Pagi hari nya, Sherena sudah bersiap dengan seragam nya. Ini adalah hari pertama nya masuk sekolah di lingkungan baru nya, dengan di antar sang ayah yang juga langsung mendaftarkan putri nya. Kedatangan kedua nya membuat satu sekolah kisruh, karena mereka kedatangan teman baru.
Arya, ayah Sherena menanyakan dimana ruangan kepala sekolah. Sebelum nya, dia juga sudah mendaftarkan Sherena secara online, tapi sekarang dia akan kembali mendaftarkan putri nya secara langsung sebelum dia pergi ke kantor.
"Permisi, ruangan kepala sekolah dimana ya?" Tanya Arya pada seorang pemuda yang sedang duduk bersama kawan-kawan nya.
Tatapan pemuda itu begitu lekat menatap gadis cantik dan manis yang mengekor di belakang pria paruh baya yang terlihat masih gagah itu. Hanya saja, rambut nya sudah beruban. Kalau tidak beruban, siapa pun pasti menyangka kalau Arya masih muda.
"Masuk ke lorong sana, lalu belok kanan." Jawab nya dengan datar.
"Ohh, begitu ya. Terimakasih, Nak." Jawab Arya, dia pun menggandeng lengan putri nya untuk masuk ke ruangan yang sudah di tunjukkan oleh pemuda itu.
"Murid baru kali ya?" Tanya pemuda yang lain, membuat nya mengendikan bahu nya acuh.
"Hmm, bos sabi kali jadi mangsa baru."
"Bacoot, diem gak lu?"
"H-aahh, iya iya maaf bos." Jawab nya, membuat pemuda itu kembali terdiam dan fokus dengan ponsel yang berada di genggaman nya.
Arya dan Sherena pun akhirnya sampai di ruangan kepala sekolah, mereka pun langsung berbincang. Sherena nampak tersenyum malu-malu, padahal asli nya dia barbar. Tapi, dia juga perlu menyesuaikan sifat nya itu dengan keadaan dan situasi bukan?
"Itu wali kelas mu, silahkan mengikuti nya." Ucap kepala sekolah itu, Sherena pun mengangguk dan mengekor di belakang seorang guru wanita yang nampak anggun dan disiplin, itu terlihat jelas dari mata dan ekspresi wajah nya.
"Nama mu Sherena, benar?" Tanya nya, Sherena mengiyakan.
"Saya Olivia, panggil saja Bu Oliv ya. Semoga betah di sekolah ini."
"Iya, Bu. Terimakasih."
"Sama-sama, kalau ada apa-apa kamu segera lapor pada saya. Karena saya adalah wali kelas kamu disini."
"Baik, Bu." Jawab Sherena. Kedua wanita berbeda status itu pun memasuki kelas, suasana kelas yang tadi nya gaduh seketika senyap saat melihat Bu Olivia masuk bersama Sherena.
"Selamat pagi, anak-anak."
"Pagi, Bu." Jawab murid-murid itu serempak, namun Sherena bisa melihat jelas kalau pemuda yang tadi ada di luar kini tengah menatap nya dari bangku belakang.
"Kalian punya teman baru, kenalkan dirimu, Nak."
"Hallo semua nya, perkenalkan saya Sherena Aira Shanum, panggil saja Sherena atau Sheren. Semoga kita bisa berteman baik." Ucap Sherena dengan senyuman manis nya.
"Baiklah, Sherena silahkan duduk di kursi kosong disana." Ucap Bu Oliv, Sheren pun mengangguk dan berjalan pelan lalu duduk di kursi yang kosong.
"Gue Marvin, salam kenal." Ucap pemuda yang sedari tadi menatap nya dari bangku belakang. Karena bangku tempat mereka berdekatan.
"Salam kenal kembali." Jawab Sherena. Dia pun mengeluarkan buku dari dalam tas nya dan pelajaran pertama pun di mulai, gadis dengan seragam SMA itu memulai pelajaran dengan fokus. Otak nya cukup encer, tapi kadang-kadang beku juga.
Hingga singkatnya, jam istirahat pun datang. Sherena berjalan sendirian, tapi saat di kantin banyak siswi yang mengajak nya untuk duduk bersama dengan mereka.
"Salam kenal, Sheren. Gue Aprilia, panggil April aja."
"Gue Meysa, terserah Lu mau manggil gue Mey atau apa. Semoga kita berteman baik ya."
"Gue Arina."
"Iya-iya, salam kenal ya semua nya. Semoga kita bisa berteman baik." Ucap Sherena, mereka pun memesan makanan dan makan siang bersama-sama. Dalam sekejap, Sherena mempunyai banyak teman sekaligus.
Teman-teman nya juga terlihat sangat ramah dan baik, membuat Sherena merasa nyaman.
