Bab 3 Chester si mafia

Chester sedang sibuk dengan beberapa rapat dengan perusahaan yang akan menjalinkan hubungan dengan perusahaan cabangnya.

Walaupun batinnya sudah berteriak ingin pulang dan bertemu dengan gadis idamannya. Dia tetap bisa profesional sehingga Luis datang memberikan informasi yang mengejutkan.

"Maaf menganggu Tuan." Ucap Luis yang tiba-tiba datang dalam ruang rapatnya itu.

Memang Luis tidak menemani Chester karena Luis juga sedang mengerjakan sesuatu berkaitan dengan perusahaan cabang itu.

"Ya, ada apa?" jawab Chester dengan datar.

Luis langsung menunduk lalu berbisik dekat telinga Chester dan perubahan pada netra mata Chester sungguh kentara. Rahangnya juga mengeras, amarah mulai memucak di atas kepalanya.

"Gudang penerimaan di Kota A diserang musuh dan lebih dari 60 persen barang yang sampai di sita oleh anak buah Alex Sandoro Tuan. Yang lain berhasil anak buah kita amankan sebelum kedatangan anak buah Alex tadi."

Chester tidak berkata apa-apa tapi tangannya yang berada di atas meja sudah ia kepalkan.

Alex sandoro ketua mafia dari Tiger Blast merupakan musuh yang sering mengacaukan wilayah Chester, apalagi saat ini ia tahu Chester sedang berada di luar negara.

Awalnya Chester hanya anggap Tiger Blast itu cuma hama yang suka membuat kekacauan kecil-kecilan tapi makin lama makin kelihatan bahwa mereka memang hendak merebut semua wilayah kekuasaan Black Swan alias wilayah Chester.

Kalau mau dibandingkan memang yang lebih banyak pengikut itu adalah Tiger Blast karena memang mereka sudah lama mendirikan kumpulan mafia itu ketimbang dengan Black Swan yang baru saja muncul sekitar 5 tahun yang lalu tapi berkembang dengan lebih pesat.

Chester membubarkan rapatnya, karena dia takut dia bisa lepas kendali di saat dia sedang marah seperti ini.

"Maaf Tuan-tuan, rasanya rapat harus saya tunda dulu karena tiba-tiba ada urusan mendadak." Ujar Chester dengan penuh rasa maaf, tapi tidak bisa dibohongi saat ini tatapan matanya yang awalnya datar kini telah berubah seperti tatapan elang yang ingin menyerang mangsanya.

Luis menghantar keluar beberapa direktur perusahaan yang datang tadi sehingga sampai ke lantai dasar perusahaan.

Di samping itu, Chester membuka rekaman video yang dikirim oleh anak buahnya yang berjaga di kawasan penerimaan barang.

Chester mengepalkan tangan kirinya lalu memukul kuat meja di depannya.

"Memang ya mereka suka main-main ck."

Tiger Blast belum tau bahwa pemimpin Black Swan ini bisa saja menghapuskan mereka dengan sekelip mata, apalagi Chester yang mempunyai sifat tidak berbelas kasih kepada siapa saja yang mengusik wilayahnya.

Selama ini Chester hanya banyak berdiam dan tidak meladeni kekacauan yang dibuat oleh Alex dan mereka menganggap bahwa Chester sangat takut kepada Alex.

Oh, salah sebenarnya ada hal yang membuat Chester tidak ingin mengotori tangannya dan anak buahnya tapi saat ini dia akan menepikan hal itu dan Chester lebih memilih untuk turun tangan sendiri.

"Eh tapi inikan sudah dalam Indonesia, hehh." Rencana Chester sudah tercetak jelas di wajahnya yang sumringgah.

....

Di mansion..

Jennixia yang merasa bosan karena tidak ada hal yang ia bisa kerjakan kini sedang berbaring di sofa dalam kamarnya berbantalkan paha Mei yang terasa sangat nyaman baginya.

"Mei, apa tidak ada pekerjaan untuk Jenni?" Sudah berulang-ulang kali Jennixia menanyakan hal itu pada Mei maupun Nera.

"Maaf Nona." Jawab Mei singkat sambil mengusap atas kepala Jennixia.

"Sungguh membosankan, padahal Jenni hanya gadis yang dibeli, ehmm Mei tidak bisakah carikan Jenni kesibukan?" Renggek Jennixia seperti anak kecil yang meminta sesuatu kepada ibunya.

"Tidak ada Nona, sebaiknya Nona tidur saja kalau merasa bosan atau Nona mau menonton?" Tawar Mei kepada Jennixia sambil tersenyum.

"Jenni tidak suka menonton semuanya hanya rekaan aja nggak seru, ehm." Sahut Jennixia. "Jenni tau." Lanjutnya dengan antusias.

Mei mengerutkan dahinya.

