Tidak lama menunggu, akhirnya lelaki tersebut pun keluar.
"Ngapain kamu berdiri masih di sini, ha?" tanyanya merasa aneh dengan Yilan.
"Nih! pegangin tas aku." Kata Yilan dengan nada ketus.
"Apa kamu bilang, pegangin tas kamu?"
"Ya, aku mau ke toilet sebentar. Aku takut salah mobil, jadinya kamu tunggu aku disini, nih tasnya pegang." Jawab Yilan yang langsung menyodorkan tasnya dan ia bergegas pergi ke toilet wanita.
"Dih! kurang ajar bener itu cewek, dia pikir aku ini siapanya, kenal aja enggak." Gerutunya dengan kesal, lantaran dimintai untuk memegang tas milik perempuan yang tidak dikenal.
"Mas, jangan galak galak gitu sama pasangannya. Entar ceweknya diembat cowok lain, nyesel loh." Ledek salah satu penumpang mobil bis.
"Eh Mas, dia itu-"
"Tuh, pacar Masnya udah keluar." Ucapnya yang langsung pergi.
Yilan yang baru saja keluar dari toilet, langsung menemui lelaki yang ia titipkan tasnya.
"Makasih banyak ya, udah bantuin aku pegangin tas. Oh ya, dari tadi kita belum kenal 'kan ya. Kenalin, namaku Yilan." Ucap Yilan mengulurkan tangannya.
Sedangkan lelaki tersebut mengabaikannya dan pergi begitu saja. Yilan yang dibuatnya kesal, cuma mendengkus kesal sambil mengejarnya.
"Hei! tungguin aku. Ih! jangan cepat-cepat dong jalannya, tungguin aku." Teriak Yilan memanggilnya.
Dengan napasnya yang terengah-engah, akhirnya Yilan dapat mengejar.
"Kamu judes banget sih, udah melebihi kaum perempuan aja kamu ini." Ucap Yilan sambil mengimbangi langkah kakinya.
Seketika, langsung berhenti ketika Yilan mengomel.
"Sudah ngomelnya?" tanyanya dengan ekspresi datar, dan terlihat dingin.
Yilan menatapnya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Aku 'kan, cuma mengajak kamu kenalan."
"Gak penting kamu harus tahu namaku, mendingan kamu jangan ngikuti aku terus. Tuh, banyak cowok yang bisa kamu ikuti." Ucapnya sambil menunjuk ke arah cowok-cowok yang berada disekelilingnya.
"Aku gak kenal mereka, aku cuma kenal kamu." Jawab Yilan dengan cemberut.
"Memangnya kamu kenal aku? tau nama aku aja enggak, kenal katamu."
"Ya 'kan, kita udah ngobrol banyak dari awal kita mau naik mobil. Terus, kita juga satu tempat duduk, eh maksudnya bersebelahan."
"Gitu ya?"
"Ya iya lah, gimana sih kamu ini, nyebelin."
"Perutku lapar, jangan banya omong ataupun bertanya. Kalau kamu ingin bertanya, tuh sama orang lain saja, jangan sama aku, ngerti kamu."
"Judes banget sih kamu, cowok kok judesnya melebihi kaum perempuan, dih."
Lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya dan pergi untuk mencari makanan.
Yilan yang tidak tahu harus gimana, hanya bisa mengikuti lelaki yang tempat duduknya bersebelahan dengannya.
Saat masuk ke rumah makan, Yilan mengikutinya dari belakang sambil mengantri mengambil porsi makan siang.
Setelah mengambil porsi makan, lagi-lagi Yilan ikutan duduk di depannya.
"Ngapain masih ngikutin aku, kursi nganggur masih banyak tuh." Ucapnya saat mendapati Yilan duduk di dekatnya, tak lupa juga untuk menunjuk bangku kosong di sekitarnya.
Yilan justru nyengir kuda pada lelaki yang ada di hadapannya.
"Aku gak mau, titik. Pokoknya aku cuma mau sama kamu, males ah sama itu itu orang. Soalnya aku 'kan, gak kenal mereka, makanya aku milih ngikuti kamu. Lagi pula arah tujuan kita 'kan sama, jadi gak ada masalah jika aku mengikuti kamu." Jawab Yilan yang tetap bersikukuh.
