Chester sedang sibuk dengan beberapa rapat dengan perusahaan yang akan menjalinkan hubungan dengan perusahaan cabangnya.
Walaupun batinnya sudah berteriak ingin pulang dan bertemu dengan gadis idamannya. Dia tetap bisa profesional sehingga Luis datang memberikan informasi yang mengejutkan.
"Maaf menganggu Tuan." Ucap Luis yang tiba-tiba datang dalam ruang rapatnya itu.
Memang Luis tidak menemani Chester karena Luis juga sedang mengerjakan sesuatu berkaitan dengan perusahaan cabang itu.
"Ya, ada apa?" jawab Chester dengan datar.
Luis langsung menunduk lalu berbisik dekat telinga Chester dan perubahan pada netra mata Chester sungguh kentara. Rahangnya juga mengeras, amarah mulai memucak di atas kepalanya.
"Gudang penerimaan di Kota A diserang musuh dan lebih dari 60 persen barang yang sampai di sita oleh anak buah Alex Sandoro Tuan. Yang lain berhasil anak buah kita amankan sebelum kedatangan anak buah Alex tadi."
Chester tidak berkata apa-apa tapi tangannya yang berada di atas meja sudah ia kepalkan.
Alex sandoro ketua mafia dari Tiger Blast merupakan musuh yang sering mengacaukan wilayah Chester, apalagi saat ini ia tahu Chester sedang berada di luar negara.
Awalnya Chester hanya anggap Tiger Blast itu cuma hama yang suka membuat kekacauan kecil-kecilan tapi makin lama makin kelihatan bahwa mereka memang hendak merebut semua wilayah kekuasaan Black Swan alias wilayah Chester.
Kalau mau dibandingkan memang yang lebih banyak pengikut itu adalah Tiger Blast karena memang mereka sudah lama mendirikan kumpulan mafia itu ketimbang dengan Black Swan yang baru saja muncul sekitar 5 tahun yang lalu tapi berkembang dengan lebih pesat.
Chester membubarkan rapatnya, karena dia takut dia bisa lepas kendali di saat dia sedang marah seperti ini.
"Maaf Tuan-tuan, rasanya rapat harus saya tunda dulu karena tiba-tiba ada urusan mendadak." Ujar Chester dengan penuh rasa maaf, tapi tidak bisa dibohongi saat ini tatapan matanya yang awalnya datar kini telah berubah seperti tatapan elang yang ingin menyerang mangsanya.
Luis menghantar keluar beberapa direktur perusahaan yang datang tadi sehingga sampai ke lantai dasar perusahaan.
Di samping itu, Chester membuka rekaman video yang dikirim oleh anak buahnya yang berjaga di kawasan penerimaan barang.
Chester mengepalkan tangan kirinya lalu memukul kuat meja di depannya.
"Memang ya mereka suka main-main ck."
Tiger Blast belum tau bahwa pemimpin Black Swan ini bisa saja menghapuskan mereka dengan sekelip mata, apalagi Chester yang mempunyai sifat tidak berbelas kasih kepada siapa saja yang mengusik wilayahnya.
Selama ini Chester hanya banyak berdiam dan tidak meladeni kekacauan yang dibuat oleh Alex dan mereka menganggap bahwa Chester sangat takut kepada Alex.
Oh, salah sebenarnya ada hal yang membuat Chester tidak ingin mengotori tangannya dan anak buahnya tapi saat ini dia akan menepikan hal itu dan Chester lebih memilih untuk turun tangan sendiri.
"Eh tapi inikan sudah dalam Indonesia, hehh." Rencana Chester sudah tercetak jelas di wajahnya yang sumringgah.
....
Di mansion..
Jennixia yang merasa bosan karena tidak ada hal yang ia bisa kerjakan kini sedang berbaring di sofa dalam kamarnya berbantalkan paha Mei yang terasa sangat nyaman baginya.
"Mei, apa tidak ada pekerjaan untuk Jenni?" Sudah berulang-ulang kali Jennixia menanyakan hal itu pada Mei maupun Nera.
"Maaf Nona." Jawab Mei singkat sambil mengusap atas kepala Jennixia.
"Sungguh membosankan, padahal Jenni hanya gadis yang dibeli, ehmm Mei tidak bisakah carikan Jenni kesibukan?" Renggek Jennixia seperti anak kecil yang meminta sesuatu kepada ibunya.
"Tidak ada Nona, sebaiknya Nona tidur saja kalau merasa bosan atau Nona mau menonton?" Tawar Mei kepada Jennixia sambil tersenyum.
"Jenni tidak suka menonton semuanya hanya rekaan aja nggak seru, ehm." Sahut Jennixia. "Jenni tau." Lanjutnya dengan antusias.
Mei mengerutkan dahinya.
"Tau apa?"
Jennixia bangun dan mengambil posisi duduk di sebelah Mei, dia menunjukkan raut wajah yang teramat sangat mengemaskan.
Mei mula berfirasat tidak baik dengan wajah yang di tunjukkan oleh Jennixia.
"Mei, Jenni ingin menanam bunga boleh?" Tanya Jennixia dengan antusias dan bola matanya yang berbinar.
"Hum, coba saya tanyakan ke kak Nera ya." Jawab Mei.