"Tau apa?"

Jennixia bangun dan mengambil posisi duduk di sebelah Mei, dia menunjukkan raut wajah yang teramat sangat mengemaskan.

Mei mula berfirasat tidak baik dengan wajah yang di tunjukkan oleh Jennixia.

"Mei, Jenni ingin menanam bunga boleh?" Tanya Jennixia dengan antusias dan bola matanya yang berbinar.

"Hum, coba saya tanyakan ke kak Nera ya." Jawab Mei.

Jennixia yang sudah tidak sabaran untuk melakukan hobinya yang satu itu akhirnya memaksa Mei untuk bertemu denga Nera sekarang.

Jennixia dan Mei menuju ke ruang kerja khusus untuk Nera. Sampai di depan ruang kerja Nera, baru saja Jennixia hendak mengetuk pintu malah pintunya sudah dibuka dahulu oleh Nera.

"Mari masuk Nona." Ucap Nera dengan tersenyum seperti sudah tahu bahwa Jennixia berada di depan pintu ruangannya.

"Maaf maaf, hem... Nera." Jennixia menggunakan nada sedikit dibuat lembut agar Nera bisa terpancing dengannya.

Nera bisa membaca raut wajah Jennixia yang menginginkan sesuatu itu langsung saja tersenyum geli. Ingin sekali dia mengemas Jennixia tapi takut akan Chester yang datang tiba-tiba.

"Ya?" Jawab Nera dengan singkat dan tidak kalah berbinar wajahnya di banding Jennixia.

"Ner, Jenni sungguh bosan. Tidak bisakah beri Jenni sesuatu kesibukan seperti menanam bunga. Lagian Jenni sangat suka dengan bunga-bungaan." Terang Jennixia dengan wajah penuh berharap.

"Baiklah, Nona bisa gunakan laman yang kosong di belakang mansion untuk menanam bunga. Saya akan menyuruh beberapa pengawal membantu Nona untuk membeli bunganya." Jawab Nera dengan senang hati karena Jennixia tidak meminta hal yang bisa melebihi batasnya.

Jennixa langsung menghamburkan pelukan ke arah Nera, lalu mengucap terima kasih berulang-ulang. Begitu senangnya hati Jennixia bisa memiliki kesibukan sendiri dan tidak perlu hanya menunggu makan saja.

....

Penerbangan dari Milan ke Indonesia cukup memakan 15 jam. Chester kali ini menyelesaikan masalah di Kota A yang berada di Indonesia tanpa Luis menemaninya.

Sengaja Chester sendiri yang turun tangan agar setelah menyelesaikan masalah dia bisa langsung pulang ke mansionnya. Hal itulah yang di tunggu-tunggu oleh Chester setelah hampir seminggu.

Chester mendarat di sebuah lapangan yang memang dikhususkan untuknya. Tanpa ada kenal rasa lelah, dia langsung saja menuju ke tempat penerimaan barang ilegalnya.

Dengan langkah yang tegas dan wajah yang dingin kini Chester sudah berhadapan dengan Alex Sandoro.

"Well, pemimpin yang pengecut sudah datang." Sindir Alex kepada Chester.

Chester tidak menanggapinya malah melepaskan satu tembakan yang berdekatan dengan Alex.

Alex kaget dengan kecepatan tangan Chester. Anak buah Alex langsung menodongkan senjata mereka ke arah Chester dan anak buahnya.

"Kau menantang?" Sinis Alex dengan raut wajah garangnya.

"Hancurkan." Seru Chester lirih kepada salah satu anak buahnya.

Alex yang agak bingung dengan tindakan Chester yang tampak terlalu santai, akhirnya berbisik ke arah asistennya Doyi.

"Doy, apa mereka tidak..." belum sempat Alex melanjutkan ucapannya tiba-tiba ponsel Doyi berdering.

Doyi menjawab panggilan teleponnya.

"Tuan Doy, mansion utama Tuan Alex di tawan dan markas utama kita terbakar." Teriak anak buah Alex dari dalam ponsel itu.

Mata Doyi membulat sempurna lalu memberitahukan kepada Alex apa yang terjadi. Alex tampak mengalihkan pandangannya ke arah Chester.

"Kau! Jangan kau sakiti keluargaku! Kau akan menyesal!" Bentak Alex dengan raut wajah garangnya.

Chester tersenyum smirk setelah mendengar ucapan Alex lalu dia berkata.

"Pilih. Keluargamu atau anak buahmu?"

Pertanyaan konyol yang keluar dari mulut Chester membuat Alex merasa geram karena sudah tentu ia memilih keluarganya.

"Sudah tentu keluargaku si**an." Jerit Alex. "Hei kalian letakkan di bawah senjata kalian! Cepat!" Lanjut Alex lagi memberi perintah kepada anak buahnya.