"Terserah kamu, jugaan percuma aja aku ngomong sama kamu. Habiskan tuh makananmu, sebentar lagi Bis-nya mau jalan." Ucapnya dan melanjutkan makannya.
Yilan yang telah berhasil mengikuti lelaki yang tengah makan bareng, pun merasa ada titik kelegaan.
'Untung saja aku dipertemukan sama ini cowok. Setidaknya aku bisa bergantungan dengannya, kelihatannya dia orang baik. Hanya saja, dia dingin, dan juga kaku.' Batin Yilan sambil menikmati makan.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Yilan dan laki-laki yang ada dihadapannya itu telah selesai makan. Kemudian, keduanya beranjak pergi dan kembali naik ke mobil Bis.
Saat keduanya sudah duduk bersebelahan, mereka berdua saling acuh dan tak acuh. Lelaki itu memilih memejamkan matanya ketimbang aku harus menjaga kesadarannya. Sedangkan Yilan tengah disibukkan dengan ponsel barunya.
'Semoga keberadaan aku tidak ditemukan oleh Papa, dan Kak Zavan. Kalau ditemukan, bisa berabe urusannya. Untung aja Kak Zavan masih di luar negri.' Batin Yilan sambil mengoperasikan ponselnya dan harus mengulang dari awal.
Berbeda dengan keluarganya Yilan, kini tengah di sibukkan untuk melakukan pencarian.
"Gimana dengan Yilan, Pa? udah ditemukan?" tanya ibunya Yilan dengan cemas memikirkan putrinya.
Tuan Bonar menggelengkan kepalanya dengan raut penuh kecewa karena belum juga menemukan putrinya.
"Apa! belum ditemukan? memangnya Papa tidak melacak nomornya, ponselnya, @mailnya?"
"Sudah, sedang di proses. Kita tunggu sampai nanti sore. Zavan gimana? sudah Mama beritahu?"
"Sudah, katanya hari ini langsung pulang." Jawab ibunya Yilan yang masih mencemaskan keadaan putrinya.
"Ya udah, Papa mau ke kantor dulu. Ada hal penting untuk diselesaikan. Juga, nanti malam keluarganya Radmaja akan datang. Papa minta, jangan memberitahunya dulu soal Yilan yang kabur dari rumah. Papa tidak ingin menjadi kacau. Sekalian menunggu Yilan ditemukan." Ucap Tuan Bonar kepada istrinya.
"Ya, Pa. Semoga putri kita segera ditemukan, Mama sangat khawatir dengan Yilan jika terjadi sesuatu padanya. Mana dia anak perempuan, kalau ketemu preman atau orang jahat, bagaimana? Papa lapor polisi dong, Pa?"
"Tidak semudah itu melaporkan polisi, Ma. Tetap saja, kita harus menunggu dua puluh empat jam. Ya udah, Papa berangkat ke kantor dulu. Mama di rumah saja, jangan pergi kemana-mana. Oh ya, coba hubungi teman-temannya Yilan, siapa tahu mereka memberi jejak kepada kita."
"Ya, Pa. Nanti Mama akan hubungi teman-temannya Yilan. Papa hati-hati dijalan. Jangan lupa juga, sering-sering hubungi anak buahnya Papa." Jawab ibunya Yilan.
Setelah itu, ayahnya Yilan bergegas pergi ke kantor.
.
.
.
Di perjalanan, Yilan yang mulai terasa kantuk karena harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dan memakan waktu yang lumayan lama. Rupanya Yilan tertidur sambil memeluk tasnya, dan tanpa ia sadari bersandar di pundaknya lelaki yang ada di sebelahnya.
Ketika merasa ada beban di pundaknya, ia terbangun dari tidurnya. Kemudian, ia menyadari jika perempuan yang ada disebelahnya tengah bersandar di atas pundaknya.
"Aih! ini cewek, bikin susah aja." Gumamnya sambil memindahkan posisi kepalanya Yilan untuk sandarkan ke jendela kaca mobil.
Setelah itu, dirinya menyibukkan diri dengan ponselnya. Senyum mengembang terlihat di kedua sudut bibirnya saat melihat foto di galeri ponselnya.
'Tunggu aku pulang, Alia yang aku sayang. Aku pulang untuk melamar kamu, sesuai janjiku padamu di hadapan mu. Setelah itu, aku akan segera menikahi mu.' Batinnya sambil melihat foto kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments