Jennixia kini tinggal sendiri di dalam kamarnya. Baru saja hendak memasuki kamar mandi tiba-tiba pintu kamar Jennixia di ketuk, dia pun berlari kecil untuk segera membuka pintu kamarnya itu.
Seorang gadis mungkin hampir seusianya telah berdiri di depan pintu kamarnya sambil menunjukkan wajah yang sumringgah.
Jennixia menaikan kedua alisnya, menatap bingung dengan kehadiran seorang gadis itu.
"Selamat siang Nona, nama saya Mei, saya di tugaskan untuk menjadi pelayan pribadi Nona." Ucapnya sambil memperkenalkan dirinya.
Mulut Jennixia kembali dibuat terbuka karena menganga, betapa hari ini banyak kejutan yang ia terima. Padahal tadi ia baru saja meratapi hidupnya yang terasa sangat memilukan tapi semuanya berubah dalam sekelip mata setelah ia sampai di mansion mewah ini.
"Hihi, Nona anda sungguh menggemaskan." Tegur Mei sambil terkekeh geli melihat kepolosan wajah Jennixia.
"Hehh, maaf maaf... Ehm mari masuk kita ngobrol di dalam saja yuk." Jennixia mempersilakan Mei masuk dengan ramahnya ia merasa seperti mendapat teman baru di tempat yang baru.
Mei mengikuti langkah Jennixia dan kini mereka duduk bersama disofa yang ada di dalam kamarnya. Awalnya Mei menolak karena alasannya dia cuma pelayan biasa dan Jennixia adalah majikannya. Tapi Jennixia berhasil membujuknya.
Jennixia sebenarnya tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Mei.
"Mei, Ehmm kamu bisakan panggil Jenni saja, tidak usah Nona-nona itulah, lagian Jenni bukan Nonamu Mei." Seloroh Jennixia sambil memainkan rambut panjangnya yang tergerai indah.
"Maaf Nona, saya tidak bisa. Ini arahan dari Tuan, lagian Nona adalah majikan, saya adalah pelayan." Kata-kata itu lagi yang di dengar oleh Jennixia, seperti kata yang sudah di hafalkan untuk ujian akhir.
"Ehm, tapi aku bukan majikanmu." Ungkap Jennixia. "Aku mungkin lebih rendah di bandingkan dirimu Mei yang bekerja dan mendapatkan uang dari cara yang halal tapi tidak denganku," lanjutnya lagi kini suara ceria Jennixia berubah menjadi sendu.
Mei sudah mengetahui semua tentang Jennixia karena sebelum dia diberikan tanggungjawab ini dia menghadapi Nera, seorang kepala sekretaris yang tegas dalam melaksanakan setiap tugasnya, memberi dan memilih pelayan pribadi untuk Jennixia juga merupakan tugas Nera.
Oleh itu sebelum memulai pekerjaannya, Mei telah diberitahu sedikit tentang keadaan Jennixia. Dan alasan kenapa Tuan mereka sangat menginginkannya.
Mei menepuk pundak Jennixia dengan perlahan lalu berkata.
"Nona, anda pasti akan bahagia berada di sini. Percayalah dan jangan rendahkan harga dirimu Nona."
Jennixia mengangkat kepalanya lalu menatap wajah Mei, dia tiba-tiba menghamburkan pelukkan ke arah Mei dan Mei menyambutnya dengan pelukkan yang hangat.
"Saya juga akan senantiasa berada di sini Nona." Ucap Mei lirih.
Setelah adegan itu, Mei memberitahu dengan Jennixia bahwa dia harus bersiap karena sebentar lagi akan makan siang. Mei juga menawarkan untuk memandikan Jennixia tapi Jennixia segera menolak dan menyuruhnya menunggu hingga dirinya selesai.
Mei membantu mengeringkan rambut panjang Jennixia menggunakan hairdryer.
"Mei, siapa nama Tuan kita dan Tuan ada di mana sekarang? Apa lagi keluar?" Tanya Jennixia karena dari tadi dia sudah menyimpan rasa penasarannya.
Mei mengulas senyumannya lalu menjawab pertanyaan Jennixia.
"Nama Tuan, Chester Mc Cloud dan sekarang Tuan ada di Itali mengurus perusahaan cabang baru di sana."
Jennixia mengangguk.
"Chester Mc Cloud, ehmm." Batinnya.
Kini Jennixia bersama Mei turun melewati anak tangga yang sungguh panjang. Jennixia lebih memilih menggunakan tangga ketimbang harus menaiki lift, dari sini ia bisa melihat keadaan di dalam mansion.
