergi meninggalkan tempat itu bersama sang asisten Doyi.
"Aku akan membalas semua perbuatanmu, kau tunggu saatnya nanti." Gumumnya dalam hati.
....
Masalah yang berlaku di tapak penerimaan barang sudah selesai. Sebelum Chester pergi dia sempat berpesan kepada para anak buahnya agar menghapuskan semua mayat yang ada di tempat itu supaya tidak memacing kecurigaan pihak berwajib.
Chester dihantar oleh sopirnya menuju ke mansionnya, hatinya mulai berbunga-bunga, raut wajah yang tegang tadi kini berubah menjadi sumringgah.
Tidak lupa Chester memberitahu Nera agar tidak usah menyambut kepulangannya karena dia tidak mau membuat Jennixia syok melihat kedatangannya.
Tapi namanya juga para pelayan dan pengawal yang setia kepadanya, mereka merasa menyambut kepulangan Tuan mereka adalah hal yang wajib biarpun tidak melakukan secara terang-terangan.
Di dalam mansion.
Seluruh pelayan dan pengawal begitu sibuk hari ini tidak seperti biasanya. Menurut Jennixia mereka kelihatan lebih bersemangat dan serius, oleh itu dia juga berpikir dia harus serius menanam bunga-bunga yang cantik ini biar suasana mansion akan jadi lebih adem.
Jennixia berada di laman belakang mansion sambil memindahkan bunga-bunga yang telah di beli tadi di atas tanah laman itu. Mei hendak membantunya tapi Jennixia melarang keras.
"Mei jangan coba-coba menyentuh tanaman ini karna Mei masih memanggil Jenni dengan sebutan Nona." Celetuk Jennixia.
Mei hanya menggelengkan kepalanya, dia merasa Nona mereka ini terlalu lucu dan berbeda. Siapa tidak kenal dengan Chester, mafia kejam yang bergelimang harta, pasti siapa pun yang bersamanya akan memiliki sifat sombong karena kekayaan.
Tapi sifat sombong itu sama sekali tidak dimiliki oleh Jennixia, entah nanti di saat ia benar-benar menikahi Chester, Mei berharap sifat Jennixia tidak akan pernah berubah.
Kini jam sudah menunjukkan hampir jam 12 siang, Chester telah sampai di mansionnya tanpa diketahui oleh Jennixia.
"Di mana dia?" Tanya Chester pada Nera yang sudah berdiri di depan pintu utama mansion.
"Nona masih di laman belakang Tuan." Jawab Nera.
"Ehm, siapkan makan siang kami akan makan bersama." Ucap Chester sambil menuju ke arah pintu samping untuk menuju ke belakag mansion.
Mei masih setia berdiri di dekat Jennixia, ia menyadari kedatangan Chester lalu menundukkan tanda hormat lalu meninggalkan Chester bersama Jennixia di laman itu.
"Mei, tolong berikan Jenni sekop dan sekalian sambungkan air ke selang ini, Jenni ingin sekalian menyiramnya." Ucap Jennixia tanpa melihat ke arah belakangnya.
Tanpa menjawab Chester segera melakukan hal yang di ucapkan oleh Jennixia tadi. Chester tersenyum melihat Jennixia yang belum sadar akan kedatangannya.
Sehingga dia memberikan sekop dan selang barulah Jennixia merasa aneh kenapa Mei tidak berbicara padanya.
"Mei..." Panggil Jennixia yang masih menunduk menata bunganya.
Tidak ada jawaban mau pun sahutan dari Mei membuat Jennixia menoleh ke belakang untuk melihat keberadaan Mei.
"Aakk..." Pekiknya karena kaget. "Eh kau," Lanjutnya lagi sambil menatap bingung ke arah Chester.
"Ya?" Chester mulai tersenyum geli melihat kepolosan wajah Jennixia.
"Sepertinya Jenni pernah melihatmu tapi di mana ya? Wajahmu sangat familiar, toko bunga? Tetangga? Toko buku? Arghh, Jenni tidak bisa mengingatnya." Gerutu Jennixia sambil menatap lekat wajah Chester.
Raut wajah Chester berubah sedih apabila mengetahui Jennixia tidak ingat akan dirinya. Padahal dia sudah mewanti-wanti bagaimana reaksi Jennixia setelah bertemu lagi dengan dirinya.
Chester tidak berkata apa-apa, rasa sedih menyeruak dalam dirinya sehingga membuat Jennixia menjadi serba salah.
