Saat makan malam tiba, Sherena pun tiba-tiba saja menjadi rajin membantu ibu nya, padahal biasa nya Sheren paling tidak suka bantu-bantu apalagi saat memasak. Tapi, kali ini dia menjadi rajin membuat ibu nya saja keheranan sendiri, tapi tak apa, justru ini bagus bukan?
"Tumben gadis ini mau bantu-bantu?" Tanya Arya sambil terkekeh.
"Hehe, gak ada salah nya kan bantu-bantu."
"Enggak sih, justru bagus." Jawab Arumi sambil tersenyum kecil, meskipun dia heran sendiri, kenapa putri nya mendadak mau membantu nya.
Tak lama kemudian, bel rumah terdengar berbunyi beberapa kali. Sherena tersenyum manis, dia pun menawarkan diri untuk membukakan pintu nya.
"Biar Sheren aja yang bukain, Ma."
"Iya, sayang." Jawab Arumi. Dia pun membiarkan putri nya pergi dari dapur untuk membukakan pintu rumah nya.
Sherena menghela nafas nya sebelum membuka pintu nya, setelah yakin dia pun membuka pintu dan dugaan nya tepat sekali, kedua mata nya berbinar saat melihat Darren datang. Wajah datar nya terlihat sangat tampan bagi Sherena, dia menyambut Darren dengan senyum manis nya.
"Masuk, om." Ucap Sherena, Darren menghembuskan nafas nya dengan kasar. Dia memang dewasa tapi dia tidak suka saat gadis kecil ini memanggul dirinya dengan panggilan Om.
"Kenapa, Om?" Tanya Sherena dengan wajah bodooh nya, karena Darren tidak bergerak sama sekali dari tempat nya. Dia hanya menatap Sherena dengan tatapan tajam nya.
"Tidak." Jawab Darren, dia pun masuk ke dalam rumah itu tanpa mempedulikan Sherena. Menurut Darren, Sherena adalah gadis yang menyebalkan.
"Ohh, Darren. Masuk dan duduklah." Sambut Arya, Darren menganggukan kepala nya dan mengikuti Arya untuk duduk di sofa yang tersedia di ruang tamu.
Sherena yang melihat hal itu pun kesal bukan main, dia kesal karena respon pria itu yang terlalu datar. Benar-benar datar seperti tembok.
"Ma.."
"Iya, sayang.."
"Om Darren itu punya istri gak sih?" Tanya Sherena yang membuat Arumi mengernyitkan kening nya, dia tak tahu kalau putri nya akan bertanya seperti ini.
"Memang nya kenapa, sayang?"
"E-enggak sih, cuma nanya aja. Soalnya kemarin pas Sheren nganter kue, rumah nya sepi sekali." Jawab Sherena.
"Katanya sih duda ya."
"What? Duda?" Tanya Sherena, mendengar status pria itu seperti hembusan angin segar. Artinya, dia punya kesempatan untuk bisa mendapatkan Darren bukan?
'Wow, duren ternyata.' Batin Sherena, dia benar-benar senang saat mendengar status pria dewasa itu. Duren ternyata, alias duda keren.
"Iya, duda. Dia pengusaha, seperti ayah mu."
"Pengusaha apa?" Tanya Sherena.
"Frozen food." Jawab Arumi lagi, sedikit banyak dia mengetahui semua informasi ini dari orang nya secara langsung saat dia mengobrol dengan Darren beberapa hari sebelum nya.
"Ohh gitu ya."
'Duren Sawit.' Batin Sherena lagi, dia mesem-mesem tak jelas saat mendengar semua penjelasan dari sang ibu.
Duren sawit, duda keren sarang duit. Itu artinya ya gays.
Beberapa menit berlalu, seperti nya kedua pria itu sudah selesai dengan acara berbincang-bincang nya, terlihat kedua nya pun datang ke ruang makan. Seperti biasa, Sherena memasang senyum manis nya berharap Darren akan melirik nya, tapi dia harus menelan ke kecewaan karena nyatanya Darren sama sekali tidak melirik ke arah nya.
'Tenang Sheren, sabar. Lo pasti bisa deketin tuh duren.' Lagi-lagi dia hanya bisa menyemangati diri nya sendiri dalam hati.
Sherena mengambilkan nasi dan lauk untuk Darren, pria itu menerima nya. Jelas saja, hal itu membuat nya kesenangan dan bersorak riang dalam hati. Padahal baru seperti ini saja, tapi dia sudah sangat senang.