Wajah para pelayan berbinar dan sumringgah setelah melihat Jennixia yang sedang menurun anak tangga. Ada pengawal yang bersiap sedia di tangga terbawah untuk memastikan Jennixia tidak mengalami kesulitan sewaktu menuruni setiap anak tangga.
Benar-benar ya di manjakan sekali Jennixia oleh si Tuan Chester.
Para pelayan menyambut Jennixia di ruang makan lalu mempersilakan Jennixia untuk makan.
Mata Jennixia membulat sempurna karena makanan yang dihidangkan oleh para pelayan memang sangat membuatnya menelan air luarnya berkali-kali dan baru pertama kali dia melihat hidangan mewah yang begitu banyak.
Jennixia duduk di meja itu, Mei melayaninya dengan memasukkan berbagai macam makanan di atas piringnya. Baru saja hendak mulai makan tapi Jennixia kembali merasa aneh.
"Kenapa kalian tidak duduk?" Ucap Jennixia lalu melihat para pelayan yang masih berdiri dan hanya tersenyum melihatnya.
Tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan Jennixia, sehingga Jennixia menatap ke arah Mei dan meminta jawabannya.
"Maaf Nona, kami cuma pelayan dan tidak pantas untuk duduk semeja dengan Nona." Bisik Mei.
Jennixia langsung meletakkan sendok dan garfu yang telah ia pegang tadi lalu berdiri dari tempat duduknya. Jennixia berlalu pergi dari ruang makan tanpa berkata apa-apa.
Para pelayan saling berbalas tatapan karena mereka merasa aneh dengan Jennixia yang tidak jadi makan. Mei langsung saja mengejar Jennixia.
"Nona, tunggu. Nona mau ke mana? Nona belum selesai makan tadi." Ujar Mei sambil berjalan mengejar langkah Jennixia yang sangat cepat.
Tiba-tiba Jennixia berhenti lalu membalikkan tubuhnya, hampir saja Mei menabraknya mujur saja dia masih sempat menstabilkan langkahnya.
"Nona?" Panggil Mei.
"Mei, berhentilah memanggilku nona dan nona. Namaku Jenni dan Jenni tidak ingin makan sendiri, Jenni mau kalian makan bersama Jenni dan Jenni tidak mau dilayani seperti raja." Ucap Jennixia dengan nada yang berubah sendu.
"Kalau kalian tau Jenni ada di sini karena uang yang ditawarkan Tuan Chester. Harga diri Jenni lebih rendah dari kalian," lanjutnya lagi. Air mata telah membasahi seluruh wajah Jennixia.
....
Deg!!
Chester yang baru saja tersenyum melihat tingkah Jennixia dalam video yang di kirim oleh Nera, kini dibuat rasa bersalah.
"Apa mungkin tindakanku membuat Jenni merasa harga dirinya rendah." Ucapnya sambil mengusap layar yang menunjukkan wajah Jennixia yang sedang menangis.
"Jangan menangis seperti itu, maafkan aku, aku salah. Aku akan pulang secepatnya dan akan mengaku kesalahanku tapi tolong jangan menangis seperti itu." Gumam Chester di dalam hatinya.
Dia meletakkan tabnya lalu membuat panggilan telepon kepada Nera yang masih berada di mansionnya.
Chester menanyakan keadaan Jennixia kepada Nera secara lebih terperinci karena dia tidak mampu melihat rekaman video Jennixia yang menangis itu.
"Bagaimana keadaannya sekarang Ner?" Tanya Chester setelah panggilan teleponnya di angkat.
"Nona tertidur Tuan, tadi saya sudah membujuknya dan maaf kalau kami lancang Tuan, kami harus makan bersama Nona tadi dan sekarang Nona sudah tertidur dengan nyenyak." Sahut Nera dari seberang sana.
"Tidak apa-apa, yang penting dia tidak merendahkan harga dirinya lagi. Tolong jagakan dia selama aku masih di sini, aku akan coba pulang lebih awal."
"Baiklah Tuan."
"Ehmm, foto wajahnya yang sedang tertidur dan kirim kepadaku. Aku tutup." Chester mematikan panggilannya dan menunggu pesan yang berisi foto Jennixia yang sedang tertidur.
Luis datang memasuki ruangan Chester. Lalu memberitahukannya tentang jadwal yang mereka sudah susun ulang dan dipercepatkan harinya agar mereka bisa segera pulang ke tanah air mereka.
Chester meminta cukup 2 minggu saja untuk berada di Italy dan harus cepat kembali karena dia tidak sabar bertemu dengan gadis kecil yang menjadi idamannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Liu Zhi
manisnya Mei
2023-04-19
3
Author Pensiun.
Hadir cinta wkwkwwk...
Gab, perhatikan lagi eyd nya yaaa..
2023-04-13
2