Setelah anak buahnya hendak meletakkan senjata mereka ke bawah dengan cepat anak buah Chester menembak semua anak buah Alex yang berada di situ kecuali asisten Alex.

Alex melongo, melihat anak buahnya semua di tembak mati.

"Woi, apa-apaan ini?" tanya Alex lagi kini dengan tubuh yang mulai gementar.

Chester tersenyum sungging.

"Tadikan pilih keluarga jadi ini sudah." Jawabnya santai. "Serahkan kembali semuanya dan pergilah menjauh sebelum aku berubah pikiran," lanjutnya dengan ancaman.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Desi Ramadani

Desi Ramadani

thor untuk pangilan jenny ganti "aku "aja thort kalau TPP manggil diri sendiri pakai nama kesanya agak gmna gitu

2024-09-14

2

nyonya

nyonya

aku suka cerita bigini setidaknya bisa ngalihin beban hidup meski sedikit./Sweat/

2023-09-28

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Berubahnya Hidup Jennixia
2 Bab 2 Harga diriku lebih rendah
3 Bab 3 Chester si mafia
4 Bab 4 Bertemu
5 Bab 5 Kenyataan pahit
6 Bab 6 Pernikahan
7 Bab 7 Pernikahan 2
8 Bab 8 Jamuan nikah
9 Bab 9 Untitle
10 Bab 10 Kebahagian Jennixia
11 Bab 11 Rencana Arviy
12 Bab 12 Saling Rindu
13 Bab 13 Kemunculan Arviy
14 Bab 14 Arviy mulai mendekat
15 Bab 15 Dismenore
16 Bab 16 Kepulangan Chester
17 Bab 17 Sebuah kecelakaan?
18 Bab 18 (pendek aja)
19 Bab 19 Gunung berkembar
20 Bab 20 Laporan untuk Arviy
21 Bab 21 Kepolosan Jennixia
22 Bab 22 Kondisi Jennixia
23 Bab 23 Alex
24 Bab 24 Ke Villa
25 Bab 25 Alex dan Arviy
26 Bab 26 Mertua ?
27 Bab 27 Kekesalan Chester
28 Bab 28 Berbaikan
29 Bab 29 Bertemu Renata
30 Bab 30 Nyonya Besar
31 Bab 31 Kenyataan itu
32 Bab 32 Ide gila Mei
33 Bab 33 Ulah Jennixia
34 Bab 34 Untitle
35 Bab 35 Jadi tumbal?
36 Bab 36 Jennixia kesal
37 Bab 37 Kantor Chester
38 Bab 38 Rencana Jennixia
39 Bab 39 Jennixia pingsan
40 Bab 40 Rencana Mary
41 Bab 41 Chester merayu Jennixia
42 Bab 42 Rumah sakit
43 Bab 43 Mei koma
44 Bab 44 Ketahuan
45 Bab 45 Untitle
46 Bab 46 Mary & Liana kaget
47 Bab 47 Di mansion
48 Bab 48 Rencana Liana
49 Bab 49 Jennixia marah
50 Bab 50 Bertemu Ibu
51 Bab 51 Unboxing
52 Bab 52 Bertemu Alex
53 Bab 53 Ingin memperbaiki
54 Bab 54 Kekacaun di Mansion
55 Bab 55 Ketahuan
56 Bab 56 Penyesalan
57 Bab 57 Untitle
58 Bab 58 Direstui
59 Bab 59 Rencana Arviy lagi
60 Bab 60 Rencana yang dimulai
61 Bab 61 Kedatangan Arviy
62 Bab 62 Penyerangan
63 Bab 63
64 Bab 64 tambahan
65 Bab 65 Mary berulah
66 Bab 66 Musuh Chester
67 Bab 67 Mary belum berubah
68 Bab 68 Mary menjebak Jennixia
69 Bab 69 Mengincar Jennixia
70 Bab 70 Keributan
71 Bab 71 Rasa sakit
72 Bab 72 Chester Sadar
73 Bab 73 Ada apa?
74 Bab 74 Chester berubah
75 Bab 75 Jennixia pergi
76 Bab 76 Mary sadar
77 Bab 77 Menjemput? Menculik?
78 Bab 78 Menjemput Jennixia
79 Bab 79 Jessi diculik
80 Bab 80 Menyelamatkan Ibu
81 Bab 81 Ancaman Sean
82 Bab 82 Bertemu Ibu
83 Bab 83 Rencana Alex dan Chester
84 Bab 84 Rumah sakit
85 Bab 85 Ada apa dengan Mary?
86 Bab 86 Eksekusi
87 Bab 87 Ada rencana lain
88 Bab 88 Alex dan Jessi pulang
89 Bab 89 Arviy dan Sean ditangkap
90 Bab 90 Mary dan Jennixia
91 Bab 91 Vivian si adik tiri berulah
92 Bab 92 Hamil
93 Bab 93 Rencana Vivian
94 Bab 94 Vivian lagi
95 Ban 95 Rahasia Vivian
96 Bab 96 Kenapa mereka menghindariku?
97 Bab 97 Nasi Goreng Masam
98 Bab 98 Kejutan Acara Ulangtahun
99 Bab 99 Ayah Mengakuiku?
100 Bab 100 Akhir yang bahagia
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1 Berubahnya Hidup Jennixia
2
Bab 2 Harga diriku lebih rendah
3
Bab 3 Chester si mafia
4
Bab 4 Bertemu
5
Bab 5 Kenyataan pahit
6
Bab 6 Pernikahan
7
Bab 7 Pernikahan 2
8
Bab 8 Jamuan nikah
9
Bab 9 Untitle
10
Bab 10 Kebahagian Jennixia
11
Bab 11 Rencana Arviy
12
Bab 12 Saling Rindu
13
Bab 13 Kemunculan Arviy
14
Bab 14 Arviy mulai mendekat
15
Bab 15 Dismenore
16
Bab 16 Kepulangan Chester
17
Bab 17 Sebuah kecelakaan?
18
Bab 18 (pendek aja)
19
Bab 19 Gunung berkembar
20
Bab 20 Laporan untuk Arviy
21
Bab 21 Kepolosan Jennixia
22
Bab 22 Kondisi Jennixia
23
Bab 23 Alex
24
Bab 24 Ke Villa
25
Bab 25 Alex dan Arviy
26
Bab 26 Mertua ?
27
Bab 27 Kekesalan Chester
28
Bab 28 Berbaikan
29
Bab 29 Bertemu Renata
30
Bab 30 Nyonya Besar
31
Bab 31 Kenyataan itu
32
Bab 32 Ide gila Mei
33
Bab 33 Ulah Jennixia
34
Bab 34 Untitle
35
Bab 35 Jadi tumbal?
36
Bab 36 Jennixia kesal
37
Bab 37 Kantor Chester
38
Bab 38 Rencana Jennixia
39
Bab 39 Jennixia pingsan
40
Bab 40 Rencana Mary
41
Bab 41 Chester merayu Jennixia
42
Bab 42 Rumah sakit
43
Bab 43 Mei koma
44
Bab 44 Ketahuan
45
Bab 45 Untitle
46
Bab 46 Mary & Liana kaget
47
Bab 47 Di mansion
48
Bab 48 Rencana Liana
49
Bab 49 Jennixia marah
50
Bab 50 Bertemu Ibu
51
Bab 51 Unboxing
52
Bab 52 Bertemu Alex
53
Bab 53 Ingin memperbaiki
54
Bab 54 Kekacaun di Mansion
55
Bab 55 Ketahuan
56
Bab 56 Penyesalan
57
Bab 57 Untitle
58
Bab 58 Direstui
59
Bab 59 Rencana Arviy lagi
60
Bab 60 Rencana yang dimulai
61
Bab 61 Kedatangan Arviy
62
Bab 62 Penyerangan
63
Bab 63
64
Bab 64 tambahan
65
Bab 65 Mary berulah
66
Bab 66 Musuh Chester
67
Bab 67 Mary belum berubah
68
Bab 68 Mary menjebak Jennixia
69
Bab 69 Mengincar Jennixia
70
Bab 70 Keributan
71
Bab 71 Rasa sakit
72
Bab 72 Chester Sadar
73
Bab 73 Ada apa?
74
Bab 74 Chester berubah
75
Bab 75 Jennixia pergi
76
Bab 76 Mary sadar
77
Bab 77 Menjemput? Menculik?
78
Bab 78 Menjemput Jennixia
79
Bab 79 Jessi diculik
80
Bab 80 Menyelamatkan Ibu
81
Bab 81 Ancaman Sean
82
Bab 82 Bertemu Ibu
83
Bab 83 Rencana Alex dan Chester
84
Bab 84 Rumah sakit
85
Bab 85 Ada apa dengan Mary?
86
Bab 86 Eksekusi
87
Bab 87 Ada rencana lain
88
Bab 88 Alex dan Jessi pulang
89
Bab 89 Arviy dan Sean ditangkap
90
Bab 90 Mary dan Jennixia
91
Bab 91 Vivian si adik tiri berulah
92
Bab 92 Hamil
93
Bab 93 Rencana Vivian
94
Bab 94 Vivian lagi
95
Ban 95 Rahasia Vivian
96
Bab 96 Kenapa mereka menghindariku?
97
Bab 97 Nasi Goreng Masam
98
Bab 98 Kejutan Acara Ulangtahun
99
Bab 99 Ayah Mengakuiku?
100
Bab 100 Akhir yang bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!