"Eh, kamu sedih? Maaf Jenni tidak bermaksud membuatmu sedih." Jennixia berdiri lalu mendekat ke arah Chester.
Jennixia tidak tahu harus berbuat apa, karena tiba-tiba saja ada pria tampan datang ke sini dan sekarang pria ini terlihat sangat menyedihkan.
Chester membalas tatapan Jennixia lalu berkata.
"Apa kamu benar tidak mengingatku?" Tanya Chester lagi dengan nada berharap.
Suara bariton yang terdengar di telinga Jennixia seperti sangat familiar tapi ya dia benar-benar lupa, di mana dia pernah bertemu dengan pria tampan ini.
"Maaf, adakah kita pernah bertemu?" tanya Jennixia berhati-hati karena takut membuat pria tadi menjadi sedih.
Chester mendekatkan lagi wajahnya ke wajah Jennixia, tatapan matanya sangat mempersonakan dengan gurat tegas pada bentuk wajahnya, dan hidung mancung serta bibir yang nampak merah muda yang tipis.
Memang sempurna ciptaan Tuhan yang Jennixia temui ini.
"Jenni, aku Chester pria yang pernah kau bantu 5 tahun lalu." Chester memecahkan lamunan Jennixia.
Kedua alis Jennixia berkerut, dia baru teringat dengan kejadian sewaktu dia masih berumur 14tahun itu. Memang kejadiannya sedikit mengerikan tapi tidak membuat Jennixia merasa trauma.
Tanpa Chester duga, Jennixia memeluk dirinya lalu berkata.
"Om Chester lama tidak bertemu."
Baru saja hendak berbahagia karena dapat pelukan dari Jennixia kini luruh semua kebahagiaannya karena Jennixia masih saja memanggilnya dengan sebutan "Om" sama seperti 5 tahun yang lalu. Padahal usianya baru saja memasuki 32 tahun.
Jennixia melepaskan pelukannya lalu tersenyum bahagia menatap wajah cemberut Chester.
Jennixia mencuci tangannya lalu mengajak Chester untuk duduk bersamanya di pondok yang disediakan khusus untuknya.
"Oh ya, bagaimana Om bisa sampai ke sini?" Jennixia belum sadar bahwa Chester adalah orang yang membelinya.
Chester tersenyum paksa dan tidak mengatakan apa-apa. Sungguh kesal hatinya mendengar panggilan yang Jennixia sematkan untuk dirinya.
Jennixia banyak bercerita dengan Chester tapi Chester menanggapi dengan mengangguk dan berkata "Oh ya" saja. Sehingga tiba-tiba perut Jennixia berbunyi.
"Kamu lapar?" tanya Chester yang turut mendengar bunyi keroncong perut Jennixia.
Jennixia mengangguk malu.
"Yuk, kita makan bersama." Ucap Chester mengajak Jennixia makan siang bersamanya.
Setelah memasuki Jennixia sempat merasa aneh karena pengawal dan pelayan sudah berdiri berjejeran sambil menundukkan kepala mereka.
Nera juga terlihat di antara mereka dan barulah Jennixia kembali teringat ucapan Mei sewaktu kali pertama bertemu dengannya.
"Chester Mc Cloud."
Nama yang terlintas di pikiran Jennixia membuatnya menjadi kaku dan mematikan langkahnya. Jennixia menatap punggung Chester dengan seluruh tubuh yang gementar.
"Tu-tunggu..." Ucap Jennixia lirih tapi masih mampu di dengar oleh Chester.
Chester yang tadinya berjalan di hadapan Jennixia kini berhenti lalu membalik badannya untuk menatap Jennixia.
"Kenapa Jen?" Tanya Chester yang bingung dan cemas karena melihat wajah Jennixia tiba-tiba saja memucat dan berkeringat.
Chester ingin mendekati Jennixia tapi diberhentikan oleh Jennixia.
"Jangan, jangan dekati Jenni." Serunya dengan nada gementar.
Chester tidak melanjutkan langkahnya dan berhenti tepat di depan Jennixia.
"Apa Om...yang membeliku?" Tanya Jennixia, kali ini tatapan mata Jennixia sudah berkaca, karena tidak siap mendengar kenyataannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
liyyy
ayolah bum 32 itu uda om²
2023-10-15
2
Dear_Y
ihiiirrrr kasmaran
2023-04-11
2