Jennixia yang sudah tidak sabaran untuk melakukan hobinya yang satu itu akhirnya memaksa Mei untuk bertemu denga Nera sekarang.
Jennixia dan Mei menuju ke ruang kerja khusus untuk Nera. Sampai di depan ruang kerja Nera, baru saja Jennixia hendak mengetuk pintu malah pintunya sudah dibuka dahulu oleh Nera.
"Mari masuk Nona." Ucap Nera dengan tersenyum seperti sudah tahu bahwa Jennixia berada di depan pintu ruangannya.
"Maaf maaf, hem... Nera." Jennixia menggunakan nada sedikit dibuat lembut agar Nera bisa terpancing dengannya.
Nera bisa membaca raut wajah Jennixia yang menginginkan sesuatu itu langsung saja tersenyum geli. Ingin sekali dia mengemas Jennixia tapi takut akan Chester yang datang tiba-tiba.
"Ya?" Jawab Nera dengan singkat dan tidak kalah berbinar wajahnya di banding Jennixia.
"Ner, Jenni sungguh bosan. Tidak bisakah beri Jenni sesuatu kesibukan seperti menanam bunga. Lagian Jenni sangat suka dengan bunga-bungaan." Terang Jennixia dengan wajah penuh berharap.
"Baiklah, Nona bisa gunakan laman yang kosong di belakang mansion untuk menanam bunga. Saya akan menyuruh beberapa pengawal membantu Nona untuk membeli bunganya." Jawab Nera dengan senang hati karena Jennixia tidak meminta hal yang bisa melebihi batasnya.
Jennixa langsung menghamburkan pelukan ke arah Nera, lalu mengucap terima kasih berulang-ulang. Begitu senangnya hati Jennixia bisa memiliki kesibukan sendiri dan tidak perlu hanya menunggu makan saja.
....
Penerbangan dari Milan ke Indonesia cukup memakan 15 jam. Chester kali ini menyelesaikan masalah di Kota A yang berada di Indonesia tanpa Luis menemaninya.
Sengaja Chester sendiri yang turun tangan agar setelah menyelesaikan masalah dia bisa langsung pulang ke mansionnya. Hal itulah yang di tunggu-tunggu oleh Chester setelah hampir seminggu.
Chester mendarat di sebuah lapangan yang memang dikhususkan untuknya. Tanpa ada kenal rasa lelah, dia langsung saja menuju ke tempat penerimaan barang ilegalnya.
Dengan langkah yang tegas dan wajah yang dingin kini Chester sudah berhadapan dengan Alex Sandoro.
"Well, pemimpin yang pengecut sudah datang." Sindir Alex kepada Chester.
Chester tidak menanggapinya malah melepaskan satu tembakan yang berdekatan dengan Alex.
Alex kaget dengan kecepatan tangan Chester. Anak buah Alex langsung menodongkan senjata mereka ke arah Chester dan anak buahnya.
"Kau menantang?" Sinis Alex dengan raut wajah garangnya.
"Hancurkan." Seru Chester lirih kepada salah satu anak buahnya.
Alex yang agak bingung dengan tindakan Chester yang tampak terlalu santai, akhirnya berbisik ke arah asistennya Doyi.
"Doy, apa mereka tidak..." belum sempat Alex melanjutkan ucapannya tiba-tiba ponsel Doyi berdering.
Doyi menjawab panggilan teleponnya.
"Tuan Doy, mansion utama Tuan Alex di tawan dan markas utama kita terbakar." Teriak anak buah Alex dari dalam ponsel itu.
Mata Doyi membulat sempurna lalu memberitahukan kepada Alex apa yang terjadi. Alex tampak mengalihkan pandangannya ke arah Chester.
"Kau! Jangan kau sakiti keluargaku! Kau akan menyesal!" Bentak Alex dengan raut wajah garangnya.
Chester tersenyum smirk setelah mendengar ucapan Alex lalu dia berkata.
"Pilih. Keluargamu atau anak buahmu?"
Pertanyaan konyol yang keluar dari mulut Chester membuat Alex merasa geram karena sudah tentu ia memilih keluarganya.
"Sudah tentu keluargaku si**an." Jerit Alex. "Hei kalian letakkan di bawah senjata kalian! Cepat!" Lanjut Alex lagi memberi perintah kepada anak buahnya.
Setelah anak buahnya hendak meletakkan senjata mereka ke bawah dengan cepat anak buah Chester menembak semua anak buah Alex yang berada di situ kecuali asisten Alex.
Alex melongo, melihat anak buahnya semua di tembak mati.
"Woi, apa-apaan ini?" tanya Alex lagi kini dengan tubuh yang mulai gementar.
Chester tersenyum sungging.
"Tadikan pilih keluarga jadi ini sudah." Jawabnya santai. "Serahkan kembali semuanya dan pergilah menjauh sebelum aku berubah pikiran," lanjutnya dengan ancaman.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Desi Ramadani
thor untuk pangilan jenny ganti "aku "aja thort kalau TPP manggil diri sendiri pakai nama kesanya agak gmna gitu
2024-09-14
2
nyonya
aku suka cerita bigini setidaknya bisa ngalihin beban hidup meski sedikit./Sweat/
2023-09-28
2