Saat makan, Sherena tidak fokus dengan makanan yang ada di piring nya, dia malah fokus menatap ketampanan seorang Darren. Sesekali, dia juga terlihat curi-curi pandang pada pria tampan itu. Darren juga menyadari nya, namun dia memutuskan untuk tidak peduli.
Setelah selesai makan malam, Darren pun pamit untuk pulang, tentu nya setelah mengobrol sebentar. Sherena pun mengantarkan Darren hingga ke teras.
"Om.."
"Apa lagi hmm?" Tanya Darren, dia memutar mata nya jengah.
"Minta nomor ponsel dong." Jawab Sherena.
"Buat apa? Gak penting."
"Isshh, tapi ini penting buat aku, Om. Ayolah, jangan datar-datar amat jadi orang nanti gak laku."
"Heh!"
"Iya iya, maafin gak sengaja. Mulut aku udah biasa jujur soalnya, boleh ya?" Tanya Sherena dengan wajah memelas nya.
"Apa yang akan kau berikan padaku, jika aku memberi mu nomor ponsel?" Tanya Darren dengan seringai mesuum nya, tapi Sherena tidak takut sama sekali.
"Apapun yang Om inginkan, akan aku berikan." Jawab Sherena yang terdengar seperti tantangan bagi Darren. Elah, buat dapet nomor ponsel aja masa harus barter gitu kan ya? Dasar Darren.
"Termasuk tubuh mu, hmm?" Tanya Darren yang membuat kedua mata Sherena membeliak. Dia benar-benar tidak menduga kalau Darren akan mengatakan hal ini.
"Kok mesuum sih?"
"Aku pria dewasa yang normal, gadis kecil."
"Ckkk, cepatlah aku minta nomor ponsel nya, sekarang."
"Ayo ke rumah ku, nanti aku berikan nomor ponsel." Ucap Darren yang membuat Sherena melotot.
"Om, ayolah.."
"Kalau kau ingin nomor ponsel ku, ikut ke rumah ku, kalau tidak ya sudah." Jawab Darren, dia bersiap pergi tapi ucapan Sherena membuat pria itu berbalik.
"Sekarang sudah malam, nanti papah marah. Bagaimana kalau besok saja? Sepulang sekolah."
"Ya, aku tunggu." Jawab Darren, dia pun berbalik tapi sebelum pergi dia sempat berbisik di telinga Sherena dengan sensual yang membuat tubuh Sherena seketika menegang.
"Selamat berjumpa besok, girl." Bisik Darren di telinga Sherena.
Darren tersenyum misterius, lalu dia pun pergi dari rumah Sherena. Dia yakin, gadis itu pasti takkan memiliki keberanian untuk mendatangi rumah nya. Lihat saja nanti, dia yakin Sherena takkan datang, dia menjamin hal itu.
Sherena masuk ke dalam kamar nya, hati nya benar-benar gamang sekarang. Kalau dia ingin nomor ponsel Darren, itu artinya dia harus menyerahkan tubuh nya pada pria itu?
"Aaaa tidak.." gadis itu menjerit pelan sambil menyilangkan kedua tangan nya di dada, membayangkan tubuh nya di raba-raba oleh pria itu saja membuat dirinya menggelengkan kepala nya.
"Tidak, tidak.." Sherena kembali menggeleng-gelengkan kepala nya, benar-benar tidak boleh terjadi. Hanya untuk nomor ponsel saja, taruhan nya tubuh nya begitu? Astaga.
Darren membuka laptop miliknya, malam ini dia harus lembur karena pekerjaan yang menumpuk. Belum lagi dia kembali memikirkan perkataan nya pada gadis kecil putri tetangga nya.
"Tunggu, kenapa aku bisa mengatakan hal semacam itu para gadis kecil itu?" Gumam Darren.
"Aissh, seperti nya aku sudah gila." Darren menggelengkan kepala nya, dia sendiri keheranan kenapa bisa berkata seperti itu pada gadis polos itu. Polos atau tidak? Entahlah.
"Tapi, dia tidak akan datang bukan? Aku yakin dia takkan pernah datang." Ucap Darren, dia pun kembali fokus mengerjakan pekerjaan nya, mau tidak mau dia harus begadang sekarang.
.....
🌻🌻🌻🌻🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Ana_Mar
ntar kalo sheren beneran datang kelabakan looe ren... kamu hanya nakut-nakuti si sheren.
2023-04-03
3
nuna jimin🧸🧸
ayo shereen jangn menyerah pept trus si duren sawit ...lnjut
2023-04-03
1