Tak lama kemudian, Marvin and the geng datang ke kantin. Dia menatap sekilas ke arah Sherena yang sedang asik menyantap mie ayam bersama teman-teman nya.
"Gilaa, tatapan si Marvin saat lirik Sheren bikin jantungan njir." Celetuk April sambil mengelus dada nya.
"Lah kok gue?" Tanya Sheren sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Gak ngerasa gitu, sejak Lo masuk ke kelas tadi, si Marvin terus natap Lo tahu."
"H-aahh? Gak tau gue, sumpah. Tapi, tadi emang bokap gue sempet nanyain ruang kepsek dimana sih sama dia. Gak nyangka bakalan sekelas." Jawab Sherena, di sela makan nya. Dia makan dengan sangat lahap, begitu pun teman-teman nya.
"Jarang-jarang gak sih si Marvin natap cewek sampe segitu nya?" Celetuk Arina, membuat yang lain terlihat menganggukan kepala nya setuju dengan ucapan gadis itu.
"Bener tuh, dia kan datar nya ngelebihin tembok." Cetus Meysa, membuat Sheren hanya mengendikan bahu nya acuh, dia tidak tertarik dengan pembicaraan ini.
"Jangan di bahas lah, gue laper ini." Ucap Sherena yang membuat teman-teman nya itu terkekeh. Padahal, sedari tadi Sherena tak berhenti menyuap tapi masih mengatakan kalau dia lapar.
"Rakus bener Lu."
"Laper gue, perlu kalian tahu kalo gue makan nya banyak, haha." Jawab Sherena.
"Gapapa, kita juga sama. Mau nambah kagak? Kita-kita mau nambah satu mangkok lagi."
"Maulah, jelas. Kalian, gue traktir ya." Ucap Sherena, membuat teman-teman nya itu bersorak. Meskipun uang jajan mereka cukup besar kalau di bandingkan dengan anak SMA lain, tapi ya tetap saja kalau bisa di traktir kenapa harus bayar, iya kan?
Sekolah ini memang cukup elit, dimana yang sekolah disini rata-rata orang berada. Ya, termasuk Sherena. Ayah nya adalah seorang pengusaha yang sukses, jadilah dia bisa sekolah di sekolah seelit ini.
Setelah menghabiskan mangkuk kedua, bertepatan dengan itu pula, bel masuk kembali berbunyi. Sherena dan yang lain nya pun kembali ke kelas.
Sherena duduk di kursi nya, di samping nya ada bangku April dan Meysa, di samping nya ada Arina. Ya, dia sebangku dengan Arin.
"Rin, emang dia sedatar itu ya?" Tanya Sherena.
"Siapa?"
"Noh, si Ono noh." Sherena menunjuk ke arah Marvin dengan dagu nya.
"Ya, dia datar kayak tembok, Sher. Gak tahulah kenapa." Jawab Arin, membuat Sherena menganggukan kepala nya mengerti.
"Emang kenapa, Sher? Udah tertarik sama si Marvin?"
"Kagak lah, baru aja gue pindah masa udah naksir laki." Jawab Sherena yang membuat Arin tersenyum menggoda.
"Seriusan Lu?"
"Yaiyalah seriusan, ya kali gitu." Jawab Sherena sambil terkekeh pelan.
"Tapi, penasaran juga sih. Siapa ya yang bisa luluhin si kulkas berjalan itu, barangkali Lo orang nya, Sher." Ucap Arin yang membuat Sherena mengernyitkan kening nya.
"Kok gue sih, kenapa gue coba? Lo aja sana."
"Soalnya, si Marvin natap Lo seintens itu sedari tadi. Bahkan sekarang aja dia curi-curi pandang sama Lo, peka dikit napa." Ucap Arin, karena penasaran Sherena pun menoleh dan benar saja, Marvin tengah menatap nya dengan tatapan dalam.
"Buseet, tatapan nya nyeremin anjir." Ucap Sherena yang membuat Arin terkekeh.
"Apa nih? Ngobrolin apaan sih kalian berdua?" Tanya Meysa.
"Enggak kok, hehe."
"Sherena salting di tatap sama Mar.." Ucapan Arin terpotong karena Sherena membekap mulut nya. Kedua gadis itu terkekeh, padahal tanpa di beri tahu pun mereka sudah tahu kalau Sherena dan Arin sedang membicarakan Marvin.
Pria dingin, cool dan datar itu menjadi pujaan satu sekolah. Dia adalah salah satu kakak kelas yang di favorit kan oleh adek kelas nya. Tapi, sampai saat ini belum ada satu pun gadis yang mampu meluluhkan seorang Marvin. Entahlah, siapa gadis itu pasti sangat beruntung.
.....
🌻🌻🌻🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
nuna jimin🧸🧸
lanjut say...
2023-